Mengupas Kembali Momen Perjuangan Kemerdekaan

Seandainya Para Pejuang Terdahulu Bertemu Dengan Pemimpin Negeri Saat Ini.

Muhammad Irvan
Komunitas Blogger M
7 min readFeb 3, 2024

--

Orasi Presiden Indonesia yang pertama, Ir. Soekarno

Tepat hari Jum’at pada tanggal 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan bulan Ramadhan, Soekarno resmi memproklamirkan kemerdekaan bumi pertiwi setelah mendengar berita kekalahan Jepang atas sekutu yang membuat terjadinya kekosongan pemerintahan di Indonesia. Bukanlah keputusan yang mudah mengingat berbagai peristiwa terjadi sebelum putusan merdeka disampaikan. Perselisihan antara kaum tua dan muda dalam menentukan status kemerdekaan yang berujung “penculikan” ke Rengasdengklok oleh para pemuda menggambarkan situasi genting pada saat itu.

Perjuangan yang begitu panjang pun berbuah manis dengan hadirnya kemerdekaan. Beberapa sumber berbeda menunjukkan lamanya penjajahan berlansung, Ada yang menyebutkan 350 tahun dengan dalil awal kedatangan VOC pada abad ke 16, Ada yang menyebut 142 tahun dengan dalil Kolonialisme Belanda baru dimulai sejak bubarnya VOC.

Negara-negara barat pun silih berganti menunjukkan taring kekuasaannya di Nusantara dengan incaran utama sumber daya alam Indonesia yang memang sudah menjadi rahasia umum menjadi penggoda terhadap kedatangan asing pada saat itu.

Upaya perlawanan bukannya tak dilakukan. Berbagai upaya untuk mengusir penjajah pun dilakukan di berbagai wilayah. Aceh dengan kisah heroik Teuku Umar, Padang dengan Imam Bonjol, Banjarmasin dengan Panggeran Antasari, Makassar dengan Sultan Hassanudin hingga Papua dengan Frans Kaisepo terus berupaya mengusir penjajah. Namun perlawanan di berbagai daerah mampu dipadamkan oleh penjajah pada saat itu.

Sadar dengan kesamaan nasib serta butuhnya persatuan untuk mengusir penjajah. Gerakan pemuda hadir sebagai titik tumpu dalam memperjuangkan kemerdekaan bukan lagi mewakili daerah melainkan sebagai sebuah bangsa yang berdaulat.

Berbagai pemuda dengan latar belakang yang berbeda mengucap ikrar janji yang dikenal sebagai sumpah pemuda. Sehingga peristiwa yang begitu monumental berupa “Sumpah Pemuda” terekam dalam sejarah sebagai awal perjuangan sebagai sebuah bangsa menghilangkan segala jenis perbedaan dan mengutamakan kepentingan orang banyak.

Kongres Pemuda-Pemuda Indonesia

Perjuangan terus dilakukan dengan berbagai upaya. Namun kekalahan sekutu terhadap Jepang merubah peta internasional dengan Jepang muncul sebagai kekuatan baru. Hingga sampai pada tahun 1942 meskipun Belanda mundur tetapi Indonesia pun harus kembali merasakan penjajahan setelah sang “saudara tua” Jepang hadir dengan menjanjikan kejayaan Asia.

Tiga tahun Indonesia harus merasakan perihnya penjajahan Jepang sebelum serangan balasan sekutu hingga kekalahan Jepang mengawali proklamasi kemerdekaan.

Apakah setelah merdeka Indonesia dinyatakan bebas? Tentu saja belum. Hasrat sekutu untuk kembali menjajah bumi pertiwi kembali bergejolak serta tidak mengakui kemerdekaan Indonesia. Indonesia kembali dengan gigih mempertahankan kemerdekaan yang susah payah dihadirkan. Berbagai peristiwa pertempuran pasca kemerdekaan di berbagai wilayah menandai betapa heroiknya perjuangan anak bangsa yang tidak mau merasakan pedihnya penjajahan.

Pertempuran Ambarawa, Peristiwa Bandung Lautan Api, Teriakan Bung Tomo di Surabaya, Pertempuran Medan Area dan berbagai peristiwa lainnya menandakan Indonesia siap mempertahankan marwah sebagai sebuah bangsa yang merdeka meskipun nyawa taruhannya.

