Persembahan, Bukan Penghinaan
"Dave Chappelle: The Closer"

Sebuah ulasan

Alibi Ali
Komunitas Blogger M
3 min readOct 20, 2021

--

MERINDING.

Itulah yang saya rasakan ketika Dave Chappelle menunduk, memberikan penghormatan kepada penonton yang telah menghadiri pertunjukan spesial terbarunya. Sorakan penonton yang perlahan berganti menjadi lagu I Will Survive milik Gloria Gaynor berhasil menutup dengan sempurna semua hal yang ia katakan di atas panggung selama lebih dari satu jam.

Harus diakui, sangat terlambat bagi saya untuk ikut "menunggangi" pertunjukan yang belakangan ini sedang ramai dibicarakan di berbagai media itu. Jujur, saya sendiri baru selesai menontonnya beberapa jam yang lalu.

Rasanya kurang ajar bila saya mengomentari lucu atau tidaknya Dave Chappelle pada pertunjukan ini. Saya tidak mau banyak menjelaskan, yang pasti saya berhasil dibuatnya tertawa terbahak hingga memukul meja ketika pertunjukan baru berjalan tiga menit.

Padahal, satu setengah menit awal video merupakan klip pembukaan, dan satu menit selanjutnya berisi sorakan penonton yang menyambutnya naik ke atas panggung. Dan itu berarti, baru beberapa detik berbicara, Dave Chappelle sudah berhasil membuat saya tertawa sangat keras. Sungguh, kualitasnya sebagai seorang pelawak tunggal tak bisa diragukan lagi.

Semua persoalan ia telanjangi di pertunjukan ini. Semuanya. Benar-benar semuanya, mulai dari virus corona; bagaimana ia bisa terjangkit virus itu; video pemukulan orang asia oleh orang kulit hitam; kebiasaan orang-orang yang terus mencari kesalahan public figure; masalah aktris Hollywood dengan Harvey Weinstein; hingga yang paling kontroversial, masalahnya sendiri dengan komunitas LGBTQ.

Begitu banyak bit yang menempel dalam benak saya ketika selesai menonton pertunjukan ini, salah satunya ketika ia mengumpamakan keberhasilannya sembuh dari virus corona sama seperti video pemukulan orang asia oleh orang kulit hitam.

Seperti yang saya tuliskan di awal, pertunjukan ini terus dibicarakan selama beberapa hari terakhir. Namun sayang, reaksi negatif justru lebih mendominasi permukaan. Jujur saya tidak membaca semua ulasan yang mengkritik pedas pertunjukan ini, tetapi bila saya nekat menarik kesimpulan dari beberapa ulasan yang saya baca, maka bisa saya pastikan orang-orang itu tidak menonton pertunjukan ini sampai akhir.

Kenapa saya berani berkata seperti itu? Karena kami, orang-orang yang menonton pertunjukan ini secara lengkap akan sepakat bahwa ini bukan sekadar pertunjukan apalagi penghinaan, ini adalah sebuah persembahan. Persembahan untuk mereka, kaum LGBTQ.

Daphne Dorman. Nama itu menjadi pusat perhatian di lima belas menit akhir pertunjukan. Seorang wanita transgender yang tak mempermasalahkan bit transgender milik Dave Chappelle, bahkan ia tertawa sangat keras ketika mendengarnya. Ia sama sekali tak tersinggung, mungkin karena menjadi stand-up comedian adalah salah satu mimpi terbesarnya. Mengetahui hal itu, Dave Chappelle memberikannya kesempatan untuk menjadi opener pertunjukan spesialnya yang berjudul "Sticks and Stones".

Jauh setelah itu semua, ketika Sticks and Stones muncul pertama kali di layanan streaming pada pertengahan tahun 2019, kaum LGBTQ sontak terpancing amarahnya, menganggap Dave Chappelle sebagai seorang transfobia. Saat itu Dave Chappelle tidak memberikan pernyataan, bahkan ia cenderung tidak peduli. Tetapi melalui akun Twitter-nya, Daphne Dorman yang juga seorang transgender mengangkat suara, membela Dave Chappelle dan mencoba menenangkan kaum LGBTQ.

Namun sayang keadaan justru semakin memburuk, orang-orang itu kini tidak hanya menyerang Dave Chappelle, tetapi juga ikut menyerang Daphne Dorman. Ya, kaum LGBTQ menyerang kaum LGBTQ lainnya. Ironis.

Hal itu terus terjadi selama berhari-hari, hingga akhirnya di hari ke enam, Daphne Dorman naik ke atap apartemennya dan melompat dari atas sana. Ya, ia meninggal dunia. Meninggal dalam keadaan dicaci oleh "kaumnya sendiri".

The Closer bukan sekadar pertunjukan yang mencari kelucuan, tetapi juga mencari keadilan.

Akhir kata, ijinkan saya menutup ulasan ini dengan perkataan Daphne Dorman yang dikutip oleh Dave Chappelle, "Kamu tidak perlu memahami aku, kamu hanya perlu percaya padaku, karena ini adalah perjalananku sebagai seorang manusia."

--

--

Alibi Ali
Komunitas Blogger M

Bukan siapa-siapa, hanya gumpalan otak yang kebetulan menemukan pena dan kertas.