Mungkinkah Bilik Sel Penjara Lebih Baik Untuk Menghindar Dari Asap Rokok?

bermainKata
Komunitas Blogger M
8 min readNov 1, 2020
Photo by Ander Burdain on Unsplash

Dengan terburu-buru Kaim memacu laju motor nya meski dibelakang beberapa kali istrinya berkata dalam bahasa daerah jangan gila bawa kendaraan. Meski sudah janjian lewat telepon Kaim masih saja kuatir jika telat tiba di rumah Bosnya, Bisa-bisa nanti Dia ketinggalan menumpang Mobil Bos yang hendak ke kantor, Begitu lah tantangan yang dihadapi ASN seperti Kaim yang berdomisili di Ibukota Provinsi sementara tempat Ia bekerja adalah Kota Kabupaten yang jaraknya bisa memakan waktu 1 hingga 2 jam berkendara.

Hari ini sesuai dengan undangan yang beredar lewat grup Wa kantornya, para PNS tentu saja termasuk Kaim di minta mengikuti upacara, Wajib ! katanya begitu laman komentar di Wa grup yang sempat Kaim baca sepintas kemarin.

Karena takut ketinggalan Tumpangan, maka seruan istrinya yang berbonceng di belakangnya dan sudah dari tadi kuatir dengan laju kendaraan yang Kaim Pacu terpaksa diabaikannya sambil tetap fokus dan berhati-hati dengan kendaraan yang mulai beraktivitas di jalanan meski jumlahnya masih sangat jarang karena waktu masih pagi, Jam di ponselnya pun belum juga menunjukan punyal 06.00 WITA.

Sesampainya Ia di tujuan, Alhamdulillah!…, gumam nya di dalam hati sebab BOS yang memberinya tumpangan belum meninggalkan rumah menuju kantor, namun dari nada getar yang terasa di kantong bajunya, Dia meyakini kalau BOS nya baru saja menelpon ke ponselnya. Itu terlihat saat Kaim sudah berada di hadapan BOS nya, sang BOS masih saja memencet Tombol memanggil di Ponsel milik nya.

Dengan tanpa basa-basi hanya berucap terima kasih “Sayang” begitu kata Kaim kepada istri nya, Ia segera mengambil tas yang Ia letakkan di antara sadel dan setang motor. Saat yang sama dengan cekatan Istri nya menyelipkan ke dalam tas milik Kaim sebuah kantong berisi bekal untuk makan siang di kantor siang ini. Seolah Dia memahami bahwa setiap hari jumat seperti ini kantin di kantor Suaminya pasti tidak buka alias libur.

Dengan mengucap Bismillah Kendaraan meluncur meninggalkan Rumah Si BOS, Melaju Menuju arah Kantor di mana Kaim akan mengikuti Upacara. Namun belum lagi kendaraan Jauh meninggalkan Rumah SI BOS, posisi mobil pun masih berada dalam wilayah Kota Provinsi, perasaan yang tadinya senang karena dapat tumpangan gratis seketika berubah menjadi Kekuatiran. Saraf dan energy tubuhnya yang sejak pagi tadi bersemangat hendak bergabung dengan SI BOS bersama satu lagi rekan sekantornya kini mulai dirasuki perasaan cemas, segala ingatan pun satu persatu mulai datang di benak nya.

Teringat operasi yang baru saja Ia jalani dua bulan yang lalu dan untuk sampai ke keadaan hari ini butuh waktu dan perjalanan yang tidak mudah. Butuh kesabaran serta pengorbanan yang tidak sedikit. Masih tersisa Rasa cemas, rasa nyeri dan berbagai perasaan yang tidak enak pun masih menghinggapi sebagai respon Trauma atas Kecelakaan dalam Operasi Pengangkatan Tonsil yang sudah Akut yang Kaim alami pada bulan september lalu.

Beristrahat dari aktivitas Kantor dan menjalani Rawat Jalan selama lebih kurang dua bulan, membuat Tubuh nya ini berangsur pulih dan dapat kembali beraktifitas ke kantor. Untuk hal yang satu ini bagi Kaim adalah rahmat tuhan yang luar biasa, begitu Dia berkata dalam hati nya.

Pikiran cemas itu datang akibat asap yang mulai mengepul dan bertebaran ke arah Kaim yang duduk sendiri di Jok belakang tepat sejajar dengan Si BOS. Tanpa rasa sungkan SI BOS terus melanjutkan menghisap rokok seolah berebut berpacu semakin kencang laju kendaraan maka semakin kencang pula hisapan Rokok yang menempel di bibir sang Bos.

Sebagai jurus menghindar pertama Kaim coba bergeser ke arah pintu kanan sejajar dengan SI DRIVER sambil menurunkan kaca jendela kendaraan beberapa cm, belum merasa cukup aman dengan itu dan untuk memastikan kepulan asap dari rokok SI BOS tidak terus terhirup oleh nya, maka Ia pun mulai kasak kusuk mencari masker yang biasa Ia Bawa setiap bepergian. paling tidak jika tak ada masker yang biasa Ia beli di apotek seharga 5.000 Rupiah, biasanya ada Scarf atau slayer ala Mapala yang biasa di bawanya setiap kali bepergian. Sambil memasukkan tangannya ke setiap kantong Tas miliknya, Kaim bergumam “ Mana ya, Masker Saya ? biasanya ada kok di Tas Ini. Tetapi sekeras apa pun usaha nya mencari masker biar segera dapat menutup hidung Namun benda yang dicari nya itu pun tak juga kunjung ketemu.

