The Idea of Being Loved

Edwin Fauqon
Komunitas Blogger M
3 min readJun 20, 2024

Hati-hati dengan apa yang kamu lihat setiap hari. Sebab, cepat atau lambat, hal-hal itu akan memengaruhi pikiran dan mengaburkan kenyataan.

Jika kamu senang menyekoki diri dengan konten-konten konspirasi cocoklogi setiap hari, maka besar kemungkinan pikiranmu akan jadi kacau dan bebal pada kebenaran — persetan dengan bukti konkret yang diberikan.

Jika kamu hobi mendengarkan ceramah tanpa mendampingi diri akal sehat, maka bisa saja, tanpa disadari, panutan yang selama ini kamu anggap sebagai juru selamat ternyata tak lebih dari orang yang gila akan martabat.

Hati-hati dengan apa yang kamu lihat setiap hari.

Jika kamu kerap menemui konten yang memamerkan kemesraan hingga membuatmu merasa kesepian, iri, dan dengki, maka berhentilah. Keluar. Lihat matahari dan cium bau tahi kucing yang sudah mengering tiga hari — biar kamu ingat bahwa kenyataan kadang tidak semenye-menye itu.

Takutnya, jika terus-terusan memenuhi diri dengan konten-konten kemesraan — yang bisa jadi settingan — pikiranmu bisa kacau. Muncul standarisasi soal kemesraan dan cinta.

Jika dia tidak mengirimi bunga melati setiap malam jumat, berarti dia tidak cinta. Jika dia tidak membangunkan 1000 candi dalam semalam, jelas dia tidak sayang. Padahal, setiap orang jelas punya cara dan keterbatasan tertentu dalam menunjukkan perasaan.

Oleh sebab itu, suatu waktu, saya melempar pertanyaan di Instagram Story soal the idea of being loved. Kira-kira begini: Do you really love your partner or you just love the idea of being loved?

Apa kamu benar-benar mencintai pasanganmu atau hanya mencintai pemikiran bahwa kamu dicintai?

Contoh terbaik untuk menjelaskan the idea of being loved adalah kelakukan Tom dalam film 500 Days of Summer. Film yang selamanya akan dikenang oleh orang-orang yang dilukai ekspektasinya sendiri soal kasih sayang.

Selanjutnya bakal saya ceritakan poin penting dari film yang berhasil memecah belah penontonnya menjadi dua kubu: Tim Tom atau Tim Summer?

Ringkasan cerita: Tom bertemu dengan Summer di kantor. Ternyata mereka mempunyai banyak kecocokan dan sering menghabiskan waktu bersama. Tom merasa Summer adalah belahan jiwanya. Kemudian Tom, dalam ekspektasinya, perlu digarisbawahi karena penting, merasa bahwa Summer merasakan hal yang sama. Hal itu menangkis semua kemungkinan terburuk mengenai hubungan mereka.

Namun, pada akhirnya, Summer tidak memiliki rasa yang sama — setidaknya tidak seyakin apa yang dimiliki Tom kepadanya. Dan cerita mereka berhenti di situ. Seolah membuat Summer berada di pihak yang jahat dan Tom adalah pihak yang disakiti.

Salah satu tanda pendewasaan adalah menyadari bahwa Summer tidak sepenuhnya salah. Justru Tom-lah yang menyakiti dirinya sendiri dengan segala ekspektasi dan pengandaian yang ia ciptakan selama dekat dengan Summer.

Tom loves the idea of being loved by Summer, but reality is often disappointing.

Tom tenggelam dalam anggapan bahwa dirinya dicintai Summer.

Saya berasumsi kamu telah paham soal the idea of being loved. Jadi, baca kembali pertanyaan berikut dan pikirkan baik-baik jawabannya: Do you really love your partner or you just love the idea of being loved?

Jangan jadi jahat dengan mementingkan diri sendiri. Berharap pasangan melakukan semua adegan romantis yang kamu temui di sosial media. Berharap pasangan memenuhi ekspektasi yang kamu ciptakan di pikiran sendiri lantas menunggu pasanganmu sadar tanpa diberi tahu.

Menurut saya, kamu benar-benar mencintai pasanganmu saat pasanganmu melakukan hal paling biasa sekalipun, seperti tersenyum atau sekadar benapas, kamu merasa dia tetap spesial — dengan atau tanpa telur.

Kalaupun kamu punya ide soal bagaimana bentuk rasa sayang, maka utarakanlah. Tidak semu orang punya keahlian membaca pikiran.

--

--

Edwin Fauqon
Komunitas Blogger M

Menulis tentang apa-apa yang ada di kepala. Kadang film, buku, pemerintah yang tidak becus bekerja, konten media sosial, dan hal-hal di antaranya.