Gambar oleh Jérémy Stenuit dari Unsplash

Pandemi dan Integrasi Nasional

Ancaman COVID-19 bagi integrasi nasional Indonesia di bidang ekonomi, politik, sosial budaya, serta pertahan dan keamanan.

Josuanstya Lovdianchel
Komunitas Blogger M
7 min readApr 14, 2020

--

Coronavirus disease 19 atau COVID-19 sudah menjadi masalah bagi semua orang. Walaupun belum terdampak/merasakan penyakitnya secara langsung, banyak orang sudah mulai sadar bahwa COVID-19 merupakan hal yang tidak bisa diremehkan.

Di Indonesia sendiri virus ini sudah menginfeksi lebih dari seribu orang dan memakan hingga ratusan korban jiwa. Sejak artikel ini ditulis (14 April 2020) kasus COVID-19 yang terkonfirmasi yaitu sejumlah 4.839kasus, 426 orang sembuh, dan 459 orang meninggal.

Hingga saat ini, vaksin untuk COVID-19 belum ditemukan. Berbagai protokol dan anjuran sudah dikeluarkan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 ini, seperti social distancing, sering mencuci tangan, makan makanan sehat dan masih banyak lagi. Tetapi mengapa angka kasus terkonfirmasi masih bertambah?

Benar! Tidak lain karena belum semua orang mematuhi anjuran-anjuran tersebut.

Tidak hanya mengancam nyawa manusia, dalam skala yang lebih besar COVID-19 juga mengancam keutuhan suatu negara. Berbagai bidang mulai dari ekonomi, politik, sosial budaya, hingga pertahanan dan keamanan mulai teraniaya oleh datangnya COVID-19 ini.

Bidang Ekonomi

Gambar oleh Sharon McCutcheon dari Unsplash

Dampak COVID-19 yang paling terasa bagi Indonesia adalah di bidang ekonomi. Indonesia merupakan negara berkembang — walaupun pernah dinyatakan jika negara Indonesia sudah menjadi negara maju, tetapi masih banyak indikator yang belum terpenuhi untuk membuat Indonesia disebut sebagai negara maju — dan masih banyak tujuan yang harus diwujudkan untuk menjadi negara yang sejahtera.

Akibat mewabahnya virus corona, tujuan-tujuan tersebut terpaksa harus ditunda sementara untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh virus ini.

Pendapatan Bisnis Menurun

COVID-19 menyebabkan banyak bisnis terutama bisnis kecil mengalami penurunan pendapatan dan bahkan merugi. Banyak perusahan yang terpaksa harus memberhentikan banyak karyawannya supaya dapat bertahan di tengah pandemi ini.

IHSG Rontok

Gambar oleh Lorenzo Cafaro dari Pixabay

Ancaman selanjutnya adalah anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan. Setiap harinya IHSG menunjukkan warna merah darah. Hal ini disebabkan oleh ketakutan investor dalam menginvestasikan dananya ke perusahaan karena situasi yang tidak stabil saat ini. Mereka cenderung beralih ke aset yang cenderung aman seperti emas.

Anjloknya Nilai Rupiah

Akibat dari kepanikan pasar global, nilai rupiah turun hingga Rp 16.500,00 per dolar AS. Untungnya dalam hal ini pemerintah bisa segera menangani dan membuat nilai rupiah naik menyentuh angka Rp 15.800,00 per dolar AS.

Ekspor Impor Terganggu

Sejumlah negara mengurangi hingga menghentikan ekspor guna mencukupi kebutuhan negara mereka dalam perang melawan pandemi ini.

Supply Tidak Sebanding dengan Demand

Gambar oleh Mick Haupt dari Unsplash

Akibat banyaknya informasi terkait dengan COVID-19 yang beredar, masyarakat pun panik dan menghabiskan berbagai barang kebutuhan yang ada di toko. Hal ini bisa jadi merugikan masyarakat di tingkat ekonomi menengah ke bawah, karena begitu barang kebutuhan langka maka harganya akan melonjak. Jika tidak segera diantisipasi hal ini dapat membahayakan perekonomian Indonesia.

Sektor Pariwisata Terancam

Sudah pasti sejak aturan social distancing diterapkan, maka sektor pariwisatalah yang paling terancam. Hingga pandemi ini berakhir, jumlah wisatawan akan tetap berkurang.

