Penerjemahan (tidak) Sederhana

Shaniya Kinanti
Komunitas Blogger M
3 min readApr 22, 2020

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah bacaan yang terdapat pada buku kuliah saya (New Approach Japanese Pre-Advanced Course) yang berjudul Sekai no Kotoba wo Tanoshimu yang artinya menikmati dunia kata.

Bacaan dalam buku ini terdiri atas enam paragraf yang bertemakan tentang penerjemahan dalam kamus, baik daring maupun buku kamus besar.

Pada paragraf pertama, penulis menuliskan opininya bahwa selama enam tahun belajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) kita sering sekali mencari arti sebuah kata di kamus bahasa Inggris. Tapi pernah ngga sih kita mencari arti suatu kata di kamus bahasa kita sendiri alias kamus bahasa Indonesia? Sepertinya jarang ya?

Kalau dipikir-pikir, arti suatu kata dalam kamus daring semestinya lebih lengkap dan tepat. Tetapi, jika kita mencari arti suatu kata yang jarang sekali dicari orang atau kata yang sudah semestinya orang ketahui, justru arti kata yang kita temukan tersebut tidak se-detail yang kita kira.

Nah dalam bacaan ini, kita disadarkan oleh hal-hal unik dalam penerjemahan kamus yang tidak kita sadari.

Pertama, misalnya kata ‘kanan’. Siapa sih yang tidak mengetahui arti kata ‘kanan’? Semua orang yang berbahasa Indonesia pasti mengetahui arti ‘kanan’ bukan? Jika kita lihat di Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, kanan diartikan sebagai

(n) arah, pihak, atau sisi bagian badan kita yang tidak berisi jantung; sisi (pihak) yang merupakan lawan dari kiri

Begitu juga dengan pengertian kata ‘kiri’, ada yang mengartikan “Kiri adalah sisi yang berlawanan dari kanan” atau “Kiri ialah sisi bagian tubuh kita yang berisi jantung”. Pada kata-kata remeh atau kurang dicari orang dalam kamus seperti ini justru memiliki arti yang kurang rinci.

Semua orang pasti mengetahui kanan ialah lawan dari kiri begitu juga sebaliknya. Dan baru saya sadari definisi kata remeh seperti ini kurang ‘berarti’ dalam penjelasan kamus karena dianggap semua orang pasti mengetahui arti kata tersebut.

Contoh lain ialah kata ‘sekolah’. Dalam beberapa kamus, ‘sekolah’ diartikan sebagai ‘tempat guru mengajar siswa’. Namun hanya satu arti ditemukan bahwa “Sekolah adalah tempat anak memperoleh pendidikan”. Perbedaan arti dalam kata tersebut membuat saya berpikir bahwa sebenarnya penerjemahan kamus secara tidak langsung memberikan pengaruh pada pola pikir kita bagaimana kita memaknai ‘kata’ tersebut.

Bila sekolah hanya didefinisikan sebagai ‘tempat guru mengajar siswa’ bukankah terasa terlalu hambar? Namun jika kita artikan sekolah sebagai ‘tempat anak memperoleh pendidikan’ tentu akan terasa berbeda dan lebih bermakna.

Nah, contoh selanjutnya kita coba lihat arti kata ‘penjara’. Bagaimana dengan ‘penjara’? Bila dilihat dari KBBI, ‘penjara’ diartikan sebagai

(n) bangunan tempat mengurung orang hukuman.

Tentu saja benar. Namun, bagaimana ya bila kita mengartikan dari sudut pandang atau perspektif lain?

Misalnya, “Penjara adalah tempat bersumpah atau introspeksi diri untuk tidak melakukan kejahatan lagi” atau mungkin dapat juga kita definisikan “Penjara adalah tempat kita mendiskusikan pekerjaan selanjutnya dengan rekan dalam sel”. Bila diartikan seperti itu, bukankah ‘definisi’ penjara terkesan tidak negatif dan berbeda?

Jauh dari kata hukuman, kita dapat menggunakan kata ‘introspeksi’ sebagai bentuk akibat dari melakukan kejahatan. Begitu juga dengan definisi “Penjara adalah tempat kita mendiskusikan pekerjaan selanjutnya dengan rekan dalam sel”.

Alih-alih merasa tertekan karena ditahan dalam sel, kita dapat melihat sisi positif dari berada dalam penjara, yaitu mendiskusikan mengenai pekerjaan atau aktivitas apa selanjutnya yang akan dilakukan selepas bebas dari penjara dengan sesama tahanan sel. Bukankah mendefinisikan dengan demikian secara tidak langsung merubah cara pandang kita?

Bila kita telaah lebih jauh, mungkin akan kita temukan lebih banyak definisi kata dalam kamus yang dapat kita ubah menjadi lebih unik dan menarik. Bukan berarti arti kata dalam kamus salah atau kurang tepat, namun apa salahnya bila kita — sebagai orang dewasa, belajar untuk mendefinisikan sesuatu dari sudut pandang orang dewasa juga?

Begitu banyak hal di sekitar kita yang seringkali kita anggap hal negatif atau tidak baik. Padahal, jika kita lihat dari sudut pandang yang berbeda sebenarnya tidak sepenuhnya buruk.

Mungkin dengan belajar mendefinisikan kata-kata sederhana menjadi tidak sederhana akan sedikit demi sedikit melatih kita untuk membuka mata dan memandang segala hal di dunia menjadi berbeda juga.

--

--