Mei-Hua dalam Lukisan

Dinand S
Komunitas Blogger M
3 min readFeb 11, 2021
Bunga mei-hua bermekaran di Gunung Chaoshan, Hangzhou

Bunga prem atau mei-hua mempunyai makna penting dalam sejarah perkembangan budaya Tionghoa. Warna bunga ini memang anggun dan cantik, beraneka mulai dari putih, pink, hingga ungu. Namun yang menarik lagi adalah bunga ini mempunyai kekhasan yang berbeda dari tanaman pada umumnya.

Kuncup-kuncup bunga mei-hua mulai bermekaran pada musim dingin akhir hingga musim semi awal — ketika suhu dingin dan angin bertiup kencang — sehingga menjadikan mei-hua sebagai simbol ketegaran dan harapan. Terlebih lagi, mekarnya bunga yang terjadi pada awal musim semi ini selalu menandakan masa tahun baru Imlek, perayaan terbesar bangsa Tionghoa.

Oleh karenanya, bunga ini sangat dicintai dan mempunyai kesan mendalam pada sendi-sendi kehidupan bangsa Tionghoa. Banyak sekali penyair ataupun pelukis di Tiongkok dalam berkarya mendapat inspirasi dari pohon bunga mei-hua.

Dalam dunia seni lukis, mei-hua merupakan bunga yang seringkali dijadikan objek lukisan di Tiongkok selama berabad-abad. Kita dapat temukan jejaknya dalam lukisan mulai dari yang bergaya tradisional gongbi dan xieyi, hingga yang kontemporer.

Kiri : Mei Hua (Gongbi), Kanan : Mei Hua (Xieyi)
mei-hua (gongbi)___________________________ mei-hua (xieyi)

Kita amati gambar di atas, dua buah lukisan mei-hua dengan teknik lukis yang berbeda disandingkan. Sebelah kiri bergaya gongbi, sedangkan yang kanan gaya xieyi.

Gaya lukis gongbi merupakan gaya lukis realis, yang menuntut ketelitian dan detail. Sedangkan xieyi bersebrangan dengan gongbi. Alih-alih menuntut ketelitian dalam membentuk rupa yang nyata, teknik xieyi lebih menekankan kebebasan pelukis dalam berekspresi. Bila gongbi mengejar kemiripan fisik objek, xieyi lebih menangkap esensi karakter dari objek yang kemudian digambarkan dengan sikatan kuas bebas dan ekspresif.

Pada era modern, aliran seni lukis barat ada juga yang memberi pengaruh kepada dunia seni lukis Tiongkok. Wu Guanzhong — salah satu pelukis Tiongkok favorit saya — mengkombinasikan aliran lukis impresionisme serta fauvisme (gaya barat) dengan seni kaligrafi Tiongkok (gaya timur) ke dalam karya-karya lukisnya.

Wu Guanzhong, Pavilion at the Plum Garden

Bila kita telaah lukisan berjudul Pavilion at the Plum Garden karya Wu Guanzhong, yang ditampilkan bukanlah pembentukan rupa yang realistik dan detail, namun berupa kesan-kesan atau impresi yang ditangkap oleh pelukis dari objek.

Wu Guanzhong, Plum Groove

Lalu kita tengok lukisan Plum Groove di atas. Bercak-bercak warna pink, hijau dan kuning — merepresentasikan bunga mei-hua mulai bermekaran beserta daun-daun yang tersisa — di antara sikatan kuas hitam dan media putih monokrom menciptakan harmoni warna yang nyeleneh, namun justru akan mengantarkan kita kepada hubungan perasaan pribadi sang seniman dengan alam tersebut. Keambiguan ini merupakan ciri gaya lukis fauvisme barat. Sedangkan goresan atau teknik sikatan kuas jelas bergaya Tiongkok.

Sebenarnya tidak sekedar dalam dunia seni lukis, di ranah seni sastra bunga mei-hua juga seringkali muncul memperkaya prosa maupun puisi. Sedangkan dalam sejarah dunia politik Tiongkok, bunga mei-hua menjadi lambang semangat perjuangan revolusioner. Meski Tiongkok Daratan belum menetapkan bunga nasionalnya, tidak heran mengapa bunga ini pada akhirnya ditetapkan secara resmi sebagai Bunga Nasional Republik Tiongkok.

--

--

Dinand S
Komunitas Blogger M

Architect. Interested in art, culture, history & philosophy