POV Seorang Ayah Ketika Merelakan Putrinya Pergi Mengejar Mimpi

Danang Budiarto
Komunitas Blogger M
3 min readAug 26, 2024

Tak ada perpisahan yang tak menggoreskan luka. Kali ini saya merasakannya kembali, ketika putri kedua saya meninggalkan rumah untuk menempuh kuliah.

Karna ini bukanlah hal pertama, saya pikir saya akan lebih tegar menghadapinya. Ternyata justru sebaliknya, hati ini rasanya seperti dicabik-cabik, perih.

Rumah jadi lebih sepi, namun ini tak seberapa dibanding kehampaan yang menghampiri relung jiwa

Sebagai seorang ayah, ini adalah salah satu moment dalam hidup yang mengaduk-aduk emosi. Gadis kecil yang dulu sering minta didongengin sebelum tidur, yang sering main gulat-gulatan di kasur, yang suka loncat-loncat kegirangan menyambut ayahnya pulang kerja, yang tawa rekah dan tangis kecilnya selalu menghiasi hari-hari kami; kini telah beranjak dewasa, siap berkelana mengejar cita-cita.

Perasaan saya pun berkecamuk. Antara bahagia, bangga, khawatir akan kesepian dan kerinduan tak terhindarkan, semua bercampur jadi satu

Terlepas dari semua perasaan-perasaan mellow tersebut, saya menghaturkan rasa terima kasih yang tak terkira pada Yang Maha Kuasa atas karunia ini. Anak bisa ketrima di kampus negri, masih dimampukan untuk support anak-anak melanjutkan pendidikan; adalah kemenangan-kemenangan kecil dalam hidup yang layak untuk disyukuri dan dirayakan.

Saat anak-anak berprestasi, orang tualah yang merasa pintar. Ketika anak-anak makan dengan lahap, orang tualah yang merasa kenyang. Di kala anak bersedih, orang tualah yang ingin menangis. Begitulah, gambaran betapa besar kasih sayang orang tua pada anak-anaknya

Buat bapak-bapak yang senasib sama saya, atau yang sebentar lagi bakalan menghadapi kejadian seperti ini, ijinkan saya berbagi beberapa tips yang mungkin bisa membantu.

Yang pertama adalah beri dukungan yang penuh pada anak. Seaneh apa pun jurusannya, di mana pun kampusnya, berapa pun besar UKT-nya; katakan Bapak tak akan gentar. Bapak akan mendukung penuh keputusan ini. Jangan segan-segan untuk memujinya, sampaikan juga kalau Bapak bangga dan percaya bahwa dia bisa menjalani tantangan baru ini dengan baik.

Setelah anak kuliah di luar kota, jarak akan jadi musuh utama. Jarang ketemu. Jangan sampai kalah. Tetaplah untuk menjaga komunikasi dan terlibat dalam kehidupannya. Rajin-rajin aja telpon dan video call, buat jadwal yang nyaman agar bisa saling berbagi cerita. Ini adalah bentuk kepedulian seorang Ayah yang ingin tetap menjadi bagian dari kehidupan anaknya.

Anak yang dekat dengan Ayahnya akan tumbuh menjadi pribadi yang berani, percaya diri, merasa cukup serta tidak butuh validasi dari luar. Jika dekat dengan Ibunya, mereka akan punya sifat penyayang, peka dan mengayomi.

Sambil ngobrol nanyain kabar, boleh juga selipkan nasehat-nasehat bijak. Pesenin agar jaga kesehatan, atur uang bulanan dengan baik dan rukun sama teman kuliah. Jika anak menemukan masalah di tanah rantau, biarkan dia belajar mengatasinya sendiri.

Percayalah pada kemampuannya. Jangan buru-buru untuk selalu membantu, agar anak bisa mandiri dan bertumbuh dengan baik.

Ada bapak-bapak saking pengen membantu anaknya, satu negara dibikin repot

Dan yang paling penting adalah saling menjaga hati. Segala rindu dan kecemasan yang muncul, harus disikapi dengan bijak. Emosi harus tetap stabil.

Biarlah jarak menumbuhkan rindu dan rasa khawatir menumbuhkan doa

Semoga segenap dukungan dan cinta yang kita berikan kepada anak-anak, akan meringankan langkah mereka meraih cita-cita.

--

--