Kiat-Kiat Bertahan Hidup di Perantauan

Aidah
Komunitas Blogger M
5 min readJan 13, 2024

Kata “merantau” seringkali dilekatkan dengan orang-orang dari kampung yang datang ke kota demi mencari pundi-pundi. Gimana kalau situasi tersebut dibalik? Dengan kata lain, orang dari kota datang ke kampung bukan untuk bekerja melainkan berkuliah (baca: mengeluarkan uang). Gak banyak yang sadar, tapi hidup di perantauan untuk berkuliah juga gak kalah susah dari merantau untuk bekerja.

Meskipun banyak kampus-kampus bagus di kota, ada banyak alasan pendukung lain yang bikin banyak orang rela berkuliah jauh dari kota asalnya. Tentunya, ada banyak culture shock ketika pertama kali tiba di tanah perantauan. Mulai dari adat sampai ke fasilitas yang ada dan gak ada di daerah tertentu. Contohnya adalah ketika merantau ke Kota Padang, maka Alfamart dan Indomaret gak bisa kamu jumpai di sana. Kamu pasti bakal kangen pemandangan setiap 500 meter ada plang minimarket merah dan biru itu.

Untuk itu sebelum memutuskan pergi merantau, ada banyak hal yang perlu kamu pertimbangkan dan rencanakan dengan matang, sehingga kehidupan perantauan tetap nyaman dan gak sia-sia.

Mencari Tempat Tinggal

Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah tempat tinggal yang merupakan kebutuhan papan. Merantau berarti berpindah, itu sebabnya tempat tinggal menjadi aspek yang perlu kamu perhitungkan baik-baik.

Sebelum mencari tempat tinggal, kamu perlu tahu rata-rata harga tempat tinggal di daerah tersebut. Perlu juga dipertimbangkan, lebih menguntungkan tinggal di kamar kosan dengan fasilitas lengkap, atau di kamar kosan tanpa fasilitas, atau malah mengontrak. Karena setiap daerah memiliki harga yang berbeda-beda.

Selain harga tempat tinggal, ketika memilih tempat tinggal biaya utilitas juga perlu diperhitungkan. Karena kalau kamu beruntung mendapat harga tempat yang murah tapi ternyata jumlah yang kamu bayarkan untuk listrik, keamanan, dan lain-lain lebih mahal, maka akan tetap buntung.

Hal penting yang harus kamu perhatikan sebelum memilih tempat tinggal adalah akses. Jangan mudah tergiur dengan harga murah atau fasilitas keren, kamu juga perlu memperhatikan kestrategisan tempat tinggalmu. Berapa jarak ke jalan utama, tempat makan, tempat belanja, atau tempat fotocopy? Karena di beberapa daerah angkutan umum tidak sampai malam atau aksesnya tidak seluas itu. Atau bahkan kamu pakai kendaraan pribadi, biaya bensin juga perlu diperhitungkan.

Pengaturan Keuangan

Hidup di perantauan gak lepas dari kesulitan menahan nafsu, dan pengaturan keuangan adalah alat untuk menahan nafsu sehingga kehidupan perantauan tidak berakhir mengenaskan. Biaya yang paling sulit diatur dan ditebak adalah biaya makan; perlu diingat kalau makan juga merupakan nafsu yang harus dikendalikan! Makanya yang harus kamu prioritaskan dulu adalah biaya utilitas yang konstan, seperti paket internet, listrik, atau tempat tinggal.

Biasakan membuat rencana keuangan. Berapa uang bulanan yang kamu dapatkan? Berapa biaya utilitas yang menjadi kewajibanmu? Berapa biaya kebutuhan pokok yang harus kamu beli setiap bulan (sabun, sampo, dll)? Berapa biaya makan kamu setiap hari selama sebulan? Berapa biaya transport selama sebulan? Setelah mencatat angka-angka tersebut, kamu akan tahu di bagian mana kamu harus berhemat dan menahan diri.

Selain membuat rencana keuangan, kamu juga bisa membiasakan diri mencatat semua pengeluaran. Pencatatan pengeluaran memang ribet. Tapi dengan catatan pengeluaran, kamu akan mikir berkali-kali buat spending asal-asalan dan ketika uang kamu sudah habis, kamu sadar di mana letak kesalahan kamu. Sebagai manusia kita harus belajar dari kesalahan.

