Membaca Keberkahan dalam Hidup

Muhammad Khoirul Wafa
Komunitas Blogger M
3 min readNov 26, 2020

Banyak yang mendefinisikan berkah sebagai "ziyadatul khair", bertambahnya kebaikan dalam sesuatu. Ada pula yang mengartikan dengan "tsubutul khair al-ilahy fi as-syai'", adanya kebaikan ilahi dalam sesuatu.

Kita memaknai itu dengan sederhana. Yah, sesuatu yang memiliki kebaikan didalamnya, dan kebaikan itu senantiasa bertambah bisa kita kategorikan sebagai hal yang memiliki berkah.

Tapi mengapa "sesuatu"? Sebab keberkahan tidak hanya masalah harta benda saja. Bukan cuma perkara rejeki. Tapi rumah tangga, keturunan, ilmu pengetahuan yang kita miliki, usia, dan waktu semua juga berpotensi ada keberkahan didalamnya.

Mengapa kebaikan? Kadang kita temukan, ada harta benda yang tak punya kebaikan sama sekali. Digunakan untuk kejahatan dan dosa. Untuk sekedar menumpuk kekayaan, dipamerkan, dipakai hanya untuk diri sendiri. Orang lain kesulitan untuk merasakan manfaatnya. Ringkasnya, harta itu seolah-olah sangat berat jika mau digunakan untuk sesuatu yang berpahala.

Keberkahan dalam rejeki, bisa kita lihat dari manfaat yang terasa dalam kehidupan sehari-hari. Rejeki itu kian mendatangkan kebaikan dan manfaat dalam hidup, menimbulkan rasa bahagia yang tak semu. Rejeki itu terasa ringan untuk disedekahkan, untuk digunakan dalam rangka kebaikan, untuk agama, dan lain-lain. Entahlah walaupun sedikit, namun terasa cukup.

Sementara rejeki yang tidak berkah atau kurang berkah, cenderung berat rasanya bila hendak digunakan untuk kebaikan. Daripada disumbangkan atau disedekahkan, lebih ringan rasanya kalau dipakai untuk keperluan pribadi yang tak begitu penting, yang tidak mendatangkan pahala.

Itulah sebabnya ada ulama yang mengatakan, kalau harta yang halal menimbulkan rasa semangat dalam beribadah. Tapi harta yang haram menyebabkan rasa malas dalam diri untuk melakukan hal-hal baik.

Kita juga bisa menemukan keberkahan dalam banyak hal. Keturunan yang memiliki karakter yang baik, tidak terputus, dan bisa membahagiakan orangtuanya. Memiliki keluarga yang bahagia.

Waktu yang berkah bisa dirasakan dari betapa bermanfaatnya waktu tersebut. Digunakan untuk ibadah dan kebaikan. Seakan-akan tak ada waktu yang terbuang sia-sia kecuali sudah diisi dengan hal positif. Dan kadang waktu yang tidak berkah hanya berlalu begitu saja tanpa arti. "Tak terasa sudah hari Sabtu lagi. Padahal rasanya baru kemarin saja."

Usia yang berkah, bisa diketahui dari betapa bergunanya hidup seseorang. Ada orang yang hanya hidup empat puluh tahun, namun memiliki prestasi dalam karya dan juga kontribusi yang luar biasa bagi agama. Namanya dan jasanya terus dikenang bahkan hingga ratusan tahun setelah ia tiada.

Tapi kadang ada yang hidup dalam usia yang panjang, bahkan hingga hampir seratus tahun, namun tak menghasilkan apapun untuk dikenang. Hidup berlalu begitu saja. Tak ada yang istimewa. Pun setelah mati segera dilupakan.

Ilmu pengetahuan yang berkah akan menebarkan manfaat. Menambah semangat dalam nilai ibadah. Sebab dalam arti pengetahuan itu sendiri yang subjektif, kadang ada ilmu yang justru membahayakan dirinya. Orang belajar filsafat yang malah akhirnya terbawa dan jadi memilih untuk tidak lagi beragama misalnya.

Sedikit itu sekedar contoh. Kita bisa membaca keberkahan dalam banyak hal. Apakah ada "ziyadatul khair" disana? Apakah sesuatu yang kita miliki itu kian mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi kita?

Jangan sekedar mengharapkan rejeki yang berlimpah dan banyak, sebab itu belum tentu cukup bagi kita, belum tentu bisa mendatangkan manfaat bagi kita. Seperti istilah kekayaan tak menjamin kebahagiaan. Tapi mintalah rejeki yang berkah, karena yang berkah meskipun sedikit akan terasa cukup. Dan niscaya berguna tidak hanya di dunia, tapi kelak bisa menjadi tabungan di akhirat.

Jangan sekedar meminta usia yang panjang. Sebab panjang umur belum tentu bermanfaat. Kadang malah waktu diisi dengan hal-hal yang kurang positif, dan hidup seperti berlalu begitu saja. Kadang tidak bahagia, kadang merasa bosan, jenuh, dan sebagainya.

Tapi mintalah umur yang berkah. Agar waktu senantiasa terisi dengan hal-hal baik, yang mendatangkan pahala. Terasa ringan untuk melakukan sesuatu yang positif. Dan hidup akan berguna, minimal bagi orang disekitarnya. Lebih-lebih bagi agama dan masyarakat luas.

Sekian...

--

--

Muhammad Khoirul Wafa
Komunitas Blogger M

Redaktur di aswajamuda.com, alumus Ma'had Aly Lirboyo angkatan 2020 M. Tinggal di Wonosobo. Bisa disapa di Twitter/IG @rogerwafaa