Gejolak pun bukan hanya timbul akibat hal eksternal, gerakan-gerakan dari dalam dengan tujuan memisahkan diri dari bumi pertiwi juga terjadi. DI-TII, RMS dan berbagai gerakan lainnya terus hadir dengan upaya menggoyang internal Indonesia yang kemerdekaannya baru seumur jagung. Bisa kita bayangkan bagaimana perjuangan luar biasa Para anak bangsa untuk menahan gempuran dari luar sekaligus memadamkan pemberontakan dari dalam.

Setelah perjalanan yang begitu panjang dan melelahkan dalam mempertahankan kemerdekaan. Upaya diplomasi membuahkan hasil dengan KMB Den Haag pada tahun 1949 menjadi akhir dari pendudukan Belanda di Indonesia.

Indonesia pun diakui merdeka dan memiliki kedaulatan yang sah sebagai sebuah negara. Soekarno yang sedari awal berdiri terdepan sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah terpilih sebagai Presiden pertama republik ini berpasangan dengan Muhammad Hatta.

KMB di Den Haag, Belanda pada tahun 1949

Uraian diatas hanya segelitinir dari seluruh alur kisah perjuangan untuk merebut kemerdekaan yang menggambarkan betapa panjangnya perjalanan ibu pertiwi yang kini telah berusia 78 tahun. Beragam peristiwa penting telah terjadi seiring bertambah usia negara kita tercinta.

Pemimpin demi pemimpin naik ke tahta tertinggi republik ini sehingga kita telah memiliki tujuh presiden, enam pria dan satu orang wanita. Dan kita akan segera memiliki presiden yang ke-8 tepat pada tahun 2024 ini.

Dengan latar belakang yang begitu panjang dalam meraih kemerdekaan. Penulis ingin mengajak para pembaca untuk membuka ruang imajinasi dan sama-sama kita membayangkan.

Apa yang terjadi seandainya para pejuang, pemikir serta pelopor lahirnya bangsa ini yang telah gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan bertemu dengan orang-orang berpengaruh di negara kita saat ini?

Apakah pujian akan diberikan terhadap prestasi yang ditorehkan bangsa atau justru sumpah serapah yang dilontarkan melihat kondisi bangsa yang tidak sesuai dengan yang diharapkan?.

Tentunya kita sepakat bahwa berbagai pencapaian telah mengiringi bumi pertiwi. Tujuh pemimpin kapal berbeda silih berganti telah berorientasi dan mengarahkan laju kapal kita tercinta dengan cita-cita mulia.

Namun tentunya kita kembali sependapat bahwa tidak ada kesempurnaan dalam diri manusia, sehingga terkadang pencapaian yang diraih tidak semua berhasil dengan baik. Justru peristiwa kelam juga datang pada masing-masing nahkoda kapal bukti ketidaksempurnaan pengelolaan dan arahan dari nahkoda.

Mari kita kembali berimajinasi, Siapa yang tak bangga melihat salah satu putra bangsa yang diakui karya-karyanya di bidang dirgantara dalam dunia internasional telah berhasil membuat pesawat terbang pertama di Indonesia?

Benar, Indonesia yang bahkan dikenal bangsa barat dulunya sebagai bangsa yang tidak memilki peradaban mampu melahirkan salah seorang putra terbaik bangsa yang dedikasinya tak perlu diragukan kembali di negeri ini. B.J Habibie yang juga merupakan presiden RI ke-3 sukses membuat dunia terpukau dengan kecerdasannya sehingga Jerman tak ragu memberikan status sebagai warga negara kehormatan.

Lepas landasnya N250 Gatotkaca sebagai pesawat pertama yang dibuat oleh putra-putra terbaik bangsa yang dikepalai Habibie mampu membuat Indonesia selangkah lebih maju dibanding negara-negara asia lainnya dalam bidang dirgantara dan bahkan mampu turut bersaing dengan negara-negara maju yang memproduksi pesawat terbang pada saat itu.

Penulis yakin bila Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara masih hidup pada saat itu pasti menangis haru melihat lepas landasnya N250 Gatotkaca yang menandai bahwa putra terbaik bangsa telah sukses di bidang pendidikan terkhusus dirgantara dan mampu bersaing dengan dunia internasional.

