Resensi Novel Pertama Funiculi Funicula: Before the Coffee Gets Cold

Kisah perjuangan cinta, permintaan maaf, dan harapan.

Hendy Eka Putra
Komunitas Blogger M
3 min readMar 19, 2023

--

Sampul depan novel Funiculi Funicula: Before the Coffee Gets Cold (Sumber gambar: Gramedia Pustaka Utama)

Di sebuah gang kecil di Tokyo, ada kafe tua yang bisa membawa pengunjungnya menjelajahi waktu.

Kafe yang telah didirikan sejak tahun 1874 itu tidak menunjukkan banyak perubahan. Tidak ada pendingin di kafe itu.

Itulah kafe Funiculi Funicula.

Jika kamu telah membaca artikelku yang sebelumnya mengenai Funiculi Funicula, kamu berarti telah menyimak novel kedua Funiculi Funicula.

Agak lucu memang aku malah membaca novel keduanya terlebih dahulu, bukan dari novel pertama.

Alasannya adalah setelah aku membeli kedua novel itu, jujur saja aku tidak membaca ulasan novel ini di Google. Di sampul novel ini pun tidak ada petunjuk novel mana yang terbit lebih dahulu. Oleh karena itu aku hanya menebak novel mana yang ingin kubaca pertama kali.

Aku baru mulai mencari tahu ulasan novelnya ketika sudah sampai membaca setengah isi novel kedua. Dan baru mengetahui kalau novel yang sedang kubaca saat itu adalah jilid kedua dari Funiculi Funicula.

Tetapi itu tidak mengurungkan niatku untuk terus membaca jilid kedua itu sampai akhir.

Di bulan Maret 2023, akhirnya aku mulai membaca jilid pertama dari Funiculi Funicula: Before the Coffee Gets Cold.

Jujur saja aku sudah mempunyai ekspektasi bahwa dalam novel pertama ini akan ada diagram karakter/tokoh seperti di novel keduanya.

Ternyata tidak ada.

Daftar isi pun juga tidak ada. Sama seperti di novel kedua.

Baik novel pertama dan novel kedua sama-sama menyajikan 4 kisah.

Menurutku pribadi, kisah-kisah pada novel pertama terkesan “lebih hangat”. Karena 2 diantara 4 kisah dalam novel pertama menceritakan perjuangan mempertahankan sebuah hubungan.

Kisah yang pertama menceritakan kesalahpahaman antara dua sejoli yang hampir berujung kandasnya hubungan mereka. Namun tokoh wanita ini kembali ke masa lalu untuk mengemukakan perasaannya bahwa dia tidak ingin hubungan diantara mereka kandas.

Dalam kisah pertama ini, tokoh pria ingin meraih mimpinya untuk bekerja di sebuah perusahaan IT terkemuka di Amerika. Tetapi jika ia melakukannya, dia harus merelakan hubungannya dengan wanita tersebut.

Ada satu momen dalam kisah ini yang sama sekali tidak diketahui oleh wanita ini. Kalian bisa membacanya lebih lanjut dalam novel ini.

Untuk kisah yang kedua, menurutku cukup menyedihkan secara alur ceritanya. Lagi-lagi tokoh utamanya adalah seorang wanita. Wanita ini berprofesi sebagai seorang perawat dan telah menikah. Namun suami dari wanita ini ternyata mengidap penyakit Alzheimer.

Mau tahu apa bagian menyedihkannya?

Sang suami ternyata menyadari bahwa dia telah mengalami gejala-gejala penderita Alzheimer. Oleh karena itu akhirnya dia memutuskan untuk menuliskan sebuah surat kepada istrinya sebelum Alzheimer yang ia derita makin parah. Surat itu berisi agar sang istri selalu mengayomi pria ini sebagai suaminya. Karena beberapa tahun kemudian Alzheimer yang ia derita sampai di tahap lupa bahwa dia telah menikah, bahkan sampai lupa siapa wanita yang terus menemuinya setiap hari di rumahnya.

Dua kisah lainnya menceritakan perjalanan waktu seorang yang kakak menyesal karena adiknya telah meninggal dalam sebuah kecelakaan dan ia berupaya untuk meminta maaf dengan pergi ke masa lalu.

Serta kisah terakhir adalah kisah tentang seorang ibu yang menemui anaknya 15 tahun kemudian di masa depan…

Sang ibu merupakan istri dari pemilik kafe Funiculi Funicula. Anak yang ditemuinya di masa depan akan menjadi penuang kopi yang akan membuat para pelanggan untuk bepergian lintas waktu.

Photo by karl chor on Unsplash

Dari semua kisah di novel pertama ini, semua tokoh utamanya memiliki “ganjalan hati” entah karena perasaan menyesal maupun sekadar ingin menengok apa yang akan terjadi di masa depan.

Karena itu mereka memberanikan diri dengan segala peraturan yang berat. Perjalanan waktu yang penuh risiko dan tidak akan mengubah apapun yang terjadi. Entah di masa lalu, maupun di masa depan.

Demi mencurahkan isi hati mereka.

Mengeluarkan ganjalan hati.

Untuk membuka lembar baru kehidupan.

Masih ada beberapa teka-teki yang belum terjawab setelah membaca kedua novel ini. Semoga saja nanti akan ada jilid berikutnya yang akan menjawab semua teka-teki ini.

--

--

Hendy Eka Putra
Komunitas Blogger M

You will read a small part of my overthinking thoughts also what I read and studied