Pola Belajar Anak-anak dalam Belajar Bahasa

Alternatif paling sederhana yang bisa dilakukan orang dewasa

Ifa Maghfiroh
Komunitas Blogger M
4 min readNov 6, 2023

--

Photo by Leonardo Toshiro Okubo on Unsplash

Pernah mengalami kesulitan dalam belajar bahasa asing? Atau sekarang masih struggling untuk lancar berbahasa asing, seperti Bahasa Inggris atau bahasa lainnya? Ok, kita senasib.

Belajar bahasa asing bukan perkara yang mudah, tapi bukan berarti hal yang mustahil untuk dipelajari. Selama kurang lebih 16 tahun saya belajar Bahasa Inggris sejak saya duduk di bangku sekolah dasar. Anehnya, dengan kurun waktu selama itu, saya masih belum lancar berbahasa Inggris. Apakah ada yang salah dengan cara belajar saya?

Dulu ketika saya belajar Bahasa Inggris, yang sering ditekankan oleh guru saya adalah belajar grammar. Saat mendengar grammar, seketika saya merasa tidak percaya diri untuk berbicara Bahasa Inggris karena saya sadar kalau grammar saya masih buruk sekali hingga saya berprinsip bahwa “Saya tidak akan bisa berbahasa Inggris selama grammar saya masih buruk.” Prinsip tersebut saya adopsi bertahun-tahun lamanya.

Saya lupa persisnya kapan, pokoknya waktu itu saya pernah membaca sebuah modul yang saya dapatkan secara gratis dari seorang influencer tentang tips menguasai Bahasa Inggris. Disitu, dia menyampaikan kalau cara belajar Bahasa Inggris dengan mempelajari grammar lebih dulu itu hanya akan menghambat kita untuk fasih berbicara Bahasa Inggris. Apakah grammar itu tidak penting? Tentu penting. Lebih lanjut, dia berpendapat bahwa mempelajari grammar hanya untuk mengetahui nama struktur kata, bukan panduan dalam berbicara.

Sebuah bahasa kaitannya erat dengan komunikasi. Dengan bahasa, kita dapat menyampaikan apa yang kita rasakan atau sekadar ingin menginformasikan sesuatu kepada lawan bicara kita. Seperti waktu kita balita, kita secara natural sudah belajar bahasa, yaitu Bahasa Ibu atau bahasa pertama yang diajarkan oleh orang tua kita. Sadar atau tidak, saat kita masih kecil kita belajar bahasa secara aktif, lho.

Mendengar, lalu meniru

Kata pertama yang diucapkan oleh seorang balita itu kata yang dia dengar secara berulang-ulang dari orang di sekelilingnya. Biasanya orang tua si balita akan mengucapkan kata-kata sederhana secara berulang kali hingga akhirnya si balita tersebut menirukannya.

Awalnya dia masih belum memahami fungsi dari kata yang dia dengar dari orang tuanya, tapi dia mencoba mengucapkannya. Misalnya, ibunya yang berulang kali mengucapkan kata “Ibu” sambil menunjuk diri sendiri. Lambat laun, si balita akan memahami fungsi kata “Ibu” itu panggilan kepada orang tua perempuan.

Mengamati, lalu menggunakan

Apakah seorang anak akan berbicara dengan kosa kata yang akademis atau teknis saat awal dia belajar berbicara? Di tahap belajar berbicara, anak-anak tidak menggunakan kosa kata yang rumit, mereka hanya menggunakan kosa kata sederhana untuk bisa berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Lalu, apakah anak-anak menghafal kosa kata? Coba amati anak kecil yang sedang belajar bicara. Mereka tidak menghafal kosa kata untuk berkomunikasi. Melainkan, mereka menggunakan kosa kata yang mereka tahu untuk modal mereka bicara. Misalnya, ketika mereka merasa lapar dan bermaksud meminta makan kepada ibunya, mereka akan mengatakan “Makan, makan.” Tentu ibunya memahami maksud dari anaknya tersebut meskipun hanya mengatakan “Makan” saja.

Anak-anak terus mengamati kata-kata yang diucapkan oleh orang sekitarnya. Lalu, mereka akan mencoba menggunakan saat berkomunikasi. Seiring berjalannya waktu, kosa kata mereka akan terus bertambah dengan sendirinya tanpa mereka perlu menghafal. Dengan sering mendengar orang dewasa berbicara menggunakan berbagai kosa kata, mereka akan mulai memperhatikan bagaimana orang dewasa menggunakan kosa kata tersebut, lalu mereka akan meniru menggunakannya. Begitu seterusnya.

Belajar berbicara sebelum belajar membaca

Saat anak mulai belajar membaca, tentu mereka terlebih dahulu sudah bisa berbicara, bukan? Sebelum mempelajari mengenai susunan kata, nama kata, dan fungsi; mereka tentu sudah bisa mengungkapkan sebuah ekspresi, merespon lawan bicara dan itu akan mempercepat mereka dalam membaca. Jika mereka belum paham, mereka tahu bagaimana bertanya. Dengan begitu, proses pembelajaran terjadi secara responsif dan aktif.

Kurang lebih satu tahunan saya belajar Bahasa Jerman secara otodidak. Ya, mungkin Bahasa Jerman saya masih belum di tingkatan bisa berkomunikasi. Tapi, dengan satu tahun belajar Bahasa Jerman, saya sudah sedikit bisa memahami sebuah percakapan sederhana dan membuat kalimat singkat dibandingkan dengan belasan tahun belajar Bahasa Inggris yang mana saya baru bisa berbicara Bahasa Inggris ketika saya kuliah. Di saat kuliah lah saya mulai mengubah pola belajar saya dari belajar pasif (belajar grammar, menghafal kosa kata) ke belajar aktif (berlatih speaking).

Belajar bahasa itu soal membiasakan. Membiasakan mendengar, membiasakan meniru, dan membiasakan mengamati.

Banyak orang yang bisa menguasai suatu bahasa dari kebiasan mereka, misalnya nonton drama Korea atau main game. Tanpa merasa belajar, mereka bisa paham sedikit-sedikit dari bahasa asing yang mereka dengar. Saya rasa belajar bahasa dengan hanya duduk dan menatap buku dengan sejuta teori yang dimuat disitu, akan sangat membosankan.

Beda ketika kita belajar bahasa dengan hal yang kita sukai dan berkaitan dengan hal-hal di sekeliling kita, belajar bahasa terasa seru karena ada hal yang benar-benar kita ingin tahu, akhirnya kita berusaha untuk tahu apa yang dimaksud dari percakapan yang kita dengar ataupun teks yang kita baca.

--

--

Ifa Maghfiroh
Komunitas Blogger M

Blogger | Content writer | Copywriter | Bachelor of Education | @ifa_mghs