Mengapa Anda Perlu Terlibat Dalam Dunia Freelance Global di Era Modern?
Beberapa minggu terakhir saya melakukan riset terkait dunia freelancing seperti range salary untuk role-role tertentu, strategi lolos interview, dsb. Riset ini merupakan lanjutan dari riset kecil-kecilan saya pada dunia edukasi vokasi.
Apa sih sebenarnya objektivitas dari pendidikan vokasi?
Membekali siswa dengan keterampilan tertentu agar dapat digunakan langsung dalam dunia kerja
Pendidikan vokasi ini berbeda dengan tipe pendidikan jenjang SD-SMP-SMA-Kuliah. Pihak penyedia pendidikan vokasi diharapkan memiliki kemampuan melakukan serangkaian analisa agar dapat memperbesar kesempatan peserta belajarnya berhasil masuk dunia kerja.
- Skillset apa yang sangat dibutuhkan oleh dunia kerja?
- Apakah materi yang diajarkan sudah inline dengan kebutuhan industrinya?
- Apakah talenta yang dipersiapkan sudah tepat dengan kebutuhan dunia industri?
- Bagaimana memetakan kebutuhan tersebut dengan kesiapan talenta
- Seberapa besar prosentase talenta yang menjadi peserta didik cocok dengan requirement job yang di posting, jika belum cocok maka bagaimana caranya meng-improve prosesi edukasi agar talenta yang menerima bisa lebih siap
- Bagaimana membantu talenta merangkai CV yang sesuai dengan skillset mereka dan ekspektasi calon pemberi pekerjaan. Apalagi jaman sekarang HR sudah pakai tools otomatis sehingga butuh metode khusus agar memperbesar kesempatan CV tersebut lolos dan dibaca oleh HR
Sayangnya, (harap dikoreksi apabila saya salah beropini) penyelenggara vokasi banyak yang hanya fokus pada mekanisme pemberian materi edukasi tanpa memperhatikan kesesuaian dengan kebutuhan dunia kerja saat ini, serta kurang perduli terhadap performansi peserta pembelajaran peserta setelah “lulus” dari proses edukasi tersebut.
Freelance Marketplace
Salah satu “pintu” menuju dunia kerja yang saya coba eksplorasi tahun 2020 lalu adalah korporasi di Indonesia. Ada beberapa catatan penting yang berhasil dikumpulkan selama beberapa bulan.
Pintu kedua adalah jalur freelance atau biasa disebut paruh waktu yang saya mulai ditahun 2021 ini. Targetnya adalah penyedia market freelance dengan skala global dimana postingan kebutuhan pekerjaan mengalir ratusan dalam satu hari dari berbagai perusahaan diseluruh dunia.
Buah dari riset tersebut adalah memiliki formula generic untuk kemudian diturunkan dalam hal:
- Membuat materi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan market industri saat ini
- Membuat strategi yang dapat diajarkan kepada peserta didik vokasi sehingga memperbesar kesempatan mereka kelak melewati fase interview dan mendapatkan proyek freelance yang ditargetkan
Beberapa hal menarik sudah berhasil dieksplorasi dimana awalnya tampak sepele namun sebenarnya cukup berpengaruh, diantaranya:
- Apabila yang posting dari kawasan Eropa, bagaimana penekanan konteks penting dalam pengajuan proposal karena pada umumnya orang-orang Eropa cenderung lebih straightforward dan lebih “teknis” sehingga meningkatkan kepercayaan mereka bahwa kita mampu menyelesaikan tugas yang diberikan
- Ketika belum ada pengalaman sama sekali alias masih baru banget mulai masuk marketplace Freelancer, kategori pekerjaan seperti apa yang sebaiknya ditargetkan
- dsb
Freelance Sebagai Tambahan Pekerjaan Utama
Selama mengeksplorasi riset tersebut saya melihat potensi-potensi lain dimana Freelancing bukan hanya sebatas ditujukan bagi peserta didik vokasi saja namun bisa jadi lebih luas lagi pemanfaatannya.
Covid-19 merubah banyak hal termasuk situasi pekerjaan banyak orang. Salah seorang rekan asli orang Singapore yang kebetulan memiliki visi sama dengan saya — dan dia melakukan hal yang kurang lebih mirip dengan saya disana, menyampaikan banyak sekali orang-orang SG yang datang berlinang air mata ke dia bercerita akibat kehilangan pekerjaan. Dan percaya atau tidak, mereka banyak yang skill-less terutama di era modern sekarang ini. Sehingga kami sering berdiskusi bagaimana cara untuk membantu mereka-mereka yang terkena dampak Covis-19 tersebut.
Sejatinya ‘korban’ pandemi bukan satu-satunya pihak yang membutuhkan strategi mencari ‘ladang’ baru untuk dieksplorasi. Ada beragam kondisi lain yang sebenarnya kritikal namun kurang disadari oleh banyak pihak.
