Teman berjuang

Tri Aji Rizki Jaya Saputra
Komunitas Blogger M
5 min readDec 16, 2023
Bandara Udara Internasional Lombok, Lombok Tengah

Setelah saya memutuskan untuk merantau sejak saya masih duduk di bangku sekolah menengah, saya baru memaknai pertemuan saya dengan teman-teman saya waktu itu;

bahwa keluarga bukan lah orang yang harus lahir dari rahim yang sama ataupun memiliki ikatan darah

Pada kesendirian saya kemarin, saya bertemu dengan orang yang dengan sabarnya mendengar keluh kesah saya, bersedia direpotkan perihal makan ketika saya lapar, dan bagian paling menyenangkannya adalah mereka mau untuk berbagi cerita serta mereka bersedia untuk berbahagia dengan lelucon yang saya buat.

Jauh dari mereka sekarang seperti membangkitkan kembali ingatan-ingatan yang selalu menyertai kebersamaan kami kemarin, yang lagi-lagi tak pernah gagal membuat saya kewalahan sendiri dibuatnya, pada saat itu juga saya seperti dipaksa untuk membongkar kembali isi kepala saya untuk mengurai kembali momen-momen bersama sebelumnya.

Sejujurnya saya takut sekali ditinggalkan, oleh siapapun, saya juga tidak bisa membayangkan jika harus ditinggalkan teman-teman saya nantinya, tapi apa boleh buat, kita juga tidak bisa menjadi terlalu egois untuk membuat orang lain tetap tinggal, kan?

Mereka adalah orang-orang yang punya peran penting dalam hidup saya.

Saudara seringkali hanya perkara ikatan darah, sementara keluarga adalah orang yang kita ijinkan untuk menjadi dekat dan merepotkan

Di perjalanan, melihat lampu kota yang berkilat-kilat saya ingat sekali ketika semua terasa kacau, keinginan mengakhiri diri sendiri demikian kuat, kesepian, dan kepala bising dengan cercaan dari diri sendiri, mereka datang untuk mengajak mencuci baju bersama, membuat makan malam dari belasan mie instan, dan beberapa cemilan ringan serta beberapa gelas minuman dingin. Obrolan-obrolan kaku dan sedikit serius dari perbincangan malam itu, ternyata mampu menyelamatkan saya dari kematian.

Ketika saya memutuskan untuk berhenti bekerja sejenak dan kehilangan pekerjaan, mereka datang dan memberikan makanan setiap harinya, bergantian, meyakinkan saya untuk bertahan hidup meskipun dengan keadaan seadanya, sekuatnya. Mereka juga memberikan rekomendasi pekerjaan atau bahkan menawarkan untuk bekerja di perusahaan yang sama (Walaupun saya gagal ketika tes nya, wkwk). Hingga pada akhirnya saya berada di tempat lain seperti sekarang sekalipun, mereka masih bertanya apakah saya sudah makan, apakah Istirahat saya cukup, dan butuh sesuatu? Kepedulian dan perhatian seperti inilah yang membuat saya ingin terus hidup hingga sekarang.

Dengan mereka saya jadi bisa menyaksikan orang-orang yang akhirnya mantap untuk lebih dekat dengan tuhannya padahal dulu mengingat tuhan saja sudah syukur wkwk. Orang-orang yang tak pernah berhenti berjuang untuk mendapatkan cintanya (meskipun yaa tidak jadi juga wkwk), orang-orang yang akhirnya bisa meninggalkan hubungannya yang toxic, orang-orang yang berjuang untuk keluarganya, dan juga orang-orang yang akhirnya bisa mencintai dirinya sendiri.

Setiap dari kami tidaklah sempurna, tapi baiknya adalah kami tidak pernah berhenti belajar, dan menjadi lebih bijak dan dewasa, setiap kecerobohan dan kebodohan yang kita lakukan akhirnya hanya menjadi bahan tertawaan atau candaan saja setelahnya dan bukankah begitu seharusnya kehidupan? Kita membuat kesalahan, menyelesaikan, dan ketika semuanya sudah membaik atau luka sebelumnya sembuh, akhirnya kita bisa menertawakan segala kebodohan dan kesalahan yang sempat kita lakukan.

