Merasa Kesepian di Tengah Kepesatan Dunia Media Sosial

Hasbi Haris
Komunitas Blogger M
5 min readMay 22, 2024
Photo on okezone

Dunia digital yang berkembang begitu pesat menciptakan koneksi tidak terbatas antar manusia. Hubungan interpersonal yang dijalin sekarang terkadang hanya sebatas layar handphone tanpa harus langsung bertatap muka dan perkembangan informasi berkembang menjadi suatu hal yang sangat intens. Media sosial menciptakan ruang transparan menuju dunia yang dinamis dan kini tidak saling terikat.

Namun, perkembangan dunia digital yang begitu masif dengan implikasinya pada proses hubungan sosial yang begitu cepat masih menimbulkan beberapa kendala besar. Hal ini terkait hubungan sosial yang berubah dan menciptakan kondisi tidak normal terhadap sebagian besar orang.

Bahkan, sebagian besar orang merasa kesepian di tengah kepesatan media sosial yang berkembang. Mengapa terjadi demikian?

Penggunaan Media Sosial dan FOMO

Menurut data yang dikeluarkan oleh databooks, pengguna internet di Indonesia mencapai 185 juta jiwa. Hal ini berarti lebih dari tujuh-puluh persen penduduk Indonesia telah memakai penggunaan internet di kehidupan sehari-hari. Dengan rincian 90,9 persen memakai WhatsApp, 85,3 persen memakai Instagram, 81,6 persen memakai Facebook, 73,5 persen memakai TikTok, 61,3 persen memakai Telegram, dan 57,5 persen memakai X.

Negara kita menduduki peringkat ke-3 sebagai negara yang memiliki durasi penggunaan media sosial tertinggi di dunia, dengan rata-rata waktu penggunaan selama lebih dari 3 jam 26 menit perhari. Data itu menunjukkan bahwa rata-rata durasi penggunaan media sosial penduduk Indonesia telah melebihi rata-rata penggunaan global yang jatuh pada kisaran durasi selama 2 jam 24 menit perhari.

Penggunaan media sosial ini biasanya didasari oleh motivasi internal pengguna yaitu agar dapat terkoneksi secara langsung terhadap perkembangan dunia yang begitu pesatnya. Keinginan untuk selalu terhubung secara maya dengan orang lain, dengan harapan terjalin koneksi yang intens, dan menjadi ruang sarana komunikasi publik menyebabkan penggunaan media sosial tumbuh begitu masif.

Hal ini memicu perilaku Fear of Missing Out atau FOMO. Perilaku ini didasarkan pada rasa takut akan ketinggalan sebuah informasi atau berita yang tengah terjadi atau sedang hangat dibicarakan. Pengguna media sosial menjadi terikat akan adanya bunyi lonceng notifikasi yang tiap saat berdering demi menghindari perasaan terasing akan informasi yang berkembang. Padahal, setiap informasi atau berita yang masuk di media sosial bukanlah seluruhnya bersifat penting dan harus benar-benar diketahui pengguna.

Pengguna yang FOMO sebenarnya hanya takut ketinggalan cepatnya perkembangan dunia. Perasaan menggebu menerima informasi baru atau penasaran terhadap informasi yang seharusnya bersifat privasi mendorong terusnya penggunaan media sosial yang semakin pesat. Hal ini dilakukan agar pengguna media sosial tidak merasa terkucilkan dari sesama pengguna media sosial lain yang telah mendapatkan informasi yang dibagikan terlebih dahulu.

Penggunaan media sosial yang terlalu intens juga menyebabkan rasa saling membandingkan antara diri sendiri dan orang lain secara tidak sehat. Social Comparison ini terjadi dikarenakan konten yang masing-masing dibagikan pengguna media sosial. Membandingkan diri dengan orang lain secara tidak normal memunculkan perasaan negatif dan rasa tidak bersyukur akan kehidupan yang sedang dijalani. Padahal, seluruh informasi dan konten yang ada di media sosial bukanlah seratus persen nyata dan apa adanya. Rasa iri hati dan dengki malah akan menyebabkan perasaan tidak ingin berinteraksi secara langsung dan menarik diri dari lingkungan.

Kesepian di Tengah Masifnya Media Sosial

Perasaan terisolasi akan adanya media sosial menyebabkan kesepian meningkat pada seorang individu. Kesepian diakibatkan karena rasa hubungan interpersonal yang tidak nyata dan dibuat-buat. Penggunaan media sosial yang meningkat mengurangi intensitas hubungan langsung antara sesama manusia. Perasaan kesepian ini didasari tidak adanya rasa saling percaya antar-individu akibat hubungan yang tidak langsung dan hanya sebatas dunia maya. Kesepian tanpa adanya interaksi langsung cenderung meningkatkan rasa depresi di dalam diri.

