Analisa Liberalisme dalam Spektrum Ekonomi-Politik

bentuk dan spektrum ekonomi dan politik liberalisme pada konteks klasik dan modern.

Alvino Kusumabrata
Komunitas Blogger M
16 min readDec 13, 2020

--

Salah satu propaganda liberalisme. https://www.reddit.com/

Pendahuluan

Awal mula liberalisme tidak bisa lepas dari perkembangan dialektika sejarah saat masa monarki absolut. Liberalisme bisa dikatakan pertama kali dituangkan dalam gagasan John Locke dan Thomas Hobbes pada konsep state of nature.

Filsafat state of nature menjelaskan bagaimana kondisi masyarakat pada umumnya sebelum terciptanya sebuah negara. Saya membedah 2 pemikiran permulaan liberalisme tentang ini dari Wrington ke Wesport, John Locke ke Thomas Hobbes hingga ke pokok topik, warna spektrum dari masing-masing ideologi.

Pembentukan alam politik liberalisme tidak bisa lepas dari kekuasaan politik yang menurut John Locke, suatu keadaan alamiah (state of nature) yang didalamnya terdapat hak alami yang tidak lain dan tidak bukan terkandung hukum Tuhan yang mengatur segala alamiah ini. Keadaan alamiah manusia ini bersifat yang positif, dalam arti saling mengasihi, saling melindungi, saling menjaga, pendek kata “a state of peace, good will, mutual assistance, and preservation”.

Seperti kata Locke. Seiring berjalannya waktu hubungan sosial masyarakat dengan masyarakat lain yang harmonis ini, membentuk sebuah kesepakatan pactum subjectionis dan pactum unionis[1]. Persepakatan ini bertujuan untuk negara meningkatkan penjaminan hak asasi dan kewajiban utama untuk melindungi warga negara, negara didirikan bukan untuk mengontrol atau melanggar hak pribadi masyarakat, melainkan memberdayakan, menjamin keutuhan hak pribadi melalui kontrak sosial[2].

All mankind... being all equal and independent, no one ought to harm another in his life, health, liberty or possessions.

Gagasan diataslah yang mengilhami berdirinya liberalisme.

Berbeda 180° dari John Locke, kekuasaan politik kata Thomas Hobbes, kekuasaan alamiah manusia pada dasarnya bersifat kebencian, dendam, pembalasan dalam arti negatif, rakus atau Hobbes menyebutnya "sendiri, miskin, kotor, brutal, dan pendek”.

Manusia itu selalu berperang, anarkis, mencabik cabik sesama manusia, memakan manusia satu sama lain, manusia adalah serigala bagi manusia lain “homo homini lupus”.

No arts; no letters; no society; and which is worst of all, continual fear and danger of violent death; and the life of man, solitary, poor, nasty, brutish, and short.

Walaupun si pemenang dalam konteks perang mendapat kebahagiaan, kesenangan, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa jauh lebih banyak manusia yang menderita daripada senang akibat perang. Dalam mengatasi kondisi yang dystopia ini, menurut Hobbes, dibentuklah usaha preventif yaitu negara. Hobbes menyebutnya negara Leviathan.

Tidak seperti konsep negara Locke yang didirikan karena rasa ingin menguatkan hak satu sama lain, konsep Leviathan berarti negara kuat yang ditakuti oleh warga negaranya agar tercipta keadaan yang aman dan supaya manusia tidak saling memangsa ataupun menyerang satu sama lain, sehingga terciptalah rasa positif, tidak mengintervensi hak kebebasan lainnya. Namun, tetap sama konsepnya kontrak sosial Hobbes dengan Locke yaitu negara didirikan untuk menjaga nyawa, hak asasi, kepemilikan pribadi masyarakat.

Setelah mengikuti terjun ke kemelut gagasan awal mula liberalisme Locke dan Hobbes, liberalisme sendiri terpecah menjadi 2: liberalisme klasik dan liberalisme modern.

Gagasan liberalisme klasik menjadi tonggak terpenting bagi Prancis, Inggris, bahkan Amerika Serikat. dengan jatuhnya monarki absolut Prancis, kemerdekaan Amerika, Revolusi Industri Inggris, maka menjalar senyatanya pilar-pilar demokrasi. Menjadikan negara barat dan Amerika bengkel dunia berkat liberalisme.

