Titik Tengah Beragama dan Bernegara

Salwa Nurmedina Prasanti
Komunitas Blogger M
4 min readSep 7, 2023
Photo by Rifki Kurniawan on Unsplash

“Bagaimana caranya menjadi pemeluk agama yang taat dan penduduk negara yang berdaulat? Apa titik tengah dari beragama dan bernegara?”

Pertanyaan di atas kerap mengganggu pikiran saya. Sebagai seorang muslimah, saya sering bertanya-tanya apakah bisa saya melakukan keduanya dengan baik? Namun, setelah mendengar berbagai macam kajian dan membaca beberapa buku perkuliahan, akhirnya saya menemukan jawabannya. Kabar gembira bahwa ajaran Islam dan ideologi Pancasila itu selaras. Jadi, kita sangat bisa untuk menemukan titik tengah tersebut. Mari kita kupas hal yang paling mendasar, yakni dasar negara kita, Pancasila.

  1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Ini merupakan poin pertama keselarasan antara ajaran Islam dan ideologi Pancasila. Seluruh rakyat Indonesia meyakini adanya Tuhan. Setiap individu harus memiliki keyakinan atau dalam artian memeluk agama. Indonesia sangat memerangi komunisme dan ateisme sebab hal tersebut sangat bertolak belakang dengan ideologi Pancasila. Sama seperti Islam yang mengajarkan para pemeluknya untuk bertauhid atau berkeyakinan bahwa Tuhan itu satu, Allah Swt.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

Pada pidato perpisahannya (khutbatu-l-wada’), Rasulullah saw. menyampaikan bahwa semua manusia adalah sama berasal dari bapak yang sama, yakni Nabi Adam a.s. Selain itu, juga diterangkan bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah ialah yang paling bertakwa. Orang Arab tidak memiliki derajat yang lebih tinggi dari orang non Arab yang artinya semua manusia itu sama, apa pun suku, ras, dan etnisnya.

3. Persatuan Indonesia

Rasulullah saw. adalah tokoh yang dapat menyatukan tanah Arab di bawah naungan Islam. Titik awalnya adalah ketika Nabi berhijrah ke Madinah dan menyatukan kaum Muhajirin dan Anshar. Selain mempersatukn bangsa, membela negara juga merupakan sebagian dari iman, negara kita, Indonesia, memiliki ideologi yang sejalan dengan ajaran Islam.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan

Sebelum Makkah dapat ditaklukkan umat Muslim (Fathu Makkah), terdapat kesepakatan yang dilakukan antara kaum Muslimin dengan kafir Quraisy. Kesepakatan ini dinamakan Perjanjian Hudaibiyah. Sebelum perjanjian ini disepakati, tentu ada musyawarah antara kedua belah pihak terlebih dahulu. Hal ini sudah dicantumkan Rasulullah dan kita sebagai umatnya harus meneladaninya.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dalam mendirikan pemerintahan, Rasulullah memiliki beberapa maksud, yakni memelihara keamanan dan ketenteraman umum, serta melindungi keselamatan rakyat dalam lingkungan pemerintahan, jiwanya, serta harta bendanya. Tentu hal yang menjadi pokok dari semua itu adalah keadilan. Seperti yang tercantum dalam surah Al-Maidah ayat 8 yang artinya, “Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa…”

Syahdan, saya ingin membahas lebih pada istilah Moderasi Beragama.

Apa itu moderasi beragama?

Moderasi merupakan jalan tengah. Orang yang bermoderasi dinamakan moderat. Bermoderasi dalam beragama berarti menyusuri jalan tengah dalam beragama, atau dalam kata lain yaitu toleransi.

Apa yang dimaksud dengan toleransi?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, toleran adalah bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb) yang berbeda atau bertentangan dng pendirian sendiri. Toleransi adalah sifat atau sikap toleran.

Negeri Bhineka Tunggal Ika yang sedang kita pijak ini merupakan negara yang bermasyarakat pluralistis. Di dalam satu negara, terdapat banyak agama, ras, suku, dan sebagainya. Namun, bagaimana bisa negara ini bersatu di tengah perbedaan? Jawabannya adalah rasa tolerasi yang tinggi antar individu.

Bukti nyatanya adalah Masjid Istiqlal yang terletak tepat di depan sebuah Katredal. Sama-sama beribadah menyembah Tuhan Yang Maha Esa tanpa menyalahkan satu sama lain. Pada hakikatnya, Indonesia adalah negara dengan tingkat toleransi tinggi. Jika ditemukan ada yang berselisih mengenai SARA, mungkin mereka lupa hakikat Indonesia.

Moderasi beragama bisa direalisasikan jika setiap orang saling tenggang-menenggang, bukan tegang-menegang. Sikap ini memegang bagian penting dalam terciptanya kedamaian di suatu negara yang bersifat majemuk, seperti Indonesia.

Tanah air kita ini bukan negara agama, tapi negara beragama. Indonesia bukan milik siapa-siapa, tapi tