Polemik Pemain Naturalisasi & Diaspora di Tim Nasional Indonesia

Eka Putra Sedana
Komunitas Blogger M
3 min readSep 19, 2024
Photo by Tommy Satria Ishar on Unsplash

Tim nasional sepakbola Indonesia meraih hasil positif di dua laga awal kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan menahan imbang Arab Saudi dan Australia. Dengan dua poin tersebut, Indonesia menduduki peringkat 4 Grup C. Euforia pun menyelimuti masyarakat Indonesia, karena harapan untuk lolos ke Piala Dunia 2026 semakin terbuka.

Namun, di tengah kegembiraan itu, muncul kritik. Beberapa orang mulai membahas kehadiran pemain diaspora, atau yang sering disebut ‘Naturalisasi’, di tim nasional Indonesia.

Setiap kali tim nasional bertanding, topik yang kerap dibicarakan bukanlah hasil pertandingan, melainkan pemain ‘Naturalisasi’. Sebagian orang merasa malu dengan kehadiran pemain yang tidak lahir dan besar di Indonesia. Namun, ada juga yang mendukung, karena ‘Naturalisasi’ dianggap sah dan dapat meningkatkan kualitas tim.

Perdebatan ini ramai terjadi, terutama di media sosial. Jadi, apakah ‘Naturalisasi’ membawa dampak positif atau negatif bagi sepakbola Indonesia? Mari kita bahas lebih dalam.

Apa itu Naturalisasi dan Diaspora?

Menurut Kementerian Luar Negeri RI, ‘Naturalisasi’ adalah proses hukum bagi WNA untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia melalui permohonan. Terdapat dua jenis ‘Naturalisasi’: Murni dan Istimewa.

‘Naturalisasi’ Murni adalah permohonan kewarganegaraan atas inisiatif WNA, sedangkan ‘Naturalisasi’ Istimewa diberikan langsung oleh Presiden atas jasa besar bagi negara, sering kali kepada atlet untuk memperkuat tim nasional.

Diaspora, berbeda dari ‘Naturalisasi’, adalah orang yang berasal dari Indonesia tetapi tinggal di luar negeri. Diaspora terbagi menjadi beberapa jenis: Diaspora WNI (masih memegang paspor Indonesia), Anak WNI (salah satu orang tuanya WNI), Eks WNI (telah melepas kewarganegaraan Indonesia), dan Anak Eks WNI (salah satu orang tuanya Eks WNI).

Kebanyakan pemain tim nasional Indonesia adalah diaspora yang memiliki darah Indonesia dari orang tua mereka, seperti Ivar, Struick, Justin, Walsh, Oratmangoen, Paes, Verdonk, Baggot, dan Jay Idzes.

Apa Dampak Adanya Pemain Naturalisasi di Tim Nasional Indonesia?

Pemain ‘Naturalisasi’ atau Diaspora di tim nasional Indonesia memberikan dampak positif signifikan dalam meningkatkan kualitas tim di turnamen internasional, terutama di Asia.

Dengan pengalaman bermain di liga Eropa, kualitas permainan, kemampuan individu, pemahaman taktik, dan kecerdasan dalam bermain sangat membantu Indonesia bersaing dengan raksasa Asia seperti Arab Saudi, Korea Selatan, dan Australia.

Perbedaan kualitas terlihat jelas jika dibandingkan dengan pemain lokal yang hanya bermain di kompetisi dalam negeri, yang bahkan kalah dari liga negara tetangga di ASEAN. Berkat pemain berpengalaman dari Eropa, Indonesia kini menjadi sorotan, terutama setelah menahan imbang Arab Saudi dan Australia di ronde 3 kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Sebelumnya, tim nasional Indonesia nyaris mencetak sejarah lolos ke Olimpiade Paris 2024 meski kalah dari Guinea. Tim U-23 juga mencuri perhatian dunia di Piala Asia U-23 dengan mengalahkan Korea Selatan dan mencapai semifinal untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Meski banyak dampak positif, ketergantungan pada pemain ‘Naturalisasi’ dan Diaspora juga memiliki efek negatif, karena dampaknya bersifat jangka pendek. ‘Naturalisasi’ harus diimbangi dengan peningkatan kompetisi lokal dan pengembangan pemain muda di Indonesia.

Tepatkah Langkah PSSI Melakukan Naturalisasi untuk Mengembangkan Tim Nasional Indonesia?

Program ‘Naturalisasi’ dan Diaspora adalah salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas tim nasional. Pemanggilan pemain ‘Naturalisasi,’ terutama diaspora, adalah langkah positif karena mereka memiliki darah Indonesia dan bersedia membela tanah air.

Komitmen ini patut dihargai, terutama mengingat mereka rela bermain untuk tim dengan peringkat FIFA di atas 100 dan liga yang berada di peringkat 12 Asia.

Namun, penting diingat bahwa ketergantungan pada pemain ‘Naturalisasi’ tidak bisa berlangsung terus-menerus. Langkah PSSI sudah tepat, tetapi harus diimbangi dengan peningkatan seluruh aspek sepakbola Indonesia.

Mulai dari struktur liga yang kompetitif, lisensi klub yang lebih tegas terkait fasilitas, manajemen, dan keuangan, hingga pengembangan pemain muda, kualitas wasit, dan kompetisi amatir serta pelajar.

Yang terpenting, kita harus mendukung siapa pun yang membela tim nasional. Siapa pun yang mengenakan baju merah putih dan lambang garuda layak mendapatkan dukungan penuh.

--

--