Mengatasi Ketidakpuasan untuk Hidup Bahagia

Membahas peran amor fati dalam kebahagiaan

riffatar
Komunitas Blogger M
5 min readJul 9, 2021

--

Photo by Jackson David on Unsplash

Manusia sejak lahir pada hakikatnya memiliki dua hal, yaitu akal dan nafsu. Keduanya sama-sama dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dan bertahan hidup. Jika hanya memiliki nafsu, manusia tidak tau cara memenuhi kebutuhannya karena tidak memiliki akal. Dan jika sebaliknya, manusia tidak akan memenuhi kebutuhannya karena tidak ingin.

Nafsu dan akal juga merupakan alasan manusia sama sekaligus berbeda dengan binatang. Manusia dan binatang sama-sama memiliki nafsu ketika hidup. Akal yang dimiliki membuat manusia spesial dan lebih unggul ketimbang binatang walaupun banyak binatang yang memiliki kekuatan jauh lebih tinggi daripada manusia.

Menariknya, manusia memiliki akal yang terbatas dan nafsu yang tidak terbatas. Dengan kapasitas yang tidak terbatas membuat nafsu sering melampaui batas yang dibutuhkan. Oleh karena itu, kita akan membahas bagaimana cara untuk mengendalikan nafsu yang tidak terbatas dengan menggunakan akal yang terbatas.

Cara kerja nafsu

Kita memang butuh memiliki nafsu untuk bertahan hidup. Nafsu mendorong kita untuk menginginkan sesuatu. Contoh nafsu yang dibutuhkan manusia adalah nafsu makan dan nafsu seksual. Nafsu makan berguna untuk bertahan hidup sedangkan nafsu seksual berguna untuk melakukan reproduksi.

Nafsu akan bermanfaat bagi manusia bila masih dalam batas wajar. Malangnya, bila seseorang terus memberi perhatian pada nafsunya, maka ia akan terjebak dalam cara kerja nafsu yang sangat sulit untuk dihentikan.

Nafsu memiliki cara kerja yang membuatnya seperti lingkaran setan (tidak berujung). Pertama, nafsu akan menghasilkan keadaan yang membuat manusia tidak puas atau yang disebut ketidakpuasan (dissatisfaction).

Selanjutnya, manusia akan mencari cara dengan akalnya untuk menghilangkan ketidakpuasan tersebut dengan harapan perasaan itu akan hilang. Malangnya, setelah berhasil menghilangkan ketidakpuasan, nafsu manusia akan membuahkan kembali rasa ketidakpuasan tersebut dan terus-menerus melakukan proses tersebut seperti memiliki energi tanpa batas.

Contoh sederhananya yang sering kita temui adalah tentang kekayaan. Jika seseorang telah memiliki segunung emas, ketika ia menuruti nafsunya maka ia menginginkan segunung emas lagi. Setelah memilikinya, alih-alih ia merasa puas nafsunya malah membuatnya menjadi masih tidak puas. Proses tersebut terus-menerus terjadi dan dalam proses tersebut orang yang terus menuruti nafsunya tidak pernah merasa puas (walaupun anda sangat menginginkannya) seperti……. ya, lingkaran setan.

Amor fati

Inti dari cara kerja nafsu selalu membuat kita menginginkan kondisi yang berbeda dengan kondisi sekarang. Memang jika dilihat dari cara kerjanya, nafsu tidak pernah membiarkan kita puas dan bahagia. Dengan cara kerja selalu menginginkan kondisi yang berbeda dan energi yang tak pernah habis membuat kita berpikir bahwa pepatah “musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri” benar adanya. Atau kita bisa meralat pepatah tersebut menjadi lebih spesifik, yaitu “musuh terbesarmu adalah nafsu yang ada dalam dirimu.”

Friedrich Nietzche

Kabar baiknya, saya menemukan sebuah pemikiran seorang filsuf Jerman yang terkenal, yaitu Friedrich Nietzsche, yang menurut saya sangat memungkinkan kita untuk menghindari ketidakpuasan dalam kondisi apapun, yaitu amor fati. Dalam bukunya, Ecce Homo Nietzsche menulis:

“Formula untuk keagungan (greatness) manusia adalah “amor fati”, yaitu tidak ingin apa pun menjadi berbeda, tidak ke depan, tidak ke belakang, tidak di sepanjang keabadian. Tidak hanya sekedar menanggung yang memang harus dijalani… tetapi mencintainya.” — Friedrich Nietzsche

Amor fati atau yang diterjemahkan dari bahasa latin menjadi mencintai takdir (love of fate) memiliki arti yaitu suatu keadaan dimana kita tidak menginginkan kondisi apapun selain yang terjadi sekarang. Kita bukan hanya ikhlas menjalani kehidupan yang terjadi sekarang, namun mencintainya.

