Mengapa Ungkapan “Waktu dan Tempat Kami Persilakan” adalah Ungkapan yang Keliru?

Satu ungkapan saru yang sering ditiru, tetapi ternyata keliru

Muhammad Rayhan
Komunitas Blogger M
3 min readJul 4, 2024

--

Photo by ConvertKit on Unsplash

Seorang pewara (MC) berkata, “Hadirin dimohon berdiri.” Ketika sudah saatnya seorang yang penting maju untuk berbicara, pewara melanjutkan, “Kepada bapak fulan, waktu dan tempat kami persilakan.”

Eits, tunggu dulu. Siapa di sini yang sering mendengar atau bahkan mengucapkan kalimat itu dalam sebuah acara? Hayo, ngaku. Tahukah kalian bahwa kalimat tersebut merupakan kalimat yang keliru secara logika kebahasaan? Loh, kenapa emangnya?

Baik, mari kita bahas. Coba kita perhatikan pada kata “persilakan”. Apa memangnya makna kata itu? Menurut KBBI, arti kata persilakan adalah “sudilah sekiranya”. Sederhananya, persilakan berarti kita meminta secara halus kepada kawan bicara untuk melakukan sesuatu jika ia berkenan atau bersedia.

Lanjut. Siapa, sih, yang kita persilakan dalam ungkapan tersebut? Waktu dan tempat, bukan? Nah, di sinilah letak kekeliruannya.

Kita tahu bahwa kata “waktu” dan “tempat” adalah konsep abstrak dan benda mati. Lebih lanjut, dalam konteks acara, waktu dan tempat bukanlah “sesuatu” (seseorang) yang melakukan suatu hal ketika dipersilakan. Masa iya, kita mempersilakan waktu dan tempat untuk berbicara atau memberikan sambutan dalam acara tersebut? Bagaimana cara dua objek tersebut berbicara? Tentu tak ada caranya dan tak masuk logika juga, bukan?

Dalam penjelasan yang lebih lengkap pada kalimat “waktu dan tempat kami persilakan”, artinya kita meminta kepada waktu dan tempat untuk memberikan sambutan jika ia berkenan atau bersedia. Jadi, letak kesalahan pada kalimat tersebut adalah pada kata “waktu” dan “tempat”-nya. Alasannya tentu bukan mereka yang memberikan sambutan, kan?

Dengan ini pula, kita bisa mengetahui solusi atau kalimat yang lebih tepatnya. Coba jawab pertanyaan ini. Kita tahu bahwa bukan tempat dan waktulah yang memberikan sambutan, melainkan sesungguhnya adalah? Ya, orang penting atau yang bersangkutan. Dengan begini, kita bisa mengganti kata waktu dan tempat dengan orang yang memberikan sambutan. Oleh karena itu, kalimat yang lebih tepat adalah,

“Kepada Bapak fulan kami persilakan untuk memberikan sambutan.”

Masuk akal, bukan?

Selain dengan solusi di atas, sebenarnya ada satu alternatif solusi, bahkan dengan cara mempertahankan diksi “waktu” dan “tempat”. Bagaimana itu?

Kita tahu bahwa waktu dan tempat tidak bisa kita persilakan, tetapi mereka bisa kita persediakan untuk orang yang akan memberikan sambutan. Oleh karena itu, alternatif kalimat lainnya adalah,

“Kepada Bapak fulan, waktu dan tempat kami sediakan.”

Nah, sekarang kita sudah tahu bahwa ungkapan “waktu dan tempat kami persilakan” merupakan ungkapan yang keliru. Mulai sekarang, yuk kita perbaiki penggunaan bahasa kita dalam acara-acara resmi. Menggunakan ungkapan yang benar bukan hanya menunjukkan kecerdasan kita dalam berkomunikasi, melainkan juga menghargai pendengar kita.

Jadi, lain kali saat kita menjadi pewara atau MC, ingatlah untuk mengatakan, “Kepada Bapak Fulan, kami persilakan untuk memberikan sambutan.” atau boleh juga dengan “Kepada Bapak Fulan, waktu dan tempat kami sediakan.” Dengan sedikit perubahan ini, kita bisa membuat acara kita lebih profesional dan teratur. Mari kita sama-sama menjaga dan melestarikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar!

Berikan tepukan/clappers (👏🏻) jika kalian suka dengan tulisan saya ini. Jangan lupa pula untuk menanggapi dengan berkomentar (💬) ketika ingin bertanya, merespons atau mengulas sesuatu, atau bahkan sebatas bertegur sapa. Kedua hal itu sangat berpengaruh bagi saya untuk terus semangat menulis setiap hari.

Jika kalian ingin terhubung dan lebih dekat dengan saya, kalian bisa menghubungi saya melalui DM Instagram atau mengirim surat elektronik melalui G-Mail pribadi. Oiya, boleh sekali jika kalian ingin mengapresiasi saya dengan memberikan tip melalui laman Saweria saya ini. Terima kasih!

--

--

Muhammad Rayhan
Komunitas Blogger M

Seorang mahasiswa yang tengah membangun kebiasaan menuangkan ide dalam bentuk tulisan atau lisan.