Member-only story
Medium
Pengikut Palsu
#854: Menyaring suara, merawat cerita
Menulis di Medium selalu memberi rasa lega. Saya seperti berbicara kepada ruang kosong yang sabar, tempat pikiran berkembang perlahan dan bertaut dengan pembaca lain. Medium, bagi banyak dari kita, bukan sekadar tempat menerbitkan tulisan, melainkan ruang untuk bertumbuh bersama—dengan kejujuran dan ketekunan.
🔑 Lanjutkan membaca dengan mengklik tautan teman ini.
Namun, seperti ruang apa pun yang terbuka, gangguan kecil kadang datang tanpa diundang. Beberapa pengikut palsu tampak berperilaku ganjil.
Ada pengikut yang menggunakan nama dan bahasa Indonesia serta membuat tulisan yang tampak serius, tetapi saat diamati lebih dalam, tujuan mereka semata-semata untuk berpromosi, bahkan kadang untuk situs judi. Ada pula pengikut berbahasa asing yang tampak antusias, bertepuk tangan, dan menulis komentar templat, seperti “Nice”, “Good work”, atau “Follow me back”, tanpa membawa percakapan dan nilai tambah.
Kalau mereka hanya hadir diam-diam dan menjadi pembaca senyap, mungkin saya tidak terlalu terganggu. Namun, begitu komentar-komentar itu muncul di tulisan saya, saya merasa perlu mengambil langkah. Setiap komentar saya baca dengan cermat. Setiap akun saya cek. Kalau meragukan, saya laporkan dan blokir, bukan karena ingin…