Tidak Ingin Menjadi Berbeda, Hanya Ingin Menjadi Yang Terbaik

Firdausa Febi Alfaris
Komunitas Blogger M
3 min readNov 7, 2020
Photo by Rolf Schmidbauer on Unsplash

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Manusia tidak suka hidup sendirian, atau memang tidak mampu. Di alam liar, manusia mungkin lebih cocok disebut herd animals atau makhluk yang hidup dalam kawanannya. Gotong royong atau kolaborasi adalah keunggulan kita. Apalagi ditambah kita juga memiliki akal. Tentu tidak mengherankan jika kita, manusia, dapat menjadi spesies paling berpengaruh di dunia.

Manusia sekalipun memiliki dua kepribadian, yakni introvert dan ekstrovert, tetap saja manusia. Kita masih tetap membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat hidup. Kita hidup dengan saling bahu-membahu untuk tetap survive di dunia. Bantuan untuk urusan hidup-mati, ataupun hiburan dan permainan. Bahkan manusia juga memiliki sifat unik. Manusia memiliki kepuasan tersendiri jika dia mampu membantu menyelesaikan urusan orang lain atau sekedar meringankannya.

Selain kebutuhannya akan hidup secara berkelompok, manusia juga memiliki kecenderungan memiripkan sifat mereka dengan kelompoknya. Meskipun kadang kita tidak menyadarinya, tapi kita telah benar-benar melakukannya. Sebenarnya stereotype masyarakat terhadap sifat manusia didasarkan pada suku bangsanya juga ada benarnya.

Hal ini karena memang manusia cenderung menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal ini juga berkaitan dengan penanaman nilai-nilai kehidupan sejak kecil kepada kita yang dilakukan lingkungan kita, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat sekitar kita.

Kepribadian dan nilai-nilai yang dipegang oleh anak yang lebih sering menetap di satu tempat hingga dewasa juga berbeda dibandingkan anak yang sejak kecil sudah sering berpindah daerah. Karena memang tiap kawanan atau kelompok masyarakat juga memiliki karakter dan nilai-nilai yang berbeda.

Misalnya saja masyarakat Jawa Timur dan Jawa Barat, mereka jelas memiliki perbedaan karakter. Meskipun pada dasarnya manusia itu sama, tapi metode hidupnya bisa berbeda-beda.

Selain karena kita secara tidak sadar mengikuti kebiasaan kelompok kita, kita juga cenderung lebih nyaman jika berada di lingkungan yang memiliki kemiripan dengan kita.

Contoh kecilnya adalah, sebagai pemuda yang menyukai traveling, kita pasti akan senang jika ada komunitas yang berisi orang-orang yang juga suka traveling.

Atomic Habbits karya James Clear

Bahkan pernah juga ada penelitian yang membuktikan bahwa, pengaruh lingkungan lebih kuat daripada kebenaran di mata kita sendiri. Penelitian tersebut dilakukan dengan cara seperti ini:

1. Seseorang diminta memilih sebuah jawaban dari pertanyaan yang sangat mudah. Katakanlah dia diminta untuk memilih sebuah batang dengan panjang yang sesuai dengan benda contoh. Terdapat tiga pilihan batang yang memiliki ukuran sangat pendek, sangat panjang, dan yang sesuai dengan contoh yang diberikan. Pertama kali, orang itu dapat memilih dengan benar.

2. Orang kedua yang masuk, ditemani oleh satu orang lagi yang sebenarnya hanyalah aktor. Aktor ini memilih jawaban yang salah dengan yakin. Namun, si orang yang menjadi sampel ini masih dapat memilih dengan yakin.

3. Dia ditemani oleh 2 orang yang juga aktor. Dia mulai ragu atas jawabannya.

4. Kemudian saat satu orang ditemani tujuh orang aktor, dia benar-benar mengikuti jawaban yang diberikan ketujuh orang tersebut. Padahal objeknya sudah sangat jelas salah, namun satu orang itu memilihnya dengan yakin sebagaimana ketujuh aktor yang ada.

Berdasarkan penelitian tersebut, manusia sebenarnya sangat terpengaruh oleh lingkungannya. Dia akan mengabaikan kebenaran pribadinya dan memilih mengikuti kebenaran kelompok. Hal tersebut tidak aneh karena memang seperti itulah manusia.

Kita manusia juga selalu ingin menjadi outstanding di lingkungan kita. Kita ingin jadi yang terbaik daripada yang lainnya. Misalkan kita bermain sepak bola sebagai penyerang, kita kan memiliki keinginan untuk dapat mencetak gol paling banyak di pertandingan. Jika kita berada di komunitas lari, kita ingin jadi yang tercepat dari yang lainnya. Jika kita berada di lingkungan penulis, kit pasti juga ingin menjadi penulis paling produktif di antara yang lainnya.

Jadi, pada dasarnya manusia tidak ingin menjadi sosok yang berbeda dari lingkungannya. Kita hanya ingin menjadi yang terbaik di lingkungan kita. Sehingga jika kita memang berbeda dengan lingkungan kita, maka kita akan keluar dari lingkungan tersebut dan memilih lingkungan yang lebih sesuai dengan kita.

Manusia akan memilih kelompok yang kebiasaannya adalah keinginan kita, dan kita akan memilih kelompok yang kebiasaannya sesuai dengan kita.

--

--