Namun, perkembangan liberalisme berubah total, karena negara-negara Eropa dan Amerika mengalami krisis kapitalisme. Surplus produksi, kegagalan bank, dan kemerosotan tajam taraf hidup kaum proletar mengakibatkan segala-galanya hancur, kemegahan tonggak liberalisme klasik runtuh akhirnya. Terdapat satu pertanyaan mendasar pada perubahan ini, apakah spektrum politik liberalisme itu sendiri berubah atau tetap?

Bagian 1: Liberalisme Klasik

Belenggu monarki absolut, penjajahan, feodalisme yang mengekang warga negara dalam berbagai bidang, menjadi semangat perlawanan masyarakat Barat untuk menghasilkan keadaan yang jauh lebih baik. Pada akhirnyalah, revolusi-revolusi berkobar seantero dunia dengan menggelegar seperti Revolusi Prancis, kemerdekaan Amerika, dan revolusi industri pada titik terakhirnya membuka keran yang sangat besar terhadap kebebasan individu. Revolusi ke liberalisme memiliki arti nilai yang mendalam— tentu saja — loyalitas, keamanan, keluarga, dan lainnya.

Kebebasan individu bagi liberalisme merupakan pokok terpenting daripada kolektif karena kebebasan lahiriah dari alam, Tuhan dan juga kontrak sosial antara negara dan individu. Dan secara pokok, liberalisme klasik berada dispektrum kanan dan kiri secara perkembangannya baik dibidang politik dan ekonomi. Lalu bagaimana spektrum kanan dan kiri ini dalam bidang-bidang tersebut?

The Tennis Court Oath, 20 June 1789. https://www.mrallsophistory.com/revision/

Politik dan Spektrumnya

Paham kiri biasanya menginginkan perubahan sosio yang mendalam terhadap masyarakat yang sudah ada dan terkesan progresif revolusioner sedangkan paham kanan ingin mempertahankan kondisi masyarakat yang ada. Jika dikontekskan pada Abad Pencerahan yang memunculkan tokoh-tokoh politik[3] menginginkan perubahan dalam monarkisme dan teguh terhadap paham liberalisme umumnya dianggap radikal, bahaya, dan bertentangan dengan kondisi politik yang sudah ada yaitu monarkisme aristokrasi.

Kaum liberal sendiri dipandang sebagai kelompok pinggiran yang ekstrim dan agak berbahaya yang mengancam “perdamaian” dan “stabilitas internasional”. Sudah bisa kita simpulkan premis diatas bahwa liberalisme klasik permulaan berada disayap kiri.

Yang sebelumnya rakyat terkekang, tidak bisa berbicara dengan bebas, tidak boleh berpolitik sama sekali kecuali kaum bangsawan dan kaum berpunya yang pada akhirnya berubah total pada zaman Liberté, égalité, fraternité. Revolusi Prancis, kemerdekaan Amerika umumnya diambil sebagai munculnya orang-orang Eropa yang populer dengan demokrasi.

Kedaulatan yang sebelumnya dipegang penuh oleh monarkis berbalik akhirnya ketangan rakyat. Para revolusioner Prancis berpendapat bahwa manusia diciptakan setara baik itu kaum miskin, kaum kaya, kaum terpelajar hingga agamawan. Sehingga, kaum bangsawan yang merupakan “representatif Tuhan di dunia” harus disingkirkan dan tidak bisa berlaku seenaknya terhadap rakyat.

Mereka pula menyatakan bahwa semua otoritas publik berasal dari persetujuan yang diperintah, kaum revolusioner mengatur ulang administrasi nasional dan lokal hubungannya dengan prinsip kedaulatan rakyat.

Partisipasi politik rakyat yang sebelumnya tidak ada menjadi ada dan bebas, kebebasan dalam mengkritik pemimpin negara, pejabat negara, menjadi leluasa tanpa merasa takut seperti dizaman monarkisme.

Dari itu bisa dikatakan liberalisme menganggap umat manusia secara alami diberkahi dan dilahirkan dengan kebebasan secara alamiah, tidak terikat pada ketundukan apapun, dan kebebasan untuk memilih bentuk pemerintahan apa yang diinginkannya, dan bahwa kekuasaan yang dimiliki seseorang atas orang lain pada awalnya dianugerahkan menurut kebijaksanaan orang banyak dan absolut.