Ada beberapa pihak yang berperan untuk menanggulangi ancaman COVID-19 di bidang ekonomi. Yang pertama adalah masyarakat, masyarakat perlu diedukasi supaya tetap tenang dan tidak panik sehingga memborong bahan kebutuhan karena dapat merugikan orang lain.

Pemilik bisnis jika memungkinkan sebaiknya beralih memproduksi barang yang saat ini banyak dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan supply & demand.

Di sisi lain pemerintah memiliki kekuatan dalam membuat peraturan dan larangan, pemerintah perlu mengeluarkan beberapa kebijakan/stimulus di bidang ekonomi guna meredam dampak dari COVID-19.

Bidang Politik

Gambar oleh Charles Deluvio dari Unsplash

Dampak COVID-19 juga membawa berbagai isu-isu politik. Pemerintah memegang peranan penting dalam menanggulangi masalah akibat COVID-19. Beberapa ancaman di bidang politik yaitu:

Ketidakpercayaan Publik terhadap Pemerintah

Hal ini disebabkan karena pemerintah menyembunyikan informasi terkait dengan COVID-19. Informasi tentang virus corona seakan-akan menjadi eksklusif. Bisa dibilang pemerintah pusat berupaya untuk memusatkan informasi penanganan COVID-19 di Kemenkes. Hal ini membuat akses informasi semakin terbatas.

Pemberontakan Terhadap Pemerintah(?)

Ketidakmampuan pemerintah dalam menangani kasus COVID-19 seringkali dijadikan alasan oleh banyak pihak untuk melawan pemerintah. Dalam kondisi saat ini, masyarakat tentunya akan lebih mudah digiring oleh pihak-pihak tersebut.

Napi Dibebaskan?

Beberapa hari yang lalu kita sempat mendengar bahwa beberapa napi akan dibebaskan untuk meredam efek COVID-19. Entah hal ini dapat digolongkan ke dalam bidang politik atau tidak — tetapi saya rasa bisa — karena napi yang dibebaskan salah satunya adalah koruptor — penjahat yang paling dibenci warga. Dalam situasi saat ini, ketika pemerintah fokus menghadapi virus corona, beberapa pihak sengaja memanfaatkannya untuk memperoleh keuntungan.

Dalam kondisi saat ini, pemerintah sebisa mungkin membuka informasi terkait dengan COVID-19. Jika memang ada informasi yang tidak dapat disaspaikan, sebaiknya pemerintah menunjukkan performanya dalam menangani pandemi ini untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat.

Selain itu, baik rakyat maupun para pemimpin tetap meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan, serta fokus kepada musuh utama saat ini, yaitu virus corona. Bukannya saling menyalahkan satu sama lain.

Bidang Sosial Budaya

Gambar oleh Amin Moshrefi dari Unsplash

Karena COVID-19 sangatlah mudah menyebar/menular melalui kontak fisik atau bahkan udara (melalui tetesan air yang keluar dari hidung dan mulut), maka negara-negara di seluruh dunia menerapkan kebijakan social distancing hingga lockdown guna meredam penyebaran virus ini.

Saat ini pemerintah Indonesia hanya mengambil keputusan untuk menerapkan kebijakan social distancing dikarenakan beberapa hal. Kebijakan social distancing ini tidak serta merta hanya memberikan keuntungan, di sisi sosial budaya kebijakan ini memberikan beberapa ancaman.

Masyarakat Kesepian

Hingga sekarang, masyarakan dianjurkan untuk tetap mengisolasi diri di rumah dan hanya keluar rumah seminim mungkin. Hal ini tentu menyebabkan rasa kesepian bagi sejumlah warga. Tidak ada lagi pelukan dan obrolan tatap muka. Berkumpul bersama banyak orang sekarang pun dilarang.

Rasa kesepian ini berdampak pada kesehatan mental beberapa orang. Isolasi diri seringkali menyebabkan kesepian yang penelitiannya dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, obesitas, depresi, dan bunuh diri.

“Dalam beberapa kasus, risiko yang disebabkan oleh kesepian dapat melebihi risiko merokok sebungkus rokok sehari“ — Roger McIntyre

Penderita COVID-19 Dikucilkan

Saking takut tertular, masyarakatpun tega mengucilkan penderita COVID-19. Bahkan seringkali kita mendengar warga enggan mememakamkan jenazah positf COVID-19. Hal ini tentunya sudah melenceng dari sila ke-2 Pancasila. Seharusnya kita sebagai warga Indonesia yang baik bisa tetap tenang menghadapi situasi seperti ini.

