Mundur.

Ventino
Komunitas Blogger M
3 min readJul 3, 2024
Photo by Heather Gill on Unsplash

Di era sekarang sangat mudah untuk kita menutup mulut sendiri, tidak berusaha untuk mencampuri kehidupan kita dengan sesuatu yang memiliki risiko besar. Hidup alakadarnya ditemani dengan satu hembusan napas yang menenangkan serta tidak ambil pusing dengan kondisi di sekitar kita. Sangat menyenangkan.

Namun, bagaimana jika seluruh umat manusia berpikiran hal yang sama dengan apa yang saya tuliskan barusan?

Mungkin akan timbul sedikit paradoks, namun yang ingin saya tekankan adalah bagaimana bila tidak ada orang-orang yang berani untuk mengambil sebuah risiko sebagai bentuk upaya memperbaiki tatanan dan kestabilan negeri ini? Segalanya akan berantakan. Lebih dari yang bisa kita bayangkan.

Menutup mulut, ya, sejujurnya saya lebih senang untuk menutup mulut terhadap hal-hal yang memang sifatnya bisa “memancing”. Saya juga punya ketakutan untuk berbicara dan mengkritik negeri ini secara masif. Alhasil saya hanya bisa melihat orang-orang yang memiliki nyali lebih besar dari saya berbicara di platform media sosial, dan saya sendiri tidak bisa berbuat apa-apa selain menutup mulut serta menonton.

Tapi, satu berita membuat saya ingin menulis tulisan ini.

Perlu diketahui judi online di negeri ini sudah menjadi suatu kata yang tidak asing lagi. Angka pemain beserta uang yang dikeluarkan membludak merusak ekosistem negara. Beberapa orang pun mulai mengangkat suaranya untuk membicarakan perihal ini. Menganalisis kondisi hingga berusaha memberi solusi. Dan mau bagaimana pun, hal-hal itu menjadi sebuah titik evaluasi bagi instansi pemerintahan, khususnya KOMINFO.

Saya tahu mereka telah mengerahkan segalanya untuk mencoba menghentikan kasus judi online. Dari memblokir situs judol (yang hampir terlihat seperti gerakan pasrah karena tidak tahu harus berbuat apa) sampai memberi sebuah peringatan jangan judol lewat SMS. Tapi tetap saja, akar masalahnya bukan di sana. Mending bila SMS yang diberikan bersifat edukatif. Nyatanya….

Hari minggu tanggal 30 Juni, KOMINFO mengirimkan sebuah SMS ke ponsel saya. SMS yang isinya adalah sebuah pantun yang bisa dibuat oleh anak SMP diikuti #STOPJUDIONLINE, dan kalian pikir hanya dengan pantun itu orang-orang langsung sadar, langsung terbuka otaknya bahwa judi online adalah sesuatu yang menyesatkan? Mungkin ada, namun bagi saya SMS itu tak lain seperti SMS penipu yang mengatakan kalau kita menang 10 juta. Tak saya gubris.

Saya mengerti, warga biasa seperti saya bisa berbuat apa? Tidak ada. Kerjaan saya hanya menulis dan menghitung persamaan matematika. Sulit untuk saya bisa membuat negeri ini bebas dari judi online. Bahkan hanya dengan sebuah tulisan. Tapi tulisan-tulisan seperti ini, tulisan-tulisan yang dicetak dan dipublikasikan entah lewat online atau offline oleh para wartawan — seperti yang saya bilang sebelumnya — menjadi satu titik bahan evaluasi bagi Anda wahai KOMINFO. Mereka bersuara terhadap isu ini dan mengharapkan bahwa instansi pemerintahan berbuat sesuatu untuk mengatasi masalah ini.

Solusi? Saya tahu kapasitas saya, dan sejujurnya yang hanya bisa saya sarankan adalah mengubah format apa yang kalian lakukan dengan sesuatu yang lebih edukatif bukan dengan memberikan pantun. Kalian bisa buat iklan masyarakat dan sebuah SMS yang berisi tentang seberapa bahayanya judi online. Sekali lagi, bukan dengan pantun anak SMP.

Dengan segala hormat jikalau bisa — dan mungkin lebih baik — Bapak mundur.

Dan untuk para oknum punya kuasa yang berusaha menutup-nutupi, semoga hidup kalian tenang.

Rest In Peace Rico Sempurna Pasaribu — Seorang wartawan di Sumatra sana — dan keluarga.

--

--