Member-only story
Medium
Mengasah Pengamatan
#903: Keterampilan Purba yang Kerap Tumpul saat Dewasa
Tulisan terpanjang saya di Medium menceritakan liburan keluarga ke Bali. Panjangnya hampir empat ribu kata. Awalnya, saya hanya ingin memperpanjang ingatan. Saya mencatat siapa yang menyewakan motor, harga cucian kiloan, rasa nasi campur, hingga suara debur ombak di pantai. Ketika membaca ulang tulisan itu, saya tersenyum sendiri. Rupanya, tanpa disadari, saya sedang melatih keterampilan mengamati waktu menulis itu.
🔑 Lanjutkan membaca dengan mengklik tautan teman ini.
Pengamatan sesungguhnya merupakan keterampilan paling purba dalam diri manusia. Sejak bayi, kita belajar dengan mengamati: menoleh saat mendengar suara, mengikuti gerak benda, merasakan sentuhan, dan membedakan rasa di lidah. Bayi belum bisa berbicara, tetapi matanya sudah merekam gerak dunia. Tanpa pengamatan, kita tak mungkin belajar berjalan, berbicara, atau mengenali orang tua.
Seiring dengan bertambahnya usia, keterampilan ini kerap terpinggirkan. Rutinitas, kecepatan hidup, dan arus informasi membuat kita sekadar melihat tanpa benar-benar memperhatikan. Kita tahu langit sedang cerah, tetapi lupa seperti apa warna birunya. Kita membaca nama orang, tetapi esoknya sudah sulit mengingatnya.