Menyoal Twibbon di Kalangan Mahasiswa (Baru)

Lentera Fajar Muhammad
Komunitas Blogger M
3 min readAug 1, 2021

Twibbon di masa sekarang seakan menjadi suatu hal yang tak pernah lepas dari kehidupan mahasiswa baru

Twibbon Tadika Mesra by Riyanz

Tahun ajaran baru dataanggg. Apa artinya? Benar sekali, bayar UKT lagi. Eh maaf-maaf maksud saya mahasiswa baru akan segera bermunculan lengkap dengan segala krisis eksistensi mereka. Maba-maba unyu yang mayoritas baru lulus sma ini tentunya masih bangga-bangganya diterima di kampusnya saat ini, berbeda dengan mahasiswa bangkotan seperti saya dan beberapa kawan saya.

Lantas apa lagi media yang lebih tepat untuk menunjukkan kebanggaan mereka kalau bukan: Twibbon

Saya masih ingat betul waktu saya diterima dulu juga merasakan euforia yang sama. Naas bagi saya waktu itu, baik (panitia) universitas maupun fakultas tidak mengeluarkan twibbon untuk dipasang bersama foto. Sementara teman saya yang lain dengan bangga memajang foto mereka lengkap dengan jurusannya di instagram.

Tentunya keresahan yang sama juga dirasakan banyak mahasiswa lain. Massa yang kecewa bahkan sampai membuat desain twibbon sendiri hingga melangsungkan voting di grup angkatan, meskipun akhirnya batal karena dilarang kakak panitia.

Akan tetapi kekecewaan kami toh tak berlangsung lama karena seusai masa ospek kami bisa berfoto di lingkungan kampus lengkap dengan mengenakan jas almamater yang kancingnya mudah lepas itu. Oleh karenanya saya merasa bersimpati dengan mahasiswa baru yang akan segera masuk. Apalagi bila melihat kawan mahasiswa tua yang mengata-ngatai mereka hanya karena ingin ada twibbon untuk dipajang.

Eh beneran lho, ada saja yang merasa keinginan beberapa oknum maba tahun ini agar diadakan twibbon sebagai suatu masalah besar untuk dikomentari. Tapi coba lihat sejenak dari sudut pandang mereka.

Jangankan mereka yang baru akan masuk, kakak tingkat mereka saja bisa jadi masih banyak yang belum memiliki jas almamater. Apalagi berfoto ria di kampus. Mulai dari ospek hingga kuliahnya saja dilakukan via daring yang entah hingga kapan.

Kalau saya ada di posisi mereka bisa dipastikan jiwa insecure saya meronta-ronta. Di setiap dinginnya tengah malam pasti terpikir “ini aku beneran diterima ga sih?”. Meskipun saya tahu slip pembayaran ukt yang saya pajang di dinding merupakan bukti yang nyata adanya, hadirnya twibbon mungkin bisa sedikit meredakan rasa cemas itu.

Maka pesan saya kepada teman-teman mahasiswa tua yang arif dan bijaksana, mohon keinginan adik-adiknya itu jangan dicaci maki. Toh nanti kalau udah kuliah mereka juga ampun-ampun kalo disuruh upload twibbon kepanitiaan. Coba pahami situasi mereka, ajak kenalan kalau perlu, sukur-sukur dapet pendamping wisuda kan?

Sementara itu bagi mahasiswa yang baru akan masuk yang kecewa kampusnya tidak ada twibbon jangan bersedih dulu. Meskipun keputusan panitia tidak dapat diganggu gugat seperti lomba cerpen, semua ada tujuan mulianya kok. Kamu gak pengen kan rasa bahagiamu justru dimanfaatkan pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang menyalahgunakan informasi pribadimu?

Lagi pula, twibbon bukan hanya tentang sombong dan pamer. Pembaca seangkatan saya tentunya masih ingat dengan Universitas Peternakan Ikan Lele yang sempat ramai di media sosial.

Lulusan sekolah dari beragam penjuru nusantara beramai-ramai mengunggah foto mereka di instagram, lengkap dengan caption pendukung. Sebuah upaya menjaga diri tetap bahagia di tengah realitas hidup yang tak selalu sesuai keinginan. Lihat, twibbon rupanya juga bisa menjadi hiburan dan simbol harapan layaknya logo “S” di kostum superman.

--

--

Lentera Fajar Muhammad
Komunitas Blogger M

Political Mythologist. Talking about mythology, superheroes, and sometimes politics too