Sehingga pemerintah dalam paham liberalisme klasik harus melayani rakyat, mengutuhkan hak kebebasan dalam berekspresi, melindungi hak properti dan lain-lain. Inilah kemenangan kaum kiri progresif Prancis, Amerika, dan negara-negara Eropa atas konservatif monarkisme aristokrat.

Namun, seiring munculnya paham sosialisme, menyebabkan tergeseran paham liberalisme klasik dari kiri ke kanan. Pergeseran ini bukan tanpa sebab, karena liberalisme klasik yang keterkaitannya dengan ekonomi (bahasan tentang ekonomi bagian 2). Sehingga, Karl Marx, Friedrich Engels dan kaum sosialis-marxis lain menginginkan adanya revolusi dimasyarakat kapitalis ini.

Perubahan yang dikehendaki antara lain pemerintah harus bersifat sentralistik tidak secara desentralistik. Tidak adanya kebebasan oposisi kekuasaan karena penerapan kekuasaan terpusat pada kaum proletar. Peran partai politik selain partai komunis harus dipersempit karena partai komunis menerapkan kediktatoran proletariat yang berarti tidak semua masyarakat dalam suatu negara bebas mengemukakan pendapat, hanya kaum buruh saja yang boleh.

Pengalaman yang beberapa puluh tahun didapat rakyat Tiongkok, membuktikan pada kita, bahwa perlu sekali diadakan kekuasaan Diktator Demokrasi Rakyat[4]. Ini berarti, bahwa kaum kapitalis, feodal tidak diberikan hak untuk mengutarakan pikiran dan hanya rakyat — buruh, mahasiswa, kaum miskin kota — yang diberi hak untuk memilih dan mengutarakan pikirannya.[5]

Sebenarnya, munculnya sosialisme yang menduduki spektrum politik kiri dan menggeserkan posisi liberalisme klasik ke kanan tidak bisa lepas dari segi ekonomi.

Ekonomi dan spektrumnya

Feodalisme adalah di mana kaum bangsawan dan raja memiliki kepemilikan atas tanah seluruh negara dan juga feodalisme dan monarkisme adalah satu pasangan utuh yang saling melengkapi, karena kekuasaan secara ekonomi dan politik hanya dikuasai kaum atasan maka rakyat yang hidupnya tidak punya penghasilan mau tidak mau harus menggarap tanah kepunyaan kaum atasan ini.

Secara garis besar, feodalisme telah bercokol semenjak 1300 sampai 4 abad lamanya yang berarti merupakan sistem ekonomi yang memang sudah ada seperti itu. Dan berarti pula, spektrum ekonomi pada Abad Pertengahan menunjukan diposisi sayap kanan adalah feodalisme karena sistem tradisi lama dan kaum liberal yang mengusung ekonomi bebas kapitalisme untuk perubahan mendasar masyarakat berada disayap kiri, lalu bagaimana sistem ekonomi kanan berganti ke kiri?

Kolonat-kolonat feodal[6]ini harus menyerahkan hasil pengolahan tanah kepada kaum bangsawan dan sisa sedikitnya kembali pada dirinya dan pengusaha-pengusaha yang memiliki usaha kecil-kecilan dilarang berkembang melebihi usaha pertanian feodal karena sistem gilde.

Sehingga, banyak sekali penindasan kaum atasan secara implisit yang terjadi pada rakyat. Karena akar penindasan ini, pada permulaan abad ke-17 di Inggris dan awal abad ke-18 di Prancis juga di Amerika pertentangan antara kaum bangsawan dan republikan/liberal semakin sengit hingga terjadilah pergolakan perubahan revolusi baru. Kaum revolusioner menang dalam membabat habis akar feodalisme ini.

Dari sini secara jelaslah bahwa spektrum paham kanan atau yang ingin mempertahankan ekonomi kultur lama adalah feodalis dan spektrum paham kiri yang menginginkan perubahan revolusioner ekonomi liberal adalah kaum liberalis.