Penggunaan media sosial yang intens dan terus-menerus malah tidak membuat kesepian semakin menghilang. Ini dikarenakan teman maya hanya dirasakan dan hadir pada saat-saat tertentu saja tanpa adanya keterikatan fisik dan mengobrol secara langsung. Hubungan sosial yang terjalin tidak nyata tanpa adanya interaksi secara hangat. Pengguna media sosial tidak merasakan berteman secara apa adanya, mendengar suara ketika mengobrol dan canda tawa yang spontan. Hubungan sosial yang seperti inilah yang menjadi penawar dari rasa kesepian itu sendiri.

Menurut studi yang dilakukan oleh University of Pennsylvania yang berjudul No More FOMO: Limiting Social Media Decreases Loneliness and Depressions menerangkan bahwa pembatasan penggunaan media sosial malah akan menyebabkan kesepian menghilang secara perlahan. Responden dari mahasiswa yang berjumlah 143 orang melaporkan bahwa suasana hati dan kepuasaan diri yang tinggi meningkat setelah pembatasan penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berdampak terhadap interaksi sosial nyata yang meningkat dan rasa kesepian yang perlahan berkurang.

Interaksi secara tidak nyata memang malah meningkatkan kesepian semakin nyata. Interaksi yang terbatas layar dingin handphone memang tidak mampu menggantikan proses interaksi antar sesama secara benar-benar nyata. Mendengar suara secara langsung, bercanda tawa dengan teman apa adanya, saling tersenyum dan rasa saling percaya satu sama lain merupakan suatu langkah utama dalam menghilangkan rasa kesepian di dalam diri.

Detox Media Sosial

Kurasa, sebaiknya kita melakukan pembatasan dalam penggunaan media sosial. Carilah interaksi sosial secara nyata dan langsung sehingga perasaan kesepian perlahan semakin berkurang. Cari hobi dan komunitas, bertemanlah dengan teman yang nyata demi menghadirkan perasaan interaksi sosial yang hangat dan saling percaya.

Kata orang-orang sih, go outdoor and touch the grass, man! Ya, pengalaman dan pertemanan di luar memang kuncinya. Jangan hanya terpaut di dalam dunia maya pada layar handphone yang luasnya hanya beberapa inci.

Aku pernah mematikan data WhatsAppku selama seminggu. Rasanya enak sekali. Aku benar-benar menikmati waktuku secara nyata di lingkungan. Perasaan menjadi nyaman dan suasana hatiku sungguh baik. Tentu saja ini kulakukan ketika sedang libur sekolah. Beberapa orang yang mencariku beranggapan aku menghilang dan lainnya, haha.

Selama sudah lebih hampir dua tahun, notifikasi di handphone kumatikan. Seluruh media sosial kujadikan begitu. Bahkan, jika aku ingin memakai WhatsApp atau yang lainnya, aku akan menghidupkan datanya untuk melihat-lihat sebentar lalu mematikannya kembali. Hal ini kulakukan sendiri agar menikmati waktuku dan tidak terikat dengan adanya adiksi media sosial yang menghambat pekerjaan diri sendiri setiap waktu. Dengan ini, aku tidak terlalu memantengi layar handphone tiap saat dan menikmati saat-saat bermain bersama kucing misalnya, atau lebih cepat mengerjakan tugas sekolah dahulu atau menikmati musik dan membaca buku.

Dan apapun itu, tetap jadi manusia seutuhnya bukan dibudaki oleh media sosial. Satu, dua, atau tiga teman yang benar-benar nyata sungguh berharga dibanding ratusan atau ribuan pengikut media sosial yang tidak bisa diajak hanya sekadar mengobrol dan jalan-jalan keluar sore. Apalagi teman yang hanya dijadikan exposure konten dunia maya.

Itu saja kurasa, aku mau makan dulu.

Sumber:

Astuti, S. W., & Subandiah, D. S. Detox Media Digital (Sikap Milenial Terhadap Detox Media Digital) Digital Media Detox (Milenial Behaviour towards Digital Media Detox). Universitas Mercu Buana.

Fatimah. (2018). Membatasi Pemakaian Media Sosial Ternyata Bisa Kurangi Rasa Kesepian. Kompas.com.

Miftahurrahmah, Habibah. (2020). Hubungan Kecanduan Sosial Media dengan Kesepian pada Mahasiswa. Acta Psychologia, 2(1), 153–160.

Mussweiler, T., Corcoran, K., & Crusius, J. (2011). Social Comparison: Motives, Standards, and Mechanism. Theories in Social Psychology, December, 119–139.

Wahyuning, S., & Yenny. (2021). Hubungan Antara Penggunaan Media Sosial Dengan Kesepian dan Perilaku Perbandingan Sosial. Jurnal Psikohumanika.

--

--