Makan, Makan, Makan

Sebelumnya disebutkan kalau makan itu nafsu yang harus dikendalikan, maka jangan lupa juga kalau makan itu kebutuhan pokok yang paling pokok buat semua makhluk hidup. Sesibuk apapun, sestres apapun, sekere apapun yang namanya anak rantau harus makan. Bahkan jika boleh menukar urat malu dengan makanan, jangan ragu untuk melakukannya—bawa piring kosong ke tetangga buat minta nasi dan lauk.

Opsi minta lauk jadiin opsi terakhir. Opsi pertama adalah warung makan yang jual dengan harga murah tapi nasinya sebakul, soal rasa bisa dikesampingkan dulu selama gak basi. Pilihan harga makanan ini perlu disurvey langsung atau mendengar testimoni dari orang-orang terdekat supaya dapat yang klik.

Meskipun soal rasa bisa dikesampingkan, tapi soal kebersihan gak bisa dinego. Walaupun murah, tapi jangan beli makanan di tempat yang jorok.

Kemurahan makanan memang kamu dapat, tapi biaya rumah sakit juga menanti.

Biasanya, di daerah yang memang banyak mahasiswa akan ada katering yang menawarkan menu makanan untuk sehari-hari. Umumnya juga, harganya ramah bagi kantong mahasiswa. Dengan jasa katering itu, kamu gak perlu pusing-pusing mikirin hari ini makan apa lagi. Karena selain budget, memilih menu makanan juga susah.

Selain membeli makanan, kamu juga bisa membandingkan lebih bagus (untuk dompet dan tubuh) membeli makanan atau membuat makanan? Tapi dengan membuat makanan itu artinya kamu memerlukan kulkas untuk menyimpan bahan-bahan, dan juga waktu luang untuk membuat makanan.

Pilihan yang paling aman adalah selalu menyiapkan makanan cadangan; jika kamu tidak sempat beli makanan di luar, ketika kamu terlalu malas keluar, ketika kamu tidak memiliki uang, maka makanan cadangan adalah kunci. Kamu bisa membeli beberapa mi instan (jangan banyak-banyak, nanti kamu tergoda), atau makanan yang awet seperti nugget.

Membuat to-do-list

Misalkan, daerah perantauanmu adalah tempat yang kamu impi-impikan, pasti banyak hal yang ingin kamu lakukan di sana. Secara tidak sadar kamu akan membuat to do list dalam otak. Tapi akan lebih bagus jika, to do list tersebut dibuat dalam bentuk yang dapat dilihat, entah itu diketik atau ditulis di memo.

Namun, jangan terbawa euphoria melakukan to do list. Ingat kembali apa tujuanmu merantau. Oleh sebab itu, pembuatan to do list akan membuat waktu kamu lebih efisien. Kegiatan sehari-hari yang hanya berkutat pada perkuliahan mungkin akan membuat jenuh, atau malah akan membuat kamu merasa overwhelmed; ketika itulah to do list yang sudah dibuat menjadi motivasi.

Gak perlu bikin to do list sehari-hari yang kaku, kamu cukup me-list kegiatan apa saja yang perlu kamu lakukan di hari itu. Dan untuk membangkitkan motivasi, kamu juga menambahkan apa saja yang ingin kamu lakukan. Contohnya seperti pergi ke pantai. Kegiatan pergi ke pantai bisa dilakukan ketika, kegiatan-kegiatan prioritas telah tuntas dan masih ada waktu dan tenaga. Dengan begitu, kehidupan perantauan kamu tetap pada pada jalurnya, dan kamu tetap happy.

Perlu diingat, merantau sama dengan memulai dari awal. Berani sendiri adalah pegangan anak rantau. Untuk memulai perantauan, kamu harus mengambil keberanian. Bahkan keputusan untuk merantau adalah salah satu kebeneranian yang sudah kamu ambil, maka kamu hanya perlu mengambil keberanian yang lain.

Meskipun merantau ke tanah yang masih ditinggali oleh kerabat, ketika kamu memutuskan untuk tinggal sendiri, maka kamu tidak bisa berharap terus-menerus bergantung pada orang lain. Bahkan jika kamu memiliki teman di perantuan, untuk mendapatkan teman itu membutuhkan keberanian.

Kamu harus berani mengeksplor tanah yang akan kamu tempati itu. Kamu harus berani mencari toko dengan harga barang paling rendah. Kamu harus berani memasuki aula besar yang menyelenggarakan seminar dan makan siang gratis. Semua berani itu adalah harus berani sendiri.

Jika kamu terus mengikuti orang lain, maka kehidupan perantauanmu akan sia-sia.

--

--

Aidah
Komunitas Blogger M

An Indonesian Literature student of Andalas University, Padang, West Sumatra