Kapitalisme pada permulaan Revolusi Prancis, kemerdekaan Amerika, dan Revolusi Industri menjadi suatu revolusi yang mengubah struktur masyarakat feodal ke kapitalis. Perubahan ini ditandai penghapusan sistem gilde[7] yang mengekang usaha-usaha rakyat oleh kaum feodal. Dengan penghapusan sistem tersebut, usaha-usaha rakyat menjadi berkembang dengan pesat.

Usaha-usaha ini berubah bentuk, berkembang menjadi manufaktur dengan seiring waktu dan secara alamiah saling bersaing kekuatan usahanya. Persaingan ini didasari atas produksi terus-menerus tanpa mencocokan kebutuhan pasar.

Pada dasarnya, industri-industri saling bersaing untuk menjadi terbaik dalam bidangnya. Jika salah satu industri menang dalam persaingan inilah si pemenang membentuk kongsi (penggabungan industri/manufaktur) kongsi inipun tidak berhenti dalam persaingannya, ia akan mati-matian pula melawan kongsi lain, jika salah satu kongsi tidak dapat menaklukan kongsi lain, maka mengadakan kompromi. Berupa apa kompromi ini? Yaitu berupa sindikat-sindikat (penggabungan kongsi-kongsi) demikianlah, mereka sudah bisa memonopoli harga, menaikan atau menurunkan harga.

Sindikat ini tak berhenti dalam persaingan menuju sang terkuasa ekonomi, ia akan melawan sindikat lainnya pula. Jika salah satu menang, sindikat yang kalah secara tidak langsung bergabung ke sindikat yang menang dan akan menghasilkan perusahaan raksasa yaitu trust.

Didalam trust ini hanya terdapat 1 pimpinan dari berbagai anak perusahaan. Contoh dari trust-trust si pemenang ini bertebaran dimana-mana seperti VOC dipimpin seorang gubernur jenderal, Raja Bank yaitu J.P Morgan, Raja Minyak yaitu Rockefeller dan Rothschild, Raja Baja yaitu Andrew Carnegie, dan Raja Mobil yaitu Ford. Inilah hasil dari liberalisme klasik dalam ekonomi. Trust-trust inilah yang mengontrol produksi, harga, dan jalannya pasar sesuka hati karena paham liberalisme klasik ekonomi — laissez-faire— baru ini.

Kongsi, sindikat yang takluk dalam persaingan sindikat J.P Morgan. https://www.wikipedia.org/

Ekonomi liberal klasik (kapitalisme) yang berada dipaham kiri memberikan kemegahan, mempercepat naiknya taraf hidup, membangun megah gedung dan kota, mempercepat produktivitas yang tadinya 1 produksi/jam menjadi 100 produksi/jam, memperkaya material individu, dan membawa kesejahteraan. ternyata pakar ekonomi melihat kapitalisme yang seharusnya membawa kesejahteraan juga memperlebar jurang antara kaum buruh dan kaum borjuis.

Dengan begitu, ekonomi liberalisme klasik yang tadinya berada dispektrum kiri berubah ke spektrum kanan karena kapitalisme pula sudah bercokol selama kurang lebih 1 abad pada waktu itu. Penempat dispektrum paham kiri tentulah antitesa dari kapitalisme, yaitu sosialisme yang ingin pembawa perubahan dalam kapitalisme yang ternyata pembawa jurang ketidakadilan. Lalu, bagaimana penjelasan terhadap ini?

Salah satu pakar ekonomi yang menjelaskan dengan tepat yaitu Marx dalam teori surplus valuenya. Marx mendefinisikan surplus value ketika nilai tenaga-kerja pekerja lebih kecil dari nilai yang dihasilkan tenaga kerja selama produksi, apa maksudnya ini? Bayangkan seorang pekerja pembuat besi dapat memproduksi 20 keping besi dalam 1 jam. Majikan memberi harga atau nilai kepada pekerja dalam 1 jam hanya Rp. 50.000.

Begitu dikerjakan majikan sendiri, majikan ini bisa mengoperasikan mesin pembuat besi yang dengannya si pekerja menghasilkan kerja senilai Rp. 20.000 setiap 20 menit. Ini berarti majikan dapat pendapatan kotor senilai Rp. 30.000 (80.000–50.000). Bayangkan pula dalam suatu pabrik tersebut terdapat 50 buruh, berapa keuntungannya dari penghisapan ini? Berarti, 80.000×50 buruh yaitu 4.000.000 dan 50.000×50 buruh juga yaitu 2.500.000. Bisa kita akhiri 4.000.000–2.500.000 yaitu 1.500.000.

