Menjadikan Musik Sebagai Energi Menulis

Arthur Von
Komunitas Blogger M
2 min readMay 19, 2021
Photo by Dillan Shook on Unsplash

Menulis memang sangatlah menyenangkan. Kegiatan menulis sudah menjadi budaya dan pengetahuan bagi manusia. Keunggulan manusia dari makhluk hidup lainnya terletak salah satunya dalam menyiratkan tanda, tanda tersebut lantas membawa peradaban dan dipahami oleh manusia di zaman dahulu dalam bentuk simbol kuno hingga menjadi huruf yang banyak ragamnya dan mudah dipahami seperti sekarang.

Ketika menulis biasanya manusia mempunyai pengetahuan, pertanyaan atau pendapat yang sudah direncanakan. Kemudian barulah biasanya ketiga hal tersebut dikelola dan dikemas dengan rinci untuk dibaca.

Untuk seseorang yang handal dan terbiasa menulis, melakukan hal yang demikian mungkin akan mudah. Merumuskan struktur, menemukan diksi yang tepat dan kemudian segera disusun menjadi paragraf. Tapi, bagi penulis sendiri hal tersebut belum cukup dalam menulis. Penulis memang masih sangat kurang dalam menulis termasuk ketika mengemukakan gagasan dan penulis mempunyai salah satu cara yang tanpa penulis sadari menjadi solusi serta kebutuhan penulis dalam menulis, yaitu mendengarkan musik.

Mendengarkan musik bagi penulis sudah menjadi hobi kedua setelah menulis. Biasanya penulis mendengarkan musik untuk memahami kosa kata baru atau untuk mempelajari suatu bahasa asing. Namun, baru-baru ini penulis merasa bahwa mendengarkan musik bagi penulis ternyata lebih dari dua hal tersebut.

Mendengarkan musik telah menjadi kebiasaan baru bagi penulis dalam merangkai kalimat. Dengan mendengarkan musik, penulis semakin mudah mengakses kalimat apa yang ingin penulis tulis.

Menurut Yulisussanti et al (2013) tentang pengaruh musik Jazz terhadap kecerdasan remaja disebutkan bahwa musik Jazz merupakan cara untuk mengkomunikasikan jiwa seseorang yang mengalami kesulitan, ide, cinta yang menerangi, dan aspirasi dari semua orang untuk membuat hidup yang lebih baik.

Kondisi seperti menenangkan, membawa harapan dan sensasi pencerahan dari suasana musik tersebutlah yang merupakan hasil efek emosional, ialah flow. Menurut Goleman (2007) flow merupakan keadaan bebas dari gangguan emosional, sehingga individu dapat fokus pada pekerjaannya.

Flow tidak hanya ditemukan pada musik Jazz saja, ada banyak jenis musik yang bisa kita pilih untuk didengar dan mendapatkan sensasi tersebut. Barangkali pembaca punya selera tersendiri dalam mendengarkan musik sebagai energi ketika menulis. Misalnya, bagi penulis sendiri sangat senang rasanya jika menulis sambil mendengarkan lagu dari Coldplay dan Owl City. Tidak jarang, beberapa pilihan kata penulis pun datang dari lirik lagu keduanya. Namun jika bosan, penulis biasanya juga akan mencari dan mencoba beberapa musik berbeda lainnya untuk mendapatkan flow sebagai energi baru ketika menulis.

“Once admitted to the soul, music becomes a sort of spirit, and never dies” -Edward Bulwer Lytton

References:

Goleman, D (2007) Emotional Intelligence. Terjemahan oleh T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Yulissusanti et al (2013) Pengaruh Musik Jazz Terhadap Kecerdasan Emosi Pada Remaja SMA Kelas XI (Penelitian Eksperimen Kuasi pada Remaja Kelas XI SMA di Semarang). Journal Undip

--

--

Arthur Von
Komunitas Blogger M

A man who would like to share his self-discovery, harmony and desire. I'm also an insect enthusiast.