Contoh lain, misalnya saja situasi yang beberapa kali saya dengar dari mereka-mereka yang bekerja diluar negeri dan memiliki keinginan untuk pulang ke Indonesia namun sulit menerima kondisi dimana harus menurunkan taraf hidup karena pendapatannya jauh berkurang.
Banyak loh yang demikian. Tidak semua orang yang bekerja diluar negeri selama bertahun-tahun itu tidak merindukan pulang ke kampung halaman untuk berdekatan dengan keluarga tercinta di Indonesia termasuk merawat orang tua yang bisa jadi sudah memasuki usia lansia.
Pendapatan diluar negeri biasanya lebih besar dibandingkan bekerja di Indonesia. Apalagi jika sudah berkeluarga dan anak-anaknya sudah sempat bersekolah diluar negeri. Katakanlah rela berkorban menurunkan tingkat pendapatan karena biaya hidup sehari-hari diluar negeri juga cukup besar sehingga turun gaji tidak masalah asal bisa pulang dan tinggal di Indonesia toh dengan biaya hidup dibawah luar negeri, namun yang kemudian seringkali menjadi masalah adalah ketersediaan lowongan pekerjaan di Indonesia sangat jauh dari harapan.
Di Indonesia kompetisi mendapatkan posisi pekerjaan bisa jadi jauh lebih ketat karena jumlah penduduknya lebih banyak. Pengalaman diluar negeri tidak menjamin serta merta pasti dilirik oleh perusahaan lokal apalagi jika selama bekerja diluar negeri tidak banyak membentuk relasi ataupun tidak cukup diakui oleh orang-orang di Indonesia (di Indonesia banyak juga yang skillset nya jauh lebih baik loh). Sehingga ketersediaan lowongan pekerjaan yang berhasil didapatkan bisa jadi jauh dibawah standar gaji yang diharapkan.
Jika biasanya dibayar diatas 50jt / bulan atau bahkan diatas 100jt, setelah dikurangi biaya hidup serta tax bisa lah menabung setara dengan Rp 30 jt an per bulan ketika berada diluar negeri. Namun ketika ingin pulang ke Indonesia pekerjaan yang ada maksimum sanggup memberikan gaji 25jt / bulan. Dikurangi biaya hidup keluarga sisanya bisa jadi sangat minim atau bahkan bisa jadi minus. Hal ini yang umumnya menjadi pertimbangan sangat berat untuk pulang sehingga dengan terpaksa mengorbankan panggilan hati dan tetap bertahan diluar negeri.
Pasar freelance membuka pintu dunia global. Analoginya jika di Indonesia skillset seseorang kurang dibutuhkan maka di suatu tempat skillset tersebut bisa jadi sangat dibutuhkan karena bisnisnya tumbuh dan berkembang. Sehingga sumber ketersediaan lapangan pekerjaan tidak terbatas hanya dilingkungan lokal saja, di era modern seperti sekarang ini lintas negara bukan hambatan sama sekali.
Dengan semakin majunya teknologi cakupan pekerjaan freelance pun tidak terbatas pada dunia IT saja. Silahkan marketplace seperti https://upwork.com dan cari keyword sesuai dengan skillset kita yang non-IT, bisa jadi anda akan kaget karena ternyata ada yang mencari skillset tersebut.
Karakteristik dunia freelancing juga beragam, tidak semuanya meminta waktu full time 40 jam / minggu. Ada yang bisa dikerjakan selama 2–3 jam saja per hari. Jika kita mau hitung-hitung secara sederhana,
30 usd * 3 jam * 5 hari = 450 usd / minggu
Dengan kondisi USD seperti saat ini di angka Rp 14.100 / usd maka setiap minggunya bisa masuk sejumlah Rp 6 jutaan. Dalam satu bulan bisa dapat diatas 20 jt rupiah.
Apabila digabungkan dengan pendapatan dari pekerjaan bulanan yang mungkin didapatkan di Indonesia, katakanlah sesuai ilustrasi diatas dimana orang dari luar negeri ketika pulang bisa dapat gaji 25 jt per bulan maka ketika ditambahkan dengan pendapatan dari freelancing bisa dapat total lebih dari 45 jt per bulan.
Freelancing ini bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Itu sebabnya jika punya rencana seperti pulang ke Indonesia, sebelum pulang sudah dicoba dahulu terbiasa dengan pekerjaan freelance sehingga setidaknya ketika pulang ke Indonesia sudah ada pegangan dan sudah punya client. Atau sebagai backup dari pekerjaan yang saat ini sudah anda miliki, sehingga ketika terjadi sesuatu pada pekerjaan anda terutama di masa-masa sulit seperti sekarang dimana kondisi dunia tidak menentu maka anda sudah memiliki tabungan pengalaman pekerjaan lain dengan target pasar global.