Kaum buruh tidak dapat memperoleh manfaat ini secara langsung karena dia tidak memiliki klaim atas alat produksi (misalnya mesin pembuat besi) atau produknya, dan kemampuannya untuk menawar upah dibatasi oleh undang-undang dan penawaran / permintaan tenaga kerja upahan. Seperti kata Adam Smith dalam magnus opusnya.

Wherever there is great property, there is great inequality.[8]

Dengan begitu, Marx dan Marxis sosialismenya menawarkan alternatif perubahan bahwa kaum buruh harus merebut faktor-faktor produksi dari majikan dan mengoperasikan menurut kebutuhannya sendiri (tuan atas dirinya sendiri). Dan pada akhirnya seperti yang saya katakan diatas, kapitalisme berubah ke kanan atau tradisi sistem lama dan paham kiri baru yaitu sosialisme tengah menancapkan gasnya.

Bagian 2: Liberalisme Modern

Setelah berbagai peristiwa (Flu Burung, Perang Dunia 1) Amerika berusaha menaikkan perkembangan ekonomi melalui laissez-fairenya, dengan cara apa? Bank-bank sentral memberikan kredit dengan suku bunga yang rendah sekali (karena pemerintah AS tidak mengatur ekonomi) untuk menggeliatkan usaha-usaha dunia baru. Dengan usaha bank-bank saat itu, banyak usaha-usaha swasta yang berkembang menjadi perusahaan bahkan korporasi. Seiring periode (1920–1930), Revolusi Industripun dimulai dengan teknik produksi Henry Ford (produksi massal) dan diikuti berbagai perusahaan bidang apapun. Dengan keberhasilan Amerika Serikat dalam bidang industri dan usaha, Amerika memproduksi sekitar 85% mobil diseluruh dunia, 40% manufaktur (besi, baja, dll) di dunia, dan kenaikan korporasi Amerika sebesar 500%.

Dengan kenikmatan seperti ini, masyarakat Amerika Serikat memiliki gaya hidup baru, yaitu membeli saham perusahaan yang sedang naik-naiknya. Bagi middle-class disana pula membeli saham dengan meminjam dana dari bank-bank. Kebiasaan masyarakat yang membeli saham nampaknya menjadi bumerang bagi mereka sendiri. Mengapa? Karena pada tahun 1929, terdapat fenomena yang dinamakan ‘bubble saham’ yaitu kondisi di mana saham-saham perusahaan dijual melebihi batas wajar dari nilai perusahaan tersebut.

Dengan adanya fenomena tersebut, investor-investor dan kebanyakan orang mulai menjual saham dengan harga yang tinggi sekali. Kendati demikian, ketika dimulai dengan peristiwa Selasa Hitam[9], yaitu peristiwa jatuhnya bursa saham New York pada tanggal 24 Oktober dan mencapai puncak terparahnya pada 29 Oktober 1929. Dengan demikian, pecahlah The Great Depression atau Depresi Besar yang melanda Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.

Depresi besar ini mengakibatkan 15 juta rakyat Amerika pengangguran massal dan kelaparan. Banyak pakar ekonomi menyebutkan

Was the longest, deepest, and most widespread depression of the 20th century.

Tingkat pengangguran di AS selama 1910–60, dengan sorotan tahun Depresi Hebat (1929–39). Sumber: Google.com

Naik takhtanya Presiden Roosevelt menjadi titik mulai kebangkitan Amerika dari depresi ekonomi. Dititik itu pula terjadi pergeseran dari liberalisme klasik ke liberalisme modern/sosial. Bagaimana bisa?

