Tahun baru katanya

Menikmatinya dengan merayakan atau menikmati dengan merenungkan?

Rizky Rianto
Komunitas Blogger M
7 min readJan 3, 2024

--

Photo by Nik on Unsplash

Ah sebenarnya aku ingin menuliskannya pada malam menjelang penghabisan tahun. Tapi entah mengapa aku tak sanggup melakukannya. Tentu aku sedang bergulat hebat dengan pikiranku sendiri. Dengan kesendirian yang sepi dan bunyi jangkrik serta tawa hewan lainnya. Banyak hal yang ingin aku tulis malam tahun baru, tapi urung. Pertanyaannya apa aku bisa menuliskan semuanya sekarang? Aku tak tahu, aku tahu otak kecilku ini tidak mampu mengingat hal dengan begitu detail sama seperti apa yang aku pikirkan malam kemarin. Dan yaa mari menulis dengan apa adanya, mengurai isi hati, mencatatnya dan membacanya dikemudian hari. Memberi tanda sejarah dalam buku kisahku.

Tahun baru katanya, aku memutuskan untuk menemani kesendirianku sama seperti halnya tahun sebelumnya. Mendekap diri dalam perenungan. Mencoba merefleksi diri. Jika kau bertanya apa tidak ada rencana tahun baruan atau paling tidak acara kumpul keluarga. Seperti acara bakar- bakar dan menyalakan kembang api misalnya. Ya tentu saja ada rencana itu, lebih tepatnya rencana yang diinisiasi oleh anggota keluar besar lainnya.

Sedangkan aku memilih bertahan dengan kesendirianku. Aku merasa begitu banyak hal yang aku pikirkan dan rasakan. Terkhusus untuk penghabisan tahun 2023. Entahlah aku merasa tidak ada dorongan untuk melakukan interaksi seperti kumpul-kumpul untuk menyambut tahun baru bersama. Justru yang aku rasakan adalah kekosongan dan kesunyian, serta perenungan yang menjadi teman berpikirku. Mencoba menikmatinya untuk mencari makna yang bersembunyi.

Alasan aku pulang, setelah sekian lama sudah ada di kota mengurusi kuliah dan organisasi adalah mencari ketenangan dalam kesunyian. Ya memang selama di kota juga aku sering sendiri dalam kos. Menikmati kesendirian. Tapi ya suasana desa dan kota tentu sangat berbeda bukan.

Beberapa hari sebelum tahun baru, aku mendapatkan ketenangan dalam suasana desa, nostalgia sejenak dengan segala perubahan yang ada. Seperti parit (sungai kecil) yang dulu sering aku arungi bersama dengan teman masa kecilku. Sekolah, tower sinyal, dan jembatan tempat nongkrongku yang sekarang semakin menyusut, kecil dan pendek. Ah mungkin aku saja yang sudah makin besar hahaha. Ternyata benar, sangat indah untuk dikenang. Aku tersenyum dan tertawa dalam hati kecilku. “Masa kecilku sudah usai ternyata.”

Ada satu hal lagi yang aku ingat dan ingin aku beritahu padamu. Dulunya persawahan yang ketika musim panen padi tiba, sangat indah pemandangannya dan hampir semua lahan ditanami oleh padi-padian. Namun sekarang ada beberapa petak lahan yang tidak diurus lantaran yang punya lahan sudah berpulang. Dan warna kuning padi yang dulunya hampir penuh kini bolong-bolong. Batinku berkata “Ternyata masa kecilku lebih indah yaa dan aku masih diberi kesempatan untuk melihatnya….”

Oke di awal aku ada mengatakan aku memutuskan untuk menemani kesendirianku sama seperti halnya tahun sebelumnya. Mendekap diri dalam perenungan. Ya benar itu yang aku lakukan. Sekaran aku akan mencoba mengurai perenunganku menjelang penghabisan tahun 2023 kemarin.

Pertama, 2023 apa aku bahagia?

