Mental Sopir, atau Mental Penumpang?
Secara tidak sengaja ketika sedang asyik browsing-browsing situs pelatihan online Indonesia beberapa tahun lalu saya menemukan kursus berikut ini dari situs IndonesiaX.
Sekilas pada laman deskripsi saya membaca “Self Driving Course”.
Hah, prof. Rhenald Kasali ternyata memberikan kursus self driving car juga? masa sih??
Ternyata konteks self driving-nya berbeda hehehe…, bukan self-driving car, tapi membicarakan mengenai pembentukan mental self-driving pada manusia.
Jujur saja, isinya bagus sekali. Pelajaran-pelajaran tersebut membuka pikiran juga bagi para orang tua untuk mendidik anak-anak mereka agar memiliki mental sopir, bukan mental penumpang. Berikut ini salah satu cuplikan videonya,
Saya rasa hal yang disampaikan oleh sang guru besar banyak benarnya, dan sesuai fakta kehidupan, terutama ketika membahas permasalahan keluarga kelas menengah keatas.
Sebagai contoh, banyak dari kita sebagai manusia merasakan susahnya perjuangan hidup ketika kecil dulu hingga dewasa, banyak sekali tantangan hanya agar bisa sekedar bersekolah misalnya.
Ketika dewasa merasakan buah manis hasil perjuangan, mendapatkan kesuksesan dalam hal pekerjaan. Mampu membangun keluarga yang lebih mapan dan memberikan kenyamanan bagi keluarganya sendiri.
Tentu mereka tidak ingin agar anak-anaknya merasakan penderitaan yang sama dengan ketika mereka kecil dahulu sehingga berusaha menyediakan lingkungan yang lebih nyaman bagi anak-anak. Sekolahan bagus, kursus bagus, fasilitas pendidikan bagus, dsb.
Anak-anak tersebut kemudian tumbuh dalam lingkungan yang dianggap “baik”, pendidikan tinggi, namun ketika dewasa ternyata kalah dalam persaingan hidup dan akhirnya malah frustasi dengan hidupnya sehingga bisa dikatakan tidak sesukses orang tuanya.
Kenapa?
Ternyata yang membuat sang orang tua sukses bukan (hanya) kualitas pendidikannya, namun mentalitas yang membentuk dirinya dari kecil hingga dewasa. Mentalitas yang teruji dengan baik sehingga ketika dia berhadapan dengan permasalahan hidup manusia dewasa telah matang dan siap.
Tanpa sadar orang tua tersebut justru malah secara keliru membuat lingkungan yang kurang kondusif bagi anak-anaknya dalam tumbuh dan berkembang sehingga anak-anaknya tidak memiliki kualitas mentalitas yang sama dengan dia.
Padahal justru mentalitas itulah yang akan menjadi salah satu faktor penting menghadapi pergulatan hidup ketika seseorang memasuki dunia dewasa kelak.
Keberanian menentukan arah hidup, mengambil keputusan, berani mengambil resiko, pantang menyerah, selalu berpikir bagaimana caranya agar sampai pada tujuan, merupakan ciri-ciri mentalitas sopir. Itulah poin dari self-driving course prof. Rhenald Kasali, mengajak kita untuk melatih baik diri kita sendiri maupun anak-anak kita agar memiliki mentalitas sopir, bukan penumpang.