Pergeseran atau pembaharuan liberalisme ke modern tidak terlepas dari krisis dan kolapsnya laissez-faire (ekonomi AS 1930-an diatas) dan program dari Presiden Roosevelt yaitu New Deal. Presiden saat itu melihat 2 pokok permasalahan yaitu:

  1. Apakah harus dibiarkan saja barang-barang — oversupply — melimpah itu rusak sendirinya?
  2. Atau, apakah tidak baik dimasukkan uang kembali ke kantong masyarakat Amerika sebanyak f37.500.000 sehari? (Minimum harga di AS saat itu)

Presiden Roosevelt jika memilih opsi 1 tentu kembali kejalan Old Deal atau laissez-faire karena harapannya barang-barang yang ditelantarkan ini jika disusutkan atau lewat politik restriksi dan diharapkan permintaan masyarakat bangun akhirnya roda perekonomian berjalan kembali. Namun krisis ekonomi tersebut sudah masuk kepalang kritis atau hampir tidak bisa tertolong, beda dengan krisis pada tahun 2008. Dengan demikian, opsi nomor 2 dipilihlah oleh Roosevelt.

Bagaimana bentuk New Deal ini? Selama awal-awal menjabat sebagai Presiden, Roosevelt banyak mencetak uang yang mana uang-uang tersebut diberikan cuma-cuma kepada industri-industri kecil maupun besar, bankir-bankir yang sudah sekarat, usaha-usaha kecil milik rakyat kecil, kaum buruh, petani yang jumlahnya 11 juta itu. Dengan bantuan berupa uang-uang ini, diharapkan pula agar permintaan ekonomi semakin menggeliat naik.

Dilain sisi pula, Presidenpun banyak membangun industri-industri baru yang jumlahnya cukup banyak disemua sektor baik dan memekerjakan warga negara yang terkena PHK. Banyak masyarakat yang kembali optimis dengan 2 hal ini dan tentu saja, perekonomian Amerika mulai menaik sedikit demi sedikit. Tetapi hal yang tidak diketahui khalayak umum adalah industrialis-industrialis lamapun menentang dengan adanya pembentukan industri negara ini, mereka tidak ingin adanya persaingan lagi terhadap sesama industri.

Lalu, bagaimana sikap presiden? Presiden bersikap pragmatis terhadap ini, beliau menyerahkan tugas ini kepada uang. Uang atau bantuan inilah dibagikan secara merata baik industri negara (baru) atau industri lama (swasta). Industri-industri juga pada umumnya menerapkan politik restriksi yaitu mensusutkan barang-barang yang oversupply dan menerapkan harga yang agak tinggi terhadap produksi komoditasnya. Bagaimanapun, cara ini berhasil memajukan roda perekonomian kembali. Pada program New Deal lainnya, Pemerintahan Roosevelt banyak sekali membangun gedung-gedung, taman hiburan, museum guna memekerjakan pekerja yang terkena PHK juga.

Program-program kesejahteraan sosial yang dilakukan Roosevelt inilah yang mengilhami munculnya bentuk baru dari liberalisme klasik ke liberalisme modern. Liberalisme modern ini pula merupakan transformasi dengan menghilangkan ekonomi-ekonomi berbau laissez-faire, mendukung peran pemerintah dalam ekonomi dan tetap mempertahankan demokrasi, kebebasan berbicara, menjaga HAM masing-masing dari segi politik. Bentuk baru dari segi ekonomi tentunya tak lepas dari Depresi Besar Amerika. Lalu bagaimana bentuk lebih lanjut dari segi ekonomi-politik tersebut?

Politik dan spektrumnya

Spektrum dari liberalisme modern tetap sama seperti liberalisme klasik yaitu berada dikanan, karena tak ada yang berubah dari ideologi politik liberalisme modern, ia tetap memegang demokrasi;kebebasan berbicara, anti terhadap pengekangan hak sipil. Pemegangan kekuasaan rakyat terhadap negara merupakan pokok fundamental bagi Amerika Serikat, kkarena Bapak pendiri AS, Thomas Jefferson mengedepankan nilai-nilai demokrasi dalam konstitusi dan Declaration of Independence pun.

We hold these truths to be self-evident, that all men are created equal, that they are endowed by their Creator with certain unalienable Rights, that among these are Life, Liberty, and the pursuit of Happiness

That whenever any Form of Government becomes destructive of these ends, it is the Right of the People to alter or to abolish it, and to institute new Government, laying its foundation on such principles and organizing its powers in such form, as to them shall seem most likely to effect their Safety and Happiness.”

