Percobaan Memahami Meditasi

Edwin Fauqon
Komunitas Blogger M
3 min readMay 28, 2024

Akhir-akhir ini saya sering mendengarkan siniar yang berbicara soal meditasi dan kenapa ia bisa jadi solusi untuk menenangkan pikiran. Meski begitu, terus terang, tujuan awal saya tak lebih dari hanya ingin meredakan gangguan-gangguan pikiran agar bisa tidur lelap dengan cepat.

Pasalnya, seringkali, sesaat sebelum tidur, pikiran senang mengingat dan menyesali perbuatan tolol sewaktu kecil atau masa-masa memalukan lainnya — seperti memanggang telur busuk hingga meledak dan menyebarkan aroma busuk, pergi ke pesta namun salah kostum, atau ucapan-ucapan spontan yang jika diingat bikin geli. Jadi, saya putuskan untuk mendengar siniar dan menonton beberapa episode Headspace: Guide to Meditation untuk menjinakkan pikiran.

Selain itu, saya juga mendengar salah satu episode siniar milik American Psychological Association yang membahas tentang meditasi bersama salah satu petinggi Pusat Kesehatan Pikiran dari Universitas Winconsin Richard Davidson. Ia menjelaskan bahwa meditasi berarti membiasakan atau menyadari hal-hal di sekitar dengan lebih saksama serta memenuhi dan memaksimalkan kebutuhan dasar pikiran manusia.

Saya meyakini bahwa mempelajari hal baru adalah cara terbaik untuk beradaptasi, meskipun hal itu juga berarti mendalami apa yang tidak kita sukai. Namun, dalam kasus ini, belajar memahami meditasi adalah hal yang menyenangkan untuk dilakukan. Beberapa kali saya berkata, “Oh, iya juga, ya. Mantap betul pikiran-pikiran orang ini.”

Beberapa sesi dan panduan coba saya ikuti. Anjuran seperti tarik nafas dalam-dalam lewat hidung, lalu keluarkan lewat mulut saya ikuti sesaat sebelum tidur dengan kondisi kamar remang-remang. Itu saya lakukan beberapa kali sambil menutup mata dan mencoba merasa dengan setiap indra yang saya punya — seperti yang dianjurkan dalam meditasi.

Satu masalah yang muncul ialah saya terlampau payah untuk mengontrol pikiran saya sendiri. Andy, pembawa acara Headspace, bilang untuk membebaskan pikiran agar tidak ada tekanan. Sayangnya, bagi saya, pikiran selalu bekerja terbalik dengan perintah. Ia mengingat apa yang seharusnya dilupakan dan melupakan apa yang seharusnya diingat. Beberapa kali saya kena masalah dari kebiasaan itu.

Pikiran kita terkadang bermata dua dan tak selalu menunjukkan sesuatu secara sebenarnya. Khususnya dalam hal ingat-mengingat. Setelah menonton The Mind, Explained yang dinarasikan oleh Emma Stone dalam episode Memory, saya baru sadar bahwa kita tak bisa sepenuhnya mempercayai ingatan kita sendiri. Sebab, lambat laun ia bisa saja terkikis dan melenceng dari fakta — meskipun kita yakin apa yang kita ingat adalah mutlak seperti doktrin yang tak bisa dibantah.

Bisa saja kejadian A kita ingat sebagai B karena B lebih sesuai dengan keinginan kita. Ingatan kadang buram, terpotong-potong, dan tercampuri perasaan yang kadang tidak objektif. Alhasil, pikiran kita menambal lubang-lubang itu sesuai kehendak ingatan yang kita mau.

Kemudian, kembali dalam proses meditasi tadi, seringkali ingatan-ingatan dari masa lalu yang muncul. Semakin saya hindari, ia semakin jelas — meskipun patut diragukan keasliannya, sebab mungkin saja sudah dipengaruhi emosi dan pengalaman pribadi. Tapi, dalam beberapa kesempatan, saya jadi lebih tenang dengan menyadari ketidakmampuan itu dan membiarkan ingatan itu kembali. Hasilnya pikiran saya malah semakin tenang, semakin tenang, dan tidur.

Beberapa, bukan, tapi hampir semua percobaan meditasi memang berakhir dengan saya tertidur. Saya bingung apakah hal itu termasuk keberhasilan atau kegagalan. Yang jelas tujuan awal saya untuk tidur dengan nyenyak bisa terwujud. Meskipun, saya masih penasaran bagaimana jika saya tetap terjaga hingga meditasi selesai. Sebab, begitulah sepertinya seharusnya.

Meditasi, dengan pengaturan napas, akan membuat kita menyadari waktu sekarang. Sadar dengan apa yang terjadi saat ini. Bukan masa lalu yang bikin malu maupun masa depan yang belum tentu kejadian.

Kita jadi lebih fokus pada alur pernapasan. Mawas dengan tarik-hembus udara lewat hidung dan mulut. Detak jantung terdengar dan lebih terasa dari biasanya. Ketenangan inilah yang diharapkan saat melakukan meditasi.

Namun, setelah mendengar dan menonton hal-hal seputar pikiran dan meditasi saya menyadari bahwa sebagian besar masalah bermula dari pikiran kita sendiri. Pikiran yang mengatakan kita tak cukup cakep, tak pantas antusias, tak bisa mengubah, dan seterusnya adalah hal pertama yang harus kita atasi untuk menolong diri sendiri. Selain itu, tentu saja, meditasi adalah cara yang asyik untuk bikin tidur nyenyak.

Tulisan ini pertama kali ditulis dan publikasikan pada Mei 2021. Saya sekarang tidak begitu rutin mengikuti siniar tentang meditasi. Akan tetapi, masih cukup sering mempraktikan tarik-hembus napas saat panik maupun hendak tidur agar lebih tenang.

--

--