Aktivitas Keagamaan Mandiri

“Kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan ibadah di rumah perlu terus digencarkan untuk mengurangi pengurangan penyebaran Covid-19,” ujar Jokowi.

Seperti yang kita ketahui, saat ini seluruh umat beragama di Indonesia dianjurkan supaya melakukan kegiatan keagamaan di rumah masing-masing. Walaupun mungkin ada saja sesuatu yang kurang, tetapi ini merupakan solusi terbaik yang dapat diterapkan untuk memerangi pandemi ini.

Ekonomi Kelas Bawah Menangis

Mungkin aktivitas sosial dengan mengandalkan teknologi dapat diandalkan dalam situasi seperti ini, tetapi bagaimana dengan kelompok orang dengan ekonomi menengah ke bawah? Tidak semua orang memiliki alat untuk berkomunikasi secara virtual. Sebaiknya pemerintah memperioritaskan orang-orang dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah seperti ini.

Dalam hal ini, seharusnya masyarakat sudah paham tujuan dilakukannya social distancing, dan jangan mengambil kesimpulan yang tidak-tidak. Selain itu jika kita termasuk orang yang mampu, kita dapat memaksimalkan penggunaan teknologi.

Bidang Pertahanan dan Keamanan

Gambar oleh ev dari Unsplash

Pemerintah mengerahkan TNI-Polri guna mempertegas peraturan social distancing. Hingga saat ini masih banyak oknum yang masa bodo dengan adanya aturan tersebut. Masih ditemukan banyak remaja yang nongkrong di warung dan seringkali ditemui orang yang keluar rumah tanpa menggunakan pengaman apapun.

Militer Terlalu Fokus Menangani Virus COVID-19

Dikarenakan saat ini kekuatan militer Indonesia dikerahkan untuk mengatasi pandemi ini, bisa jadi terjadi pelemahan militer. Beberapa saat yang lalu, Tiongkok dikabarkan aktif kembali di Laut Natuna Utara.

Infografis Kembalinya Tiongkok di Perairan Indonesia

Dalam hal ini negara perlu bertindak tegas dan kembali memperkuat militer Indonesia supaya dapat mengantisipasi ancaman dari luar negeri.

Hoax Bertebaran

Seperti yang kita ketahui, banyak sekali berita hoax yang beredar. Hal ini tentunya sangat membahayakan pertahanan dan keamanan nasional. Walaupun dihimbau untuk melakukan fast-check terhadap informasi yang beredar, masih banyak orang yang tidak terbiasa melakukan hal tersebut.

Beberapa perusahaan teknologi seperti Facebook dan Twitter sudah mulai menumpas hoax berdasarkan kata kuncinya. Dalam kondisi seperti ini, negara perlu mengerahkan polisi cyber guna mencegah semakin banyaknya hoax yang beredar.

Kesehatan Rakyat

Nyawa dari masyarakat Indonesia itu sendiri merupakan bagian tervital dari pandemi ini. Mengingat jumlah angka kematian lebih tinggi dibandingkan kasus sembuh, pemerintah perlu memperhatikan dengan serius masalah ini.

Kesimpulan

Pandemi ini tidak dapat diatasi hanya dengan satu pihak. Walaupun sudah mengeluarkan banyak stimulus, pemerintah tidak mungkin berhasil melawan virus ini jika masyarakatnya masih tidak mengikuti protokol yang ada. Masyarakat pun akan kesulitan jika tidak ada perusahaan yang menyediakan akses internet maupun bahan kebutuhan utama seperti masker dan hand sanitizer.

Jadi marilah kita saling membantu, memberikan dukungan psikologis bagi sesama, menerapkan semangat gotong royong yang sudah menjadi warisan sejak dahulu. Jika semua pihak terlibat, maka seharusnya pandemi ini dapat dilalui oleh bangsa kita tercinta, Indonesia.

Anjuran Presiden Jokowi Supaya Tetap Optimis

Disclaimer: Artikel yang saya tulis di atas hanyalah pendapat saya tentang situasi yang terjadi saat ini. Artikel ini tidaklah 100% benar, jangan jadikan artikel ini sebagai pegangan utama.

About me

Hai, Saya Josuanstya Lovdianchel, seorang bocah yang menyukai banyak bidang (generalist) dan masih mencari jati dirinya. Beri clap jika kamu suka artikel ini.

Cheers

--

--