Photo by Agustin Fernandez on Unsplash

Aku juga bingung harus merangkum dengan kata apa untuk 2023 yang tentu banyak tinta warna yang sudah tertuang di sana. Ah sepertinya dua kata bisa mewakili semua, yaitu bahagia dan sakit. Tentu bukan, dari banyak waktu yang ada dalam satu tahun ada bahagia yang menemani. Dan aku merasakannya juga seperti : bersyukur akan nafas yang tersisa sehingga aku dapat merasakan momen hitam putih. Rasa syukur atas keluarga yang cukup harmonis. Rasa syukur bisa bertemu dengan dia yang terus memberi semangat dan membagi rasa bahagia bersama. Dan ah ya, rasa syukur atas otak brilianku yang kadang memberiku kagum dan memberiku sakit. Dan masih banyak lagi.

Lalu untuk sakit, tentu aku juga menerimanya. Terkadang yang manis tidak selalu baik untuk kesehatan begitu pula dengan yang pahit tidak selalu buruk untuk kesehatan. Sama halnya untuk kehidupan ini. Aku menangis di depan umum, aku menangis dalam kesendirianku, aku memeluk diriku sendiri, aku tertawa atas sakit yang aku rasakan, aku marah atas sakit yang mereka berikan, dan aku menghancurkan barang-barang untuk sedikit meluapkan amarahku. Dan ya pahit juga tidak selalu buruk, dengan itu aku dapat mengumpulkan serpihan-serpihan pemahaman untuk aku satukan.

Dan bicara rasa syukur. Seringnya kita akan mengingat syukur ketika derita datang. ketika melihat ke bawah. Mengingat syukur ketika sudah diujung detik penghabisan. Ketika melihat waktu yang tersisa dan lainnya. Lalu ketika bahagia datang? seringnya melupakan. Tidak untuk semua orang. Namun, aku salah satu orangnya.

Kedua, pencapaian apa yang kau raih?

Photo by Eunice De Guzman on Unsplash

Benar, ada rasa kecewa juga untuk diriku sendiri ketika aku menanyakan pertanyaan di atas. Setelah menilik ke belakang aku merasa banyak waktu yang terbuang dan tidak aku manfaatkan untuk mendapatkan pencapaian yang berarti. Dari 356 hari yang disediakan ditahun 2023 apa banyak pencapaian yang dicapai? Apa hanya membuang waktu ? Apa tujuan di awal tahun terpenuhi?. Paling tidak mendekati resolusi tahun baru yang sudah dibuat. Ah sial aku malah melupakan itu.

Dan bicara soal resolusi, yang aku pahami sekarang resolusi itu omong kosong yang dibuat jika tiada aksi yang merangkulnya. Ah sial, waktu itu aku membuat omong kosong dan aku melupakannya. Dan ya di malam penghabisan tahun baru aku sadari. Saat aku melihat diriku sendiri, aku membuat kesimpulan. Aku tidak akan bergerak maju jika hanya menuliskannya tanpa melakukan aksi. Lalu jika kau bertanya apa aku punya resulusi untuk 1 tahun mendatang? tentu ada dan entah berakhir seperti apa, omong kosong atau sesuatu yang mengejutkan. Aku akan lihat penghabisan tahun 2024 nanti. Oleh karena itu aku menuli ini, barangkali bisa ku baca dan bahan refleksi nanti.

Ketika ada stimulus yang membakar semangat dan membuat kita sadar betapa pentingnya ini. Lalu menuliskannya (resolusi atau apapun itu) dan sering berakhir di tempat penyimpanan jauh dari pandangan sehingga peluang besar untuk melupakannya juga juga meningkat. Padahal menulis aku rasa langkah awal baru kemudian diwujudkan dengan aksi. Jika dianalogikan barangkali seperti “Hangat-hangat tai ayam, perlahan hilang tanpa bekas.” Dan yaa, sialnya itu yang terjadi padaku.

Seringnya kita tahu bagaimana membuatnya namun tidak tau untuk bagaimana memakainya. Seperti jam, kita dapat membaca pukul berapa sekarang. Namun kita tidak tahu bagaimana dan seperti apa jarum panjang, pendek dan jarum detik bisa ada pada angkat yang tertera. Singkatnya tidak paham konsep yang dibuat.

Ah sepertinya aku juga tidak adil jika hanya meluapkan rasa kesal untuk diriku sendiri. Meski sedikit pencapaian diriku juga pantas untuk mendapatkan tepukan bahu dan berkata “kau tetap hebat bro..” Selain kita yang memberi apresiasi siapa lagi. Menunggu orang untuk melakukannya, terlalu lama dan dengan semua ketidakpastian yang ada. Masih sediakah untuk menunggu?