Epictetus, filsuf Stoa asal Yunani pernah menyebutkan pemikiran yang serupa dengan Friedrich Nietzsche, dalam buku Discourses:

“Jangan menuntut peristiwa terjadi sesuai keinginanmu, tetapi justru inginkan agar hidup terjadi seperti apa adanya, dan jalanmu akan baik adanya.” — Epictetus

Saya menemukan persamaan yang paling cocok terhadap amor fati dengan istilah kita sehari-hari, yaitu bersyukur. Keduanya memiliki definisi yang menurut saya sama secara konsep, yaitu antara mencintai takdir dan berterima kasih pada takdir. Keduanya juga berada pada level yang sama dan lebih tinggi daripada sekedar ikhlas.

Mengapa amor fati dan bersyukur bisa efektif mencegah nafsu menggerogoti kebahagiaan kita? Alasan yang saya temukan hanya satu, yaitu karena amor fati dan bersyukur mengalihkan perhatian kita dari yang semula fokus terhadap nafsu menjadi fokus terhadap apa yang kita bisa nikmati waktu kini. Jadi, bisa dibilang bahwa cara untuk bersyukur adalah mencintai dan berterima kasih pada Yang Maha Kuasa atas apa yang ada di masa kini.

Yang menjadi tantangan dari amor fati dan bersyukur adalah bila menghadapi situasi dan kondisi yang tidak menyenangkan, seperti sakit, terjatuh, atau kehilangan harta benda. Yang pertama harus dilakukan saat menghadapi peristiwa tersebut adalah hadapi secara objektif, yaitu lihat keadaan sebenarnya tanpa dicampuri pandangan pribadi. Bila tercampur pandangan pribadi terlebih dahulu, rasa ketidakpuasan akan berkemungkinan muncul.

Setelah itu, pikirkan sesuatu seperti hikmah dan pelajaran dari peristiwa tersebut yang bisa membuat anda bersyukur telah mengalami peristiwa tersebut. Dengan cara tersebut, sesulit apapun peristiwa yang anda hadapi dapat anda lalui tanpa adanya rasa ketidakpuasan dan malah merasakan kebahagiaandari peristiwa tersebut.

Manfaat bersyukur menurut sains

Selain dapat mengatasi ketidakpuasan secara filosofis, bersyukur juga memiliki beberapa efek positif menurut sains empiris. Beberapa peneliti melakukan berbagai penelitian tentang dampak bersyukur bagi sejumlah orang. Hasilnya tidak mengejutkan. Sebagian besar hasil penelitian menunjukkan bahwa bersyukur memberi manfaat baik secara fisik maupun mental.

Dikutip dari situs Harvard Health, bersyukur (gratitude) memiliki ikatan yang kuat dengan kebahagiaan yang meningkat. Hal tersebut dibuktikan dalam sebuah penelitian yang dilakukan ahli psikologi Dr. Robert A. Emmons dari University of California dan Dr. Michael E. McCullough dari University of Miami. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang menulis tentang hal-hal yang ia syukuri lebih optimis dan merasa lebih baik tentang hidup mereka.

Tak hanya efek terhadap mental, bersyukur juga memiliki manfaat bagi kesehatan jasmani. Dikutip dari situs Forbes, sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2012 menyatakan bahwa orang yang sering bersyukur merasa lebih sehat daripada orang lain. Hal tersebut dikarenakan mereka lebih peduli terhadap kesehatan dan rutin melakukan check-up ke dokter yang berkemungkinan membuat hidup mereka lebih panjang.

Penutup

Ketidakpuasan yang kita alami dalam hidup bukanlah karena apa yang belum kita miliki, melainkan karena kita tidak menyadari apa yang kita miliki. Secara logika, ketika kita dihadapkan dua pilihan, yaitu memberi perhatian pada nafsu atau mencintai kondisi saat ini, dengan akal rasional tentu kita akan memilih mencintai kondisi saat ini.

Memilih pilihan tersebut seperti apakah kamu ingin sengsara (yaitu memberi perhatian pada nafsu) atau bahagia (yaitu mencintai kondisi saat ini). Setelah penjelasan yang cukup panjang, dapat disimpulkan bahwa amor fati dan bersyukur dapat menjadi solusi atas ketidakpuasan dan menjadi sumber kebahagiaan seseorang.

“Be thankful for what you have, you’ll end up having more. If you concentrate on what you don’t have, you will never ever have enough.” — Oprah Winfrey

Silakan tekan tombol clap jika anda suka dengan artikel ini dan ketik di kolom response untuk menyampaikan komentar, kritik, atau saran. Bagikan artikel ini ke orang lain bila menurut anda bermanfaat.

Terima kasih!

--

--