Member-only story
Kita Semua Pembohong, Tapi Benci Dibohongi
Pengakuan tentang kebenaran yang munafik
Saya pernah berkata jujur dan malah dicurigai. Tapi saat saya berbohong, saya justru dipuji karena katanya saya “pandai menyikapi keadaan.” Di dunia ini, kejujuran memang bukan selalu kebajikan. Terkadang, ia hanyalah pilihan bodoh yang tidak menguntungkan siapa pun, termasuk si pemiliknya.
Belum menjadi member Medium? Baca selengkapnya di sini.
Lucu memang. Kita hidup dalam masyarakat yang katanya menjunjung tinggi nilai kebenaran, tapi di saat yang sama, memuja orang-orang yang piawai berdusta dengan wajah teduh. Bahkan, anak kecil pun diajari “jangan bilang apa adanya nanti bikin malu.” Saya tumbuh di tengah nasihat-nasihat seperti itu, dan saya rasa, sebagian besar manusia lainnya juga.
Saya mencatat, ada momen ketika saya memalsukan tawa karena tak ingin merusak suasana. Ada juga saat saya berpura-pura antusias terhadap obrolan yang sebenarnya membosankan. Tapi yang paling sering adalah berpura-pura baik-baik saja, agar tidak dianggap merepotkan. Ternyata, jadi pembohong itu melelahkan. Tapi anehnya, jadi jujur pun bisa lebih melelahkan.
Mengapa saya sangat kesal ketika orang lain membohongi saya? Padahal saya juga pelakunya. Apakah saya merasa lebih berhak atas kebenaran dibandingkan orang lain…