WADUH… ini Gimana, ya ? … Pikirnya saat itu.

Pasti ketinggalan di rumah, gumam nya karena mulai panik dengan situasi dalam mobil ini sambil mencoba pasrah Kaim lanjut bergumam “gimana ceritanya ini, situasi dalam mobil penuh asap rokok tapi saya Ngak membawa masker sebagai penghalau Asap rokok yang sangat menyiksa ini. Sambungnya di dalam Hati.

Sebagai gantinya Kaim mencoba menikmati perjalanan dengan menurunkan kaca jendela mobil hingga cukup lebar dan angin pun bisa leluasa masuk ke dalam mobil bahkan terkesan sangat kencang dan bisa dibilang berlebihan hingga seperti mau menerbangkan benda-benda apa saja yang ringan yang terdapat dalam mobil. Ini semua Kaim lakukan untuk mengimbangi atau mengurangi kepulan asap rokok yang terus keluar saat SI BOS kembali menghisap rokok yang sedari tadi terus menempel di antara sela jarinya.

Menurunkan kaca seluas-luasnya bukanlah solusi yang tanpa tantangan, malahan Kaim mulai sadar ketika melihat debu banyak yang masuk dari arah kendaraan yang berpapasan dengan Mobil yang ditumpanginya Pun akhirnya Kaim pasrah dan kembali menaikkan kaca jendela mobil yang masih terus dipenuhi asap rokok.

Memasuki desa terakhir di jalur jalan yang lurus, Kaim mencoba rileks sejenak paling tidak dia berfikir sebentar lagi jalan berkelok tentu saja BOS nya akan berhenti merokok karena di jalan berkelok tajam yang melintasi kawasan hutan ini pastilah tidak enak untuk merokok, begitu pikir nya. Ternyata apa yang Kaim pikirkan rupanya salah! … malahan sekarang dari samping Pak Bos, tepat sejajar dengan tempat duduk Kaim terasa ada asap baru yang semakin mempertebal kepulan asap Rokok di dalam Kabin Mobil Dinas ini.

…Oh ya Allah, begitu gumamnya spontan di dalm hati. Rupanya asap Rokok yang semakin menebal itu berasal dari sang Draiver yang juga sudah mulai dengan ritual membakar lalu terus menghisap rokok. Sampai akhirnya Kaim yang merasa terkepung sendirian dengan asap rokok dalam Kabin mobil berplat merah itu, mulai e’neg, disertai sedikit rasa mual.

Kondisi ini kemudian mengantarkan pikirannya untuk memastikan sekali lagi apakah di kantong Tas nya ada benda yang bisa dipakai nya menyelamatkan diri dari kepungan asap rokok yang semakin tebal ini, yang mengepul dari kedua rekan seperjalanan nya pagi ini.

Nasib-nasib, mungkin begini lah nasib jika menumpang mobil orang begitu gumamnya di dalam hati ! Mau melarang ngak mungkin Juga. tinggal lah Kaim pasrah sambil berkata menikmati asap rokok ini bukanlah hal yang sehat. Sebab dampaknya bisa berakibat buruk dengan kesehatannya. Itu yang ia pikirkan dengan sedikit kesal ingin rasanya Dia meminta agar kedua rekan seperjalanannya itu segera berhenti merokok di dalam mobil. Bahkan dia juga sempat menghayal Tidak kah kedua orang ini mengerti bahwa Dirinya baru saja menjalani Operasi Pengangkatan Tonsil dan karena itu sebaiknya Dia tidak menghirup asap rokok yang bisa merangsang terjadinya Infeksi baru pada nya.

Suasana di atas kendaraan yang terus melaju menuju lapangan upacara membawa Kaim mengembarakan lamunan nya pada peristiwa yang beberapa waktu lalu dialaminya akibat hampir setiap hari menghirup asap rokok. Jika tak di kendaraan, mungkin saat di ruang kerja, atau saat berada di kantin apalagi jika sedang di Rumah Makan.

Di Kantor nya meski sudah beberapa kali diberi peringatan oleh BIG BOS untuk tidak merokok di Kantor, Namun ada saja Kilah dari mereka yang Doyan Merokok apalagi jika ada tamu yang datang bertandang ke kantor untuk berdiskusi atau mempersiapkan agenda bersama dengan Kantor tempat Kaim Bekerja yang juga ahli hisap Rokok, maka lengkap sudahlah Derita nya sebagai orang yang Tidak merokok. Sampai-sampai ia membayangkan Mungkinkah bilik sel penjara lebih baik baginya untuk menghindar dari asap rokok daripada Kantor yang sudah bergaya mewah dengan AC terpampang di sana sini namun tetap saja di penuhi kepulan asap rokok.

