Ketakutan dan Keputusasaan dalam All About Lily Chou-Chou

Perundungan akan melahirkan perundungan lain

Ventino
Komunitas Blogger M
4 min readMay 7, 2024

--

Sebuah film karya Shunji Iwai

Perundungan selalu menjadi topik yang tak akan pernah mati untuk dibincangkan. Terlihat dari bagaimana penyakit itu telah menyebabkan dampak yang cukup besar bagi banyak jiwa. Bagaimana seseorang yang seharusnya bisa hidup dengan selayaknya ditelan begitu saja oleh makhluk bernama perundungan. Bahkan, perundungan bukan lagi bisa disebut sebagai penyakit, tapi menjadi sebuah kemelekatan bagai suatu tradisi dunia.

All About Lily Chou-Chou berusaha menangkap topik itu dengan sisi artistik yang dalam dan berkesan. Selain memberi efek nostalgia ketika menontonnya, kita juga seperti dihipnotis ditiap adegan yang disusun oleh Shunji Iwai selaku sutradara film ini. Bagaimana ia tak hanya menyorot perlakuan bullying, namun ia juga mengarahkan kamera kepada pihak-pihak yang seharusnya bisa bertanggung jawab penuh pada tindakan itu. Bisa dilihat dari bagaimana para pendidik yang menutup mata entah dengan alasan apa, membiarkan murid-muridnya menghancurkan hidup mereka sendiri dalam ketakutan yang mereka buat.

Ketika baru melihat judul dari film ini, mungkin satu hal yang akan muncul di kepala kita bahwa tokoh yang akan menjadi pengiring sepanjang film ini bernama Lily. Saya tidak bisa bilang bahwa pemikiran itu keliru, walaupun sebetulnya tokoh yang menjadi pusat utama adalah Yuichi. Namun di sisi yang lain, saya berhak berkata bahwa Lily Chou-Chou mempunyai peran yang sangat penting dalam film ini secara keseluruhan (akan saya bahas diakhir).

Terlepas dari segala hal yang saya jelaskan, All About Lily Chou-Chou menghadirkan empat orang heroik dalam dunia mereka sendiri untuk memutari ceritanya (dikutip dari salah satu ulasan milik Kurasinema). Yuichi, Hoshino, Tsuda, dan Kuno. Bagaimana dalam film ini kita bisa melihat dari keempat tokoh itu memusnahkan ketakutan dan keputusasaan mereka dengan cara mereka masing-masing.

Dimulai dari Hoshino yang dulunya adalah seorang siswa pintar di SD-nya malah menjadi bahan rundungan saat ia menginjak bangku SMP. Yang menerimanya hanya beberapa orang dan salah satunya adalah Yuichi. Namun, suatu hal merubah hidupnya selamanya. Bangkrutnya bisnis keluarga Hoshino membuatnya entah mengapa mengambil tindakan ekstrem dengan melukai seorang perundungnya. Dari hal itu, Hoshino membentuk sebuah geng kriminal yang salah satu anggotanya terdapat Yuichi sebagai penyetor uang kepada Hoshino. Tidak memiliki uang lebih, Yuichi dan dua orang yang diperlakukan sama dengannya terpaksa mengutil.

Kelompok yang dibuat Hoshino bahkan telah melewati batas kriminalitas anak SMP. Mereka membuat jasa prostitusi, dimana salah seorang teman sekelas Yuichi, Tsuda, terpaksa menjadi barang untuk dijual keperawanannya kepada orang tua berumur. Tsuda melakukannya bukan tanpa alasan, ia hanya tidak ingin foto-foto kotornya tersebar begitu saja. Ketakutan membuatnya perlu mengikuti kata-kata Hoshino dan menyetorkan uang lewat layanan prostitusi itu. Namun, pada akhirnya dia memilih mencabut nyawanya sendiri, entah sebagai bentuk perlawanan atau keputusasaan.

Hal yang dilakukan Tsuda bisa saya bilang mungkin terdorong dari bagaimana Kuno melawan ketakutannya. Kuno merupakan seorang gadis berbakat yang disukai oleh Yuichi. Mempunyai bakat dan kecantikan tidak membuat Kuno menjadi sosok yang dikelilingi oleh orang-orang baik. Sebuah rasa iri dengki menyebar dikalangan anak perempuan lain. Hingga sebuah kejadian membuat suatu titik terjun yang mengenaskan bagi Kuno. Dia disiasati oleh Yuichi, dimana Yuichi disuruh oleh Hoshino untuk meminta Kuno bertemu dengan seseorang di sebuah gudang. Kuno yang mempercayainya mengikuti kata Yuichi, dan setelah itu, kebrutalan yang tergambar dari gerak kamera tersajikan. Kuno kehilangan keperawanannya.

Satu hal yang menjadi sebuah keberanian dan titik balik bagi Tsuda dan Yuichi adalah ketika Kuno memasuki kelas dengan kepalanya yang tak menyisakan rambut sama sekali. Sebuah bentuk perlawanan dari Kuno terhadap keputusaannya tergambar di sana.

Perlawanan yang dilakukan Yuichi menjadi penghujung diakhir cerita. Dari bagaimana pihak sekolah yang menutup mata sekencang-kencangnya dan tak mengambil keputusan hingga tindakan apa-apa, juga keputusasaan yang membuat sampai dititik para tokoh mengambil keputusannya sendiri. Terlepas dari seburuk apa keputusan itu.

All About Lily Chou-Chou bukan sebuah film yang bersifat mengajarkan secara gamblang dan jelas kepada penontonnya. Film ini berusaha membentuk pengalaman menonton dan memberi kita kuas sendiri untuk melukiskan kembali di benak kita. Sebuah bentuk moral yang baik tentu bisa kita bayangkan sendiri. Dan juga, pesan yang hendak disampaikan oleh Shunji Iwai dalam All About Lily Chou-Chou adalah sebuah narasi yang perlu kita telaah sendiri.

Sebagai penutup, menyinggung soal Lily Chou-Chou, ia merupakan sebuah band fiksi di dalam film All About Lily Chou-Chou. Namun, band itu benar-benar dibentuk sebagai kolaborasi dengan Shunji Iwai untuk memproduksi musik-musik bagi film itu. Dan Lily Chou-Chou memang benar-benar seorang karakter di film itu sebagai seseorang yang mempunyai peran untuk mengobati karakter-karaternya ketika mereka tidak mempunyai tempat yang nyata untuk berlindung.

For me, only Lily is real.

— Yuichi Hasumi

07 Mei 2024

--

--