Kisah Terselubung Lomba Tujuhbelasan

tulisanmemori
Komunitas Blogger M
3 min readAug 17, 2021
Photo by Zoraya Project on Unsplash

Assalamu’alaikum. Barangkali sudah satu setengah tahun bergelut dengan pandemi Covid-19, akhirnya jiwa-jiwa nostalgia muncul juga kalau mengingat keseruan perayaan HUT Republik Indonesia. Mulai dari lomba makan kerupuk, lomba tarik tambang, lomba balap karung, lomba egrang sampai lomba panjat pinang. Tapi tahukah kamu? Ternyata lomba-lomba tersebut memiliki kisah dibaliknya. Apa saja ya?

Lomba Makan Kerupuk

Gurih, renyah, murah. Tiga kata yang cocok melekat dengan kerupuk ini dari dulu memang menjadi primadona lomba tujuhbelasan. Ibaratnya, lomba tujuhbelasan enggak lengkap kalau enggak ada lomba makan kerupuk.

Hal yang bikin sedih adalah lomba makan kerupuk ternyata menjadi simbol kesedihan masyarakat era penjajahan dulu. Seperti cerita orang tua kita karena zaman dulu orang-orang hanya bisa makan seadanya, seperti kerupuk dan nasi.

Lomba Tarik Tambang

Selanjutnya adalah lomba tarik tambang. Salah satu lomba tujuhbelasan yang memadukan unsur kekuatan fisik dan kekompakan ini ternyata enggak langsung diadakan begitu saja. Sama seperti lomba-lomba lainnya, lomba tarik tambang juga punya kisah didalamnya.

Kalau kamu pernah dengar sejarah bahwa masyarakat era penjajahan banyak yang dipekerjakan secara paksa dan dimintai tenaganya untuk mengangkat benda berat menggunakan tali tambang, nah itulah asal-usul lomba tarik tambang.

Lomba Balap Karung

Mungkin bukan aku saja atau kamu yang baru tahu kalau lomba balap karung yang selama ini mengundang gelak tawa ketika kita melihatnya, ternyata juga menyimpan kisah pahit, karena eh karena masyarakat era penjajahan banyak yang tidak memiliki pakaian layak.

Mereka memanfaatkan bahan-bahan yang bisa ditemukan di sekitar seperti karet, plastik dan tentu saja karung goni, kemudian mereka olah sedemikian rupa menjadi pakaian yang bisa dipakai. Lalu, apa jadinya kalau kita ya?

Lomba Egrang

Egrang merupakan permainan tradisional yang banyak ditemukan di Nusantara dengan menggunakan dua buah potong bambu setinggi setengah meter yang memanfaatkan kekuatan fisik dan keseimbangan tubuh untuk menggerakannya.

Lomba ini konon diadakan untuk mengolok-olok bule Belanda yang memiliki postur tubuh tinggi bin jangkung. Hal ini membuktikan kalau cara ini bisa menyindir secara cerdas penjajah di zaman dulu.

Lomba Panjat Pinang

Terakhir dan enggak kalah menarik untuk kita ulik kisahnya adalah lomba panjat pinang. Lomba yang sudah ada semenjak zaman penjajahan Belanda ini dulu dinamakan De Klimmast yang berarti “panjat tiang”. Kelihatannya seru dan selalu sukses bikin kita ngakak kalau melihatnya ya?

Faktanya lomba ini dulu dihindari sama bule-bule Belanda karena mereka harus rela kotor-kotoran dan diinjak-injak peserta lainnya. Nah, hal ini yang membuat para penjajah justru mengajak pribumi untuk ikut lomba panjat pinang demi mengincar aneka sembako maupun hadiah di puncaknya sedangkan bule-bule Belanda cukup menontonnya sebagai hiburan. Sedih ya?

Sampai sini sudah mengerti ya? Ternyata perlombaan tujuhbelasan yang selama ini kita ikuti atau kita tonton sampai bikin tertawa ngakak, ternyata menyimpan fakta sejarah kelam terselubung. Melalui tulisan ini, yuk kita rayakan kemerdekaan Indonesia dengan harapan semoga bangsa yang kita cintai ini selalu kuat dan tetap semangat.

Dirgahayu ke-76 Republik Indonesia.

Oh ya, sampai ketemu di lain tulisan. Wassalamu’alaikum.

--

--

tulisanmemori
Komunitas Blogger M

Tulisan ringan yang ditulis berdasarkan pengalaman | Follow/ DM IG: @hakimlukman_99