Bagaimanapun, nilai-nilai politik liberalisme klasik masih utuh dipertahankan dalam liberalisme modern.

Aaplagi dalam kontestasi Perang Dingin melawan Uni Soviet. Uni Soviet, yang mana secara keseluruhan tidak ‘berdemokrasi” seutuhnya, hanya dewan-dewan soviet (dewan komisar rakyat) atau penerapan kediktaktoran ‘proletariat’ yang tidak melibatkan tuan tanah, borjuis, kapitalis. Amerika Serikat hadir untuk melawan ini, malah lebih kencang dalam ‘mempropagandakan’ liberalisme.

Jadi, senyatanyalah bahwa Amerika masih berpegang teguh terhadap nilai-nilai politik yang dibawa dari liberalisme klasik.

Ekonomi dan Spektrumnya

Dalam bentuk ekonomi, liberalisme modern cukup berbeda dengan liberalisme klasik. Liberalisme klasik yang menganjurkan dan pasti bahwa swasta (individu) harus diperbolehkan dalam memegang perekonomian dan intervensi pemerintah dalam ekonomi harus dibatasi bahkan dihapus. Tetapi dalam perekonomian liberalisme modern, upaya penentangan terhadap peran swasta dalam segala bidang sangat deras arusnya.

Sehingga bisa dilihat dengan jelas bahwa posisi spektrum liberalisme modern yang bertentangan dengan liberalisme klasik berada dikiri yaitu yamg progresif, menginginkan perubahan terhadap tradisi lama. Segala perubahan yang dikehendaki oleh liberalisme modern tak ubah adalah penentangan terhadap tradisi lama (kapitalisme anarkis[10]) yang menyebabkan krisis hebat (The Great Depression 1929). Lalu bagaimana bentuk-bentuk dan aplikasinya?

Salah satu bentuk liberalisme ekonomi modern ialah kebijakan Presiden John F. Kennedy, salah satu masalah domestik adalah yang ditangani Kennedy adalah ekonomi. Pada tahun 1960 Amerika dalam resesi. Pengangguran berkisar sekitar 6 persen, satu dari level tertinggi sejak Perang Dunia II. Selama kampanye, Kennedy telah mengkritik pemerintahan Eisenhower karena gagal untuk merangsang pertumbuhan. Ekonomi Amerika, katanya, tertinggal. Dengan kritik-kritik yang ditujukan kepada Eisenhower, Kennedy menawarkan program kesejahteraan yaitu New Frontier. Setelah memenangkan pemilu AS, Kennedy dengan program kesejahteraannya melakukan reformasi, antara lain:

  1. Penambahan suplemen tiga belas minggu sementara untuk tunjangan pengangguran.
  2. Pemberian bantuan kepada anak-anak pekerja yang menganggur.
  3. Peningkatan pembayaran Jaminan Sosial dan dorongan untuk pensiun dini.
  4. Kenaikan upah minimum dan perluasan cakupan bagi pekerja-pekerja.
  5. Pemberian bantuan darurat untuk memberi makan petani biji-bijian.
  6. Penambahan pajak terhadap orang-orang perekonomian atas dan perusahaan-perusahaan swasta.
  7. Kesediaan jaminan kesehatan bagi semua masyarakat Amerika.

Secara keseluruhan, program stimulus ekonomi menyediakan sekitar 420.000 pekerjaan konstruksi di bawah Undang-Undang Perumahan yang baru, $175 juta dalam upah yang lebih tinggi untuk mereka yang berada di bawah minimum baru, lebih dari $400 juta untuk membantu lebih dari 1.000 negara yang tertekan, lebih dari $200 juta dalam pembayaran kesejahteraan tambahan hingga 750.000 anak-anak dan orang tua mereka, dan hampir $ 800 juta dalam tunjangan pengangguran yang diperpanjang untuk hampir tiga juta orang Amerika yang menganggur.

Dengan kebijakan New Frontier Kennedy, statistik ekonomi Amerika dalam rentang tahun 1961–1963 menunjukkan kenaikan 15% yang berarti rata-rata 5% per tahunnya.

Presiden John F. Kennedy, penggagas kebijakan New Frontier. https://time.com/

Perubahan spektrum ekonomi dalam liberalisme modern menjadi catatan terpenting dalam sejarah dunia. Bahkan, John F. Kennedy mengucapkan.