Ketiga, Sejauh mana aku mengenal diriku sendiri?

Photo by Giulia Bertelli on Unsplash

Ketika bertanya pada diri sendiri, itu waktunya untuk mengurai semua tentang apa yang aku ketahui tentang diriku sendiri, berbicara seperti berbicara pada teman dengan dua cangkir kopi. Kemudian mencoba meyakinkan pada diri bahwa aku sangat mengenalmu. Aku benar-benar mengenal diriku sendiri.

Kemudian, muncul pertanyaan baru yang mungkin berasal dari diri yang paling dalam “Apa benar aku mengenal diriku sendiri?”

Dan sepertinya mengenal diri adalah proses panjang dengan diri dalam mengarungi kehidupan ini. Hanya tentang aku dan diriku, tanpa campur tangan orang lain. Setiap saat akan selalu ada pemahaman baru yang diterima. Dan ya ini tentang aku dan diriku yang memahami bersama.

Aku ingin bertanya padamu. Apa kau mengenal dirimu sendiri? Sejauh mana?

Keempat, tentang luka.

Photo by Nick Herasimenka on Unsplash

Selain luka yang didapat dari interaksi dengan dunia luar, luka dari kesalahan yang diperbuat, luka yang sering kita alami yaa luka dari orang terdekat. Orang terdekat adalah orang yang memiliki potensi melukai lebih dalam. Entah sudah berapa luka yang ditorehkan dari orang-orang terdekat dan justru memiliki ruang maaf untuk mereka dan mencoba memakluminya.

Keluarga? tempat ternyaman bukan untuk bersenda gurau dan bercerita. Namun tidak semua orang mendapat hal yang serupa. Apa kau mendapatkannya?

Siapa lagi orang terdekat yang sering kita temui dan bahkan sudah ada sejak kita dilahirkan. Ya keluarga kecil yang berisikan anak dan orang tua. Mereka orang terdekat yang memberikan kita kesempatan melihat dunia. Namun mereka pula yang bisa memberi luka untuk anak-anaknya. Dalam bentuk apapun.

Kemudian keluar dari keluarga kecil ada keluarga besar dengan berisikan banyak keluarga kecil didalamnya. Beberapa diantara mereka pandai menoreh luka dengan mulutnya. Aku rasa ini bukan rahasia umum lagi bukan? Dan berlanjut seterusnya hingga interaksi kita dengan dunia luar. Ada yang bilang dunia luar kejam namun menyimpan begitu banyak kesempatan.

Ini salah satu alasanku memilih sendiri. Daripada luka dan kepikiran lebih baik mencoba merefleksikan dan banyak bicara dengan diri sendiri (mencoba lebih dekat dengan diri).

Kelima, aku lupa.

Singkatnya dari semua yang aku tulis diatas adalah tahun baru ini waktu yang tepat untuk kembali merumuskan rencana yang kita miliki. Tidak apa tidak sesuai dengan rencana. Tahun sebelumnya juga sudah menjadi bukti bahwa rencana matang sekalipun tidak berdaya dengan ketidakpastian dunia. Tugas kita yaa mengevaluasinya dan mencoba merumuskan kembali. Berjalan dengan rencana lebih baik daripada berjalan tanpa rencana. Dengan rencana saja bisa hancur apalagi tanpa rencana. Mengandalkan keberuntungan juga tidak bisa selamanya. Pertanyaannya apa kita masih pantas mendapatkan keberuntungan sedangkan kita terus bermalas-malasan.

Well, jangan lupa bersyukur. Semuanya akan berlalu dengan sendirinya. Namun kita harus tetap ingat untuk pegang kendali atas diri kita sendiri. Aku harap aku bisa menjadi lebih baik lagi, dan kamu juga. Bisa mencintai diri sendiri lebih baik lagi. Bisa mencapai semua tujuan yang telah dirancang. Bisa bertumbuh sedikit demi sediki dalam kebaikan.

2024 adalah lahan penur ranjau dan emas. Untuk mendapatkan emas tentu butuh perjuangan dan tidak sedikit berselimut luka. Hanya perumpamaan saja.

Terima kasih telah mendengarkan. Selamat bertumbuh 1% setiap harinya.

--

--

Rizky Rianto
Komunitas Blogger M

Suka mengembara dalam pikiran, menikmati imajinasi dan bila sempat, menulis disana.