Musim Semi yang Senyap dan Malapetakanya

Ulasan buku populer Silent Spring oleh Rachel Carson

Arthur Von
Komunitas Blogger M
3 min readApr 7, 2022

--

Foto oleh Andrea Music dari Pexels

Sejak kecil penulis selalu menyukai cerita fiksi, terutama tentang bagaimana manusia bertahan hidup dari kepunahan. The Walking Dead, Resident Evil, Terminator, Interstellar, 2012, Evangelion, dan buku fiksi Hujan oleh Tere Liye merupakan beberapa cerita yang selalu membuat penulis terpukau meski penulis tonton dan baca berulang kali. Alasannya adalah cerita ini menyajikan bagaimana karakter dan keputusan umat manusia dalam bertahan hidup.

Selain itu, cerita tersebut selalu masuk ke kepala penulis dan membuat penulis membayangkan bagaimana seandainya bila ini terjadi di dunia nyata. Sesekali penulis iseng berpikir dan menentukan sebuah strategi untuk bertahan hidup.

Namun penulis merasa untuk beberapa situasi sepertinya tidak pernah ada jalan keluar, dan pada akhirnya penulis merasa mungkin itu sebabnya hal tersebut dibuat menjadi film dan mungkin itu sebabnya itu hanya sebuah cerita dan tidak pernah akan menjadi nyata.

Sebuah Bencana yang Nyata dan Biomagnifikasi

Beranjak ke saat ini, penulis masih seringkali membaca dan antusias mendengar beberapa cerita tersebut yang terjadi dan mungkin akan terjadi. Salah satu bencana yang terjadi dan mungkin saja mempengaruhi nasib manusia kala itu diangkat oleh Rachel Carson pada bukunya, The Silent Spring.

Buku ini menceritakan bagaimana musim semi di Amerika yang seharusnya penuh dengan suara serangga berderik atau burung berkicau malah berubah menjadi sunyi. Kondisi ini terjadi karena serangga seperti cicadas atau burung-burung tidak ada dan itu disebabkan oleh masifnya pestisida pada saat itu.

Sekilas ini terkesan biasa saja dan kita bisa berandai bahwa itu mungkin bisa saja pulih dimakan waktu. Namun kenyataannya musim semi yang senyap ini bisa menjadi awal dari malapetaka. Musim semi yang sunyi memang bukan sebuah akhir bagi manusia, tapi situasi tersebut adalah alarm bahwa tidak ada burung-burung dan serangga yang berderik menyambutnya, maka setelahnya, hanya tinggal waktu untuk manusia yang juga tidak bisa menyambutnya.

Ini bisa terjadi, karena ada senyawa yang beracun dari pestisida yang terbawa oleh serangga, burung, hingga predator lainnya. Senyawa yang tidak bisa terurai, yaitu DDT. Senyawa ini memang tidak langsung menjadi masalah seperti tiba-tiba meledak atau tiba-tiba membunuh manusia. Masalahnya adalah senyawa ini sangat sulit sekali untuk terurai dan pada masa pasca WW2 senyawa ini seringkali tersebar melalui aplikasi pestisida.

Selain sulitnya senyawa DDT yang terurai, mekanisme tersebarnya juga menjadi masalah bagi ekosistem, terutama manusia dan predator puncak. Ini terjadi karena senyawa racun ini terbawa oleh organisme konsumen hingga menumpuk pada predator puncak (biomagnifikasi).

Hal tersebut menunjukkan bahwa kita seperti membawa bom abadi yang tidak berisik. Bom ini melaju ke siapapun yang memegangnya, meledak tanpa diketahui. Atau bom tersebut dibawa oleh satu orang dan dikumpulkan pada satu orang, kemudian meledak dan bom tersebut menyebar sekali lagi untuk mencari orang lainnya.

Bila Musim Semi Sunyi 3 Kali

Akibat populernya buku yang ditulis oleh Carson, gerakan untuk investigasi marak dilakukan di banyak tempat. Presiden Kennedy juga bergerak mengangkat isu ini hingga menelusuri kebenerannya. Pada akhirnya senyawa DDT ini berhasil untuk dilarang digunakan kembali. Upaya pencegahan digencar untuk menyelamatkan manusia, sambil mengkonservasi kembali makhluk hidup untuk kembali bersuara di musim semi.

Penulis sekilas membayangkan bila pada saat itu pestisida dengan bahan aktif DDT tidak dicekal dengan cepat, mungkin hanya cukup untuk 3 kali lagi musim sunyi yang sepi untuk membuat manusia menjadi rusuh karena bumi dan makanannya banyak yang sudah tidak bersih.

Referensi dan Rekomendasi

--

--

Arthur Von
Komunitas Blogger M

A man who would like to share his self-discovery, harmony and desire. I'm also an insect enthusiast.