Keunikan Daerah di Kabupaten Buton : Beda Desa, Beda Bahasa!

Sekelumit kisah perjalanan saya di suatu daerah di Kabupaten Buton

Ujang Obled
Komunitas Blogger M
3 min readJul 29, 2024

--

Ini foto dari Penulis

Setelah dua minggu menetap di suatu daerah pelosok di Kabupaten Buton, Saya baru mengetahui sebuah fakta unik bahwa di kecamatan ini — kecamatan Kapontori — memiliki bahasa daerah tersendiri di setiap desanya. Sebuah fenomena sosial yang jarang saya temui di pulau Jawa. Fakta unik ini baru aku temui ketika saya baru menginjakkan kaki saya di pulau Sulawesi. Ini akan menjadi pengalaman baru dalam hidup saya yang berambisi ingin mengelilingi seluruh daerah-daerah di Indonesia.

Fakta unik tersebut saya dapatkan dari seorang masyarakat sekitar yang umurnya telah menginjak kepala lima. Ia menuturkan bahwa antara desa ini (Tuangila) dengan desa sebelahnya (Todanga) memiliki banyak perbedaan.

Mulai dari bahasa, logat, bahkan adat istiadat! Dan disebabkan adanya perbedaan itu, tak jarang mereka saling bentrok mengenai perbedaan adat mereka. Seperti kasus pernikahan antara beda desa yang salah satu pihak ngotot ingin acara pernikahannya sesuai adat desa mereka.

Saya pun seketika cukup tecengang mendengarnya. Spontan saya bertanya, “Lalu apa yang bisa menyatukan mereka?” Bapak paruh baya itu pun menjawabnya,”Bahasa Buton.”

Maksud Bahasa Buton disini adalah Bahasa Cia-Cia dan Wolio. Kenapa disebut Bahasa Buton? Karena kedua bahasa ini telah dituturkan oleh kebanyakan masyarakat dari Kabupaten Buton Selatan, Kabupaten Buton dan sekitar Kota Baubau.

Menurut penuturannya lagi, bahwa di Buton ini memiliki kurang lebih 70 bahasa yang tercatat. Ini tidak termasuk dengan bahasa-bahasa daerah yang sedang saya bahas ini. Sedangkan Bahasa Cia-Cia dan Wolio adalah bahasa yang paling banyak dituturkan di Kabupaten Buton ini.

Dan setelah saya ngobrol cukup lama, ternyata muncul fakta-fakta baru lagi. Bahwa perbedaan bahasa itu tidak beda blas. Seperti bahasa Sunda dengan bahasa Minang, misalnya. Akan tetapi ada bahasa-bahasa yang mereka miliki sendiri yang desa lain tidak memahaminya.

Saya membayangkan, jika memang benar disetiap desa memiliki bahasanya masing-masing, berarti di kecamatan Kapontori ini memiliki 15 bahasa daerah yang berbeda-beda! Alangkah uniknya bukan, inilah Indonesia! Reputasi Negara Indonesia yang memiliki bahasa daerah terbanyak didunia — setelah Papua Nugini — bukanlah isapan jempol belaka.

Sebab, menurut data yang saya cari di google, kecamatan Kapontori ini memiliki 15 Desa, dan saya sendiri sekarang berada di desa yang bernama Tuangila. Sebuah desa yang berada di daerah dataran tinggi yang memiliki suhu 18°C sampai 21°C ketika pagi hari, 23°C sampai 25°C ketika siang dan sore,sedangkan ketika malam rata-rata berada pada 22°C. Hawa dingin ini selalu mengingatkan saya kepada daerah Cijambe Atas, salah satu daerah di Bandung, tempat kelahiran saya.

Tapi, mengenai pernyataan kecamatan Kapontori memiliki 15 bahasa daerah yang berbeda-beda, ini masih spekulasi liar saya saja. Spekulasi yang sekelebat terpikirkan ketika saya baru mengetahui bahwa desa Tuangila yang saya tempati dengan desa disekitarnya, itu memiliki bahasa yang berbeda. Bahkan bukan hanya satu desa, tapi beberapa desa, mungkin 3–4 desa. Seperti Desa Todanga, Desa Tumada dan Desa Wakuli (satu desa lagi saya lupa).

Berarti 4 Desa dari 15 Desa di Kecamatan Kapontori itu sudah terbukti memiliki bahasa-bahasa daerah yang berbeda. Sementara 11 desa lagi belum saya buktikan.

Dan ini akan menjadi petualangan saya tersendiri untuk membuktikan bahwa di Kecamatan Kapontori ini memiliki 15 bahasa daerah yang bebeda di setiap desa-desanya. Alangkah menarik,bukan!?

--

--

Ujang Obled
Komunitas Blogger M

Exploring the mountains and remote areas of Indonesia 🧭 🇮🇩