Pendapatan bulanan diatas 30 juta per bulan di Indonesia saya rasa cukup lumayan untuk sebagian besar keluarga di ibukota, apalagi jika tinggalnya di kota kecil. Itu jika diandaikan 30 usd per jam (beberapa penyedia market freelance ambil fee juga jadi perlu diperhitungkan), bagaimana jika diatas 30 usd dan lebih dari 3 jam per hari?
Masalahnya, bagaimana bisa mendapatkan 30 usd / jam, bagaimana agar bisa dapat pekerjaan freelance tersebut sedangkan saingannya global yang bisa jadi lebih banyak, atau jika pekerjaan freelance-nya tidak sesuai dengan skillset saat ini bagaimana caranya agar bisa tetap dapat bekerja freelance?
Itulah sebenarnya goal dari riset yang saya coba eksplorasi 😊, bagaimana memperbesar kesempatan mendapatkan pekerjaan melalui ‘pintu’ freelance bagi siapapun yang membutuhkan termasuk bagi mereka-mereka yang belum punya pengalaman sama sekali (fresh grads).
Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah cukup populer pekerjaan freelance dengan target market global terutama mereka-mereka yang berkecimpung di dunia IT, sehingga banyaaak sekali talenta-talenta yang memanfaatkan pasar freelance ini untuk memenuhi kebutuhan hidup bulanan.
Namun yang menghubungkan potensi pasar tersebut dengan dunia vokasi saya rasa tidak banyak. Mudah-mudahan bisa menjadi tambahan masukan bagi para penyelenggara pendidikan vokasi.
Freelance Untuk Mempertajam Skillset
Menurut saya marketplace freelance bukan hanya ditujukan bagi mereka-mereka yang membutuhkan pekerjaan, namun juga bagi mereka-mereka yang hendak mempertajam skillset didunia kerja.
Ambil contoh anda adalah engineer dengan pengalaman 1 tahun bekerja dan handle DevOps di Indonesia dimana tugas-tugas yang dilakukan terkait configuration management seperti tools ansible, chef, terraform, dsb.
Tidak semua tempat bekerja memiliki tantangan tingkat global. Jika hanya melakukan pekerjaan sebatas diperusahaan tempat anda bekerja, bisa jadi anda merasa ibarat “katak dalam tempurung”, atau “burung dalam sangkar”. Tidak banyak tantangan, sementara anda adalah tipikal yang haus akan pekerjaan-pekerjaan menantang, dan anda ingin setaraf dengan skillset serta pengalaman memecahkan permasalahan kompleks layaknya orang lain yang mendapatkan kesempatan bekerja di perusahaan-perusahaan berskala global.
Dunia freelance global itu clientnya mancanegara, banyak diantara mereka startup, perusahaan-perusahaan sillicon valley, ataupun perusahaan-perusahaan menarik lainnya diberbagai belahan dunia. Tantangan-tantangan yang mereka tawarkan luar biasa menarik. Jadi dengan mengambil pekerjaan freelance bisa membantu meningkatkan dan mempertajam skillset anda.
Besar kemungkinan anda juga akan mempelajari hal-hal baru dimana kemudian dengan kemampuan tersebut bisa anda implementasikan kembali pada perusahaan tempat anda bekerja. Mutualisme dan win-win solution toh? Yah, asalkan tetap bertanggung jawab dengan pekerjaan utama saat ini karena sekali lagi dunia Freelance sangat flexible, kita bisa menyatakan dari awal berapa banyak waktu yang bisa didedikasikan untuk pekerjaan tersebut sehingga tidak mengganggu pekerjaan utama kita (klo mengganggu berarti kita dzalim terhadap perusahaan utama kita).
Saya tidak bilang bahwa strategi-strategi yang akan dijabarkan bisa memastikan pasti berhasil 100% loh ya. Namun setidaknya Insya Allah bisa membantu.
Namanya juga pekerjaan tentu berhubungan dengan rejeki. Sesuatu diluar kemampuan mahluk apapun didunia karena hanya Allah SWT yang mampu mengaturnya. Sebagai mahluk, kita hanya bisa berusaha / berikhtiar. Mudah-mudahan apa yang disampaikan nanti disini bisa menjadi salah satu jalan ikhtiar tersebut.
“Tidak ada suatu binatang yang melata yang ada di permukaan bumi ini melainkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang akan memberikan rezekinya.” (QS Hūd: 6)
Dan, “…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri…” (QS Ar Ra’d: 11)
Tulisan pada bagian pertama ini mengupas beberapa hal dari marketplace freelance global dimana bisa dijadikan motivasi dan ‘pintu’ bagi para pembaca yang barangkali membutuhkan solusi lapangan pekerjaan.
Untuk teknis strategi yang Insya Allah sudah saya coba terapkan sendiri selama kurang lebih beberapa minggu terakhir ini, Insya Allah akan kita bahas dibagian kedua (2) ya… 😊