Samarinda Darurat Media dan Jurnalis Musik

Local Native Borneo
Komunitas Blogger M
2 min readAug 12, 2024

Pernah mendengar cerita nostalgia dari orang tua tentang masa-masa keemasan mereka?

Biasanya, mereka mulai dengan, “Zaman dulu, begini begitu.” Sama halnya ketika saya berbicara dengan penulis dan jurnalis musik yang sudah lama berkecimpung di dunia ini. Beberapa dari mereka telah menulis dan meliput sejak saya masih sibuk dengan buku pelajaran, atau bahkan sebelum saya melihat dunia.

Di sisi lain, ada juga fenomena media yang menggunakan embel-embel musik atau konser hanya untuk keuntungan pribadi, seperti mendapatkan tiket konser gratis, tanpa memberikan kontribusi berarti bagi scene musik lokal. Jangankan kedalaman dan integritas penulisan, dengan modal followers banyak yang tentunya zaman sekarang itu bisa dibeli kan?

Samarinda kini menjadi rumah bagi musisi-musisi baru dan lama yang mencoba mempromosikan karyanya. Dalam tur Sheila On 7 yang diadakan pada 27 Juli lalu, banyak cerita tentang keseruan dan keresahan yang menyelimuti perkembangan musik di kota ini.

Diskusi mengenai kondisi media dan jurnalis musik di Samarinda mengungkap banyak hal yang ironis. Media lokal yang dulunya menjadi sarana utama untuk memperkenalkan dan mendokumentasikan scene musik lokal kini mulai kehilangan eksistensinya. Media sosial memang memberikan kemudahan, tetapi seringkali mengorbankan kedalaman dan kualitas informasi.

Ini menimbulkan pertanyaan, masihkah penting keberadaan media musik lokal di kota seperti Samarinda? Banyak musisi yang kesulitan menemukan platform untuk mempromosikan karya mereka secara luas.

Di balik keramaian konser, ada keresahan yang terselip. Para musisi baru dan lama dari Samarinda dan sekitarnya membutuhkan media yang bisa memberikan sorotan pada karya mereka. Namun, di tengah dominasi media sosial, tantangan untuk menciptakan konten yang menarik dan informatif semakin besar. Media lokal yang dulu menjadi tulang punggung informasi kini harus berjuang keras untuk tetap relevan.

Namun, apa yang terjadi di Samarinda ini bukanlah tanpa harapan. Kehadiran musisi baru dan lama serta antusiasme penonton menunjukkan bahwa scene musik di kota ini masih hidup dan berkembang.

Tantangannya adalah bagaimana media lokal bisa beradaptasi dengan perubahan zaman dan tetap menjadi jembatan antara musisi dan penonton. Regenerasi media dan jurnalis musik menjadi penting untuk memastikan bahwa cerita-cerita dari Samarinda tidak hilang ditelan arus informasi yang serba cepat.

Tur Sheila On 7 ini mungkin hanya berlangsung sesaat, tetapi momen ini bisa menjadi titik balik untuk memperkuat kembali peran media lokal dalam mendukung scene musik Samarinda. Seperti yang dikatakan oleh banyak veteran di dunia jurnalisme musik, media bukan hanya sekadar alat penyampai informasi, tetapi juga saksi sejarah dan pendorong perkembangan.

Samarinda, seperti kota-kota lain, membutuhkan lebih dari sekadar hiburan. Kota ini membutuhkan regenerasi media dan jurnalis musik yang siap menghadapi masa depan dengan keberanian dan integritas. Dengan begitu, keseruan dan keresahan yang dirasakan di panggung tur Sheila On 7 ini bisa menjadi awal dari kebangkitan media musik lokal yang lebih kuat dan berdampak.

Penulis: Juwanda Yusuf Gunawan
Editor: Michael Geraldo Satria

--

--

Local Native Borneo
Komunitas Blogger M

based in Samarinda, Indonesia - Community Achivist for Creative Industry - Media Support & Partner