Kaim pun kembali teringat beberapa waktu lalu, karena terpapar asap rokok beberapa hari di Kantor, malam harinya terpaksa Ia harus merelakan waktu untuk menemui dokter spesialis THT guna memeriksakan apa yang dia Keluhkan yaitu gejala amandelnya kembali meradang sebab terasa gatal, sedikit nyeri dan seperti mengganjal di tenggorokan. Tak salah lagi kata dokter : “amandel bapak membesar, meradang ! Saya kasih obat ya, Pak! Begitu Kata dokter. Sambil mengajak Kaim berdiskusi dan menyarankan sebaiknya amandel bapak jika sering kambuh seperti ini sebaiknya di operasi saja. Kata dokter Menjelaskan.

Ia kemudian menyesali, mengapa seolah Tidak ada lagi tempat di muka Bumi ini yang bebas dari kepungan asap Rokok. Bahkan di rumah nya sendiri meski tak seorangpun penghuni yang merokok namun bukan berarti Rumahnya bisa bebas dari asap Rokok. Semua itu terjadi karena bagi para perokok, pergi bertamu ke rumah orang atau teman pasti lah Rokoknya, juga Asap rokoknya serta abu rokoknya Pun akan ikut-ikutan bertamu. Tak peduli dengan apakah si tuan Rumah menyiapkan asbak rokok bahkan sekalipun sudah Tahu bahwa si Fulan yang tuan Rumah ini Tak merokok. Itu tak akan berarti apa-apa bagi si perokok, tetap Saja akan merokok di mana saja dan kapan saja ia merasa nyaman untuk menghisap rokok.

Its time to Smoking … kira-kira itu spirit para perokok yang telah membuat tak ada lagi tempat di muka bumi yang akan bebas dari kepungan asap rokok. Dan jika benar demikian Mungkin Bilik Jeruji penjara yang tak seorangpun boleh merokok akan lebih baik daripada Kantor dan Ruang-ruang mewah lainnya yang dipenuhi kepungan asap rokok.

Dia pun teringat, suatu waktu yang lalu Di rumahnya sendiri karena putri kecilnya sedang sakit dan memang berharap akan selalu membebaskan Rumahnya dari asap rokok. Ibu mertuanya serasa Tak terima ketika lewat Istri nya ia meminta tolong agar tidak merokok di dekat anak bayi apalagi bayinya sedang sakit. Tapi apa hendak di Kata sepertinya siapapun itu, baik keluarga atau bahkan ayah dan ibu kita sekalipun, yang namanya perokok ya tetap saja ngerokok kapan saja Ia Mau.

Teringat juga Oleh Kaim ketika suatu hari di mana Ia baru saja menerima honor di kantor nya. Jumlahnya cukup buat kebutuhan beberapa minggu keluarganya Namun karena terpapar asap Rokok Dia pun harus merelakan Honor itu Bukan untuk keluarganya melainkan untuk membayar jasa konsul Dokter praktek THT juga ditambah dengan harga dari obat yang dokter berikan kepada nya. Honor yang mestinya menjadi penghasilan nya pun Harus melayang karena Asap Rokok yang selalu Ia Hirup hampir di semua tempat Ia berinteraksi.

Bagi Kaim, andai saja mereka yang merokok di sekitarnya sadar bahwa ada orang lain yang akan menjadi korban dari kepulan asap rokoknya yaitu mereka yang menjadi perokok pasif. Maka Sungguh ia tak perlu mengeluarkan biaya karena Paparan Asap Rokok yang dihasilkan para Perokok.

Akhirnya Kaim berkata dalam hati, Rupanya Mendapat Tumpangan itu tidaklah selalu menjadi hal yang mengenakkan apalagi hendak dikatakan anugrah sebab jika ternyata di dalamnya tak pernah bebas dari Kepungan asap rokok yang selalu telak masuk ke tenggorokan setiap kali Ia bernafas, setiap kali Ia menghirup Udara.

Sembari berharap agar segera sampai di lapangan Upacara biar Ia segera dapat menghirup udara segar di tengah-tengah lapangan. Meski ia sekali lagi sanksi bahwa nantinya di Lapangan Upacara Pun tidak ada yang menjamin kawasan itu akan terbebas sepenuhnya dari Kepungan asap rokok. Karena kenyataannya bahwa “Rokok, Perokok dan Kepungan Asap Rokok”, bisa ada di mana saja.

Kaim hanya bisa bertanya di dalam hati, …dampak atau akibat apa lagi kah yang ia akan alami atau dirasakan nya selain sudah menjalani Operasi Pengangkatan Tonsil seperti beberapa bulan kemarin, jika terus menerus menghirup atau terpapar asap rokok. Mungkinkah bilik penjara memang adalah tempat yang jauh lebih baik sebagai tempat tinggal jika di sana aturannya Tak Boleh merokok, daripada kebebasan yang direnggut oleh kepulan asap rokok. Paling tidak jika bilik sel penjara hanya ditempati oleh seorang Napi, sehingga jika seorang napi tak merokok maka pasti ia sudah terbebas dari Kepungan Asap Rokok.***

#bermainKata

#berKatadenganTulisan

--

--