Dengan mereka saya jadi asik dan aktif berbagai cerita dan pengalaman, beban, serta memuntahkan segala perasaan dan kejadian yang kurang mengenakkan. Saya senang ketika bercerita dengan mereka karena mereka selalu serius mendengarkan, tidak berusaha menjatuhkan, menghakimi tindakan atau keputusan saya, bahkan memberi saya ruang dan kesempatan untuk sesekali menjilat luka saya sendiri.

Ketika saya akhirnya memutuskan untuk lelah dan hampir menyerah, mereka selalu siap untuk memberikan nasihat dan pelajaran hidup, mengingatkan untuk selalu bangkit bahkan persetan sudah berapa kali saya jatuh dan berhenti, mengingatkan untuk mencoba kembali percaya setelah dikhianati, bahkan setelah saya merasa kehilangan segalanya pun, mereka selalu mengingatkan dan membantu saya untuk kembali memulainya ulang supaya saya tidak berhenti berjuang. Saya ingat betul jasa baik mereka dan selamanya saya akan berhutang kepada mereka.

Dari setiap kejadian dan perjalanan yang sempat saya tempuh bersama kemarin, bisa jadi itu juga alasan saya menangis dijalan sekarang. Kesendirian selalu membuat saya takut dan hampa, kesepian yang seharusnya menjadi sebuah kebebasan malah semakin hari rasanya menjadi semakin mengenaskan.

Sekarang, saya jadi lebih sering untuk melakukan semuanya sendirian, makan sendirian, mencuci baju sendirian, dan segala hal yang biasanya kami lakukan bersama namun sekarang menjadi hanya saya sendiri saja. Akibat tuntutan hidup serta kesibukan yang saya buat sendiri sekarang, saya jadi lebih sering menghabiskan waktu ke warung kopi untuk memesan lebih dari satu gelas kopi yang saya minum sendiri atau bahkan hanya sekedar duduk-duduk saja melepas lelah, tak jarang saya mendengar cerita dari orang-orang yang sedang berjuang juga disana yang terkadang membuat saya menjadi sedikit lega;

ternyata saya tidak sendirian.

Bagian paling penting sekarang adalah saya akhirnya tersadar bahwa dengan atau tanpa adanya saya pun, tenyata kehidupan akan terus bergerak,

tidak berusaha berhenti untuk menunggu saya atau berusaha untuk sedikit melambatkan temponya agar saya bisa menyusul nantinya. Menjadi tersadar bahwa saya tidak boleh terlalu egois dan mulai memaklumi bahwa semua orang hidup dengan kesibukan dan kepentingannya masing-masing.

Saya selalu menyimpan semua kenangan bersama teman-teman saya, celotehan bodoh di grup obrolan kita, atau stiker-stiker lucu yang selalu kita tertawakan bersama. Ditempat lain semua ingatan tentang mereka juga akan selalu saya simpan, sembari sesekali saya tertawa, senang, sedih, dan bahagia sendiri ketika mengingatnya. Saya tak pernah berusaha untuk melupakan setiap kesedihan dan kepedihan yang sempat saya rasakan sebelumnya, segala hal yang terjadi akan saya biarkan dan sebisa mungkin saya nikmati kehadirannya.

Sejak tadi malam, hingga pagi ini saya terbangun untuk melanjutkan tulisan ini, saya berjanji untuk tumbuh dengan harapan serta semangat baru sekarang. Saya juga tidak lelah untuk berdoa agar teman-teman saya diberikan kebahagiaan, menemukan jalan untuk setiap hambatan yang sedang mereka jalani sekarang, selalu diberikan perlindungan serta dikelilingi orang yang baik dan memiliki kasih sayang yang besar kepada mereka. Persis sebagaimana mereka memberikan itu semua kepada saya.

Dipenghujung tulisan ini saya ingin sedikit memberi kabar, bahwa sekarang, saya masih baik-baik saja. Meskipun terkadang saya masih bertemu dengan hambatan dan kebingungan, saya pastikan ditempat yang jauh ini, saya baik-baik saja.

Terimakasih sudah mau jadi teman berjuang, hari ini saya—Mungkin kalian juga—berdiri lebih tegak dari kemarin, mungkin masih sempoyongan, tapi saya bisa pastikan bahwa saya lebih kuat.

Jangan lupa istirahat teman-teman, perjalanan kita masih panjang.

Sabarnya ditambah, sehatnya dijaga.

--

--

Tri Aji Rizki Jaya Saputra
Komunitas Blogger M

Biro jasa, menuntaskan segala masalah perasaanmu. *Bisa ditunggu.