"Liberal," they mean someone who looks ahead and not behind, someone who welcomes new ideas without rigid reactions, someone who cares about the welfare of the people—their health, their housing, their schools, their jobs, their civil rights, and their civil liberties—someone who believes that we can break through the stalemate and suspicions that grip us in our policies abroad, if that is what they mean by a "Liberal," then I’m proud to say that I’m a "Liberal."

Penutup

Pada tahun 1895 mendatang Perdana Menteri Australia, Alfred Deakin berpendapat bahwa 'asal usul liberalisme dinarasikan ketika oposisi terhadap otoritas pertama kali terwujud '.

Jadi, dia melihat konflik antara bangsawan dan demokrat di Athena, atau di antaranya bangsawan dan kampungan di Roma Kuno, sebagai 'sinonim dengan Konservatif dan Liberal pada zamannya sendiri. Memang tepat ucapan Alfred Deakin ini, dari semua yang saya kemukakan diatas, liberalisme pasti mendapatkan perannya jika ‘oposisi’ dalam politik atau ekonomi melenceng atau lebih dari itu.

Liberalisme (klasik) hadir menjadi kiri ketika feodalisme yang kanan telah melebihi batas wajar dalam oenindasan. Ketika permulaan abad ke-20, ekonomi liberalisme klasik/kapitalisme laissez-faire yang telah berada dikanan sudah dalam batas keterlaluan yang menyebabkan Depresi Besar 1929, liberalisme modern muncul sebagai posisi kiri dengan program kesejahteraannya. Apakah ini berarti dialektika liberalisme sendiri menjadi sebuah kekuatan dinamis akan terjadi sampai beberapa abad kedepan?

Catatan Kaki

[1]Pactum Unionis adalah perjanjian individu antar individu untuk membentuk sebuah negara, sedangkan Pactum Subjectionis perjanjian antar individu — masyarakat — dan negara.

[2]Kontrak Sosial adalah perjanjian atau kontrak pada masyarakat dan negara dalam sebuah ikatan.

[3]Tokoh Politik seperti John Locke, Thomas Malthus, Adam Smith, Thomas Hobbes, David Ricardo dll.

[4]Diktator Demokrasi Rakyat sama seperti Diktator Proletariat, namun konteks yang dipakai dalam Tiongkok tidak hanya kaum proletar saja, ada mahasiswa, pedagang kecil, karyawan, dan kaum terhisap lainnya.

[5]Kolonat adalah individu yang menggarap tanah milik tuan tanah dan feodalis.

[6]Kalimat Mao Tse-Tung dalam artikel “Sebab apa Buruh Pegang Pimpinan?”

[7]Gilde adalah serikat saudagar yamg dibentuk guna mengawasi perkembangan usaha-usaha ekonomi rakyat yang melebihi kaum bangsawan.

[8]Dikutip dari buku ‘The Wealth of Nations’.

[9]Selasa Hitam dikenal sebagai Great Crash, adalah kehancuran pasar saham utama Amerika yang terjadi pada musim gugur tahun 1929.

[10]Kapitalisme anarkis merupakan istilah Tan Malaka dalam menggambarkan kapitalisme laissez-faire.

Daftar Pustaka

Allsop, Richard. (2014). Liberalism: A Short History. Melbourne: Institute of Public Affairs.

Hobbes, Thomas. (1894). Leviathan: Or the Matter, Forme and Power of a Commonwealth, Ecclesiasticall and Civil. Manchester, New York: London George And Sons.

Locke, John. (1884). Two Treatises on Civil Government. New York: London George And Sons.

Jonathan Wolff, G. A. Cohen. (2014). Lectures on the History of Moral and Political Philosophy. Prince990 and Oxford: Princeton University Press.

Butler, Eamonn. (2015). Classical Liberalism--A Primer. London: Institute of Economic Affairs.

Malaka, Tan. (2018). Aksi Massa. Yogyakarta: Penerbit NARASI.

Blaufarb, Rafe. (1995). The French Revolution: The Birth of European Popular Democracy?. Cambridge: Cambridge University of Press.

Malaka, Tan. (2017). Menuju Merdeka 100%. Yogyakarta: Penerbit NARASI.

--

--