Pesawat N250 Gatot Kaca, Pesawat Buatan Indonesia Pertama Karya BJ. Habibie

Kemudian kita bisa membayangkan bagaimana bangga serta terharunya RA Kartini, salah seorang pahlawan yang memperjuangkan emansipasi serta kesetaraan wanita melihat kesuksesan serta kemandirian srikandi-srikandi tangguh bumi pertiwi yang mampu hadir sebagai pilar penting di negara ini. Betapa tidak, sentuhan tangan wanita-wanita Indonesia tidak bisa diabaikan dalam perkembangan Republik ini menandai bahwa perempuan bisa berjalan berdampingan dengan laki-laki jika itu demi kebaikan bangsa.

Sri Mulyani yang telah menjadi menteri keuangan Indonesia selama dua periode pemerintahan Presiden Jokowi dan Retno Marsudi, perempuan tangguh lainnya yang memimpin Kementerian Luar Negeri juga selama dua periode bukti keduanya merupakan wanita cerdas dan berpengaruh besar dalam pemerintahan saat ini. Tak lupa pula Presiden kelima Republik ini, Megawati Soekarnoputri yang juga merupakan seorang perempuan.

Masih banyak keberhasilan-keberhasilan yang ditorehkan oleh putra-putri terbaik bangsa di bidangnya masing-masing seiring dengan bertambahnya usia negara kita tercinta. Menunjukkan bahwa bangsa ini terus tumbuh menjadi bangsa yang besar dan diakui oleh dunia. Namun tentunya kita sepakat bahwa dalam perjalanan panjang negeri ini turut ditandai dengan beberapa sejarah kelam yang melanda bumi pertiwi. Apa yang terjadi jika para pendiri dan pejuang bangsa dahulu melihat sejarah kelam yang justru disebabkan oleh anak bangsa itu sendiri?

Tragedi kemanusiaan Mei 1998 tentu tak bisa lepas dari ingatan kita bersama. Berbagai kejadian yang menguras air mata, menimbulkan kerugian yang besar dan juga menelan korban jiwa yang cukup banyak. Perlakuan semena-mena kaum pribumi terhadap etnis tionghoa yang merupakan minoritas hingga menimbulkan korban jiwa tentu sebuah kejadian yang menyayat hati. Bisakah kita membayangkan bagaimana kecewanya Sultan Hamid II, salah satu pahlawan yang menyematkan simbol “Bhinneka Tunggal Ika” di lambang negara kita melihat negara yang seharusnya mengakui dan bangga akan kemajemukan justru menjadi tempat yang tak aman bagi etnis minoritas?.

Peristiwa Kerusuhan Mei 1998

Kemudian bisakah kita bayangkan bagaimana rasa marah dan kecewa para pejuang bangsa dahulu melihat angka kemiskinan masih tinggi di negara kita? Karna pada dasarnya cita-cita mulia para pejuang terdahulu ingin lepas dari belenggu penjajahan selain untuk merdeka juga ingin merasakan lansung kekayaan sumber daya alam Indonesia dimanfaatkan seutuhnya untuk kemakmuran rakyat.

Kekayaan alam bumi pertiwi yang sangat menggoda berbagai eropa untuk datang dan mengeksploitasi secara besar-besaran yang berbuntut pada terjadinya penjajahan bisa memberi bayangan kepada kita betapa luar biasanya kekayaan alam kita.

Tetapi mirisnya, kekayaan alam Indonesia tak mampu mendongkrak kemakmuran rakyat. Data BPS pada Maret 2023 yang mencatat bahwa 25,90 Juta Rakyat Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan menjadi tamparan keras bagi para pemimpin Republik ini. Bahkan kondisi tanah Indonesia yang subur dan cocok ditanami berbagai tanaman pun tak mampu untuk menghentikan keran impor yang terus terbuka yang tentunya berdampak kepada petani negara kita. Tentunya tidak bisa kita bayangkan bagaimana sumpah serapah yang dikeluarkan para pejuang dahulu melihat kondisi miris negara kita saat ini.

Tentunya masih banyak PR yang harus dikerjakan demi membangun Indonesia yang lebih baik lagi. Masih banyak amanat penting yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 belum terlaksana sepenuhnya.

Dan menjadi tanggung jawab kita selaku masyarakat Indonesia untuk mengawal pemimpin negeri ini yang berwewenang untuk menunaikan janji sesuai dengan amanat Undang-Undang dan berdasarkan asas Pancasila. Harapan besar kita tentunya melihat Indonesia menjadi “rumah” yang aman dan nyaman bagi seluruh rakyatnya dan membuat para pejuang terdahulu tersenyum bangga atas kemajuan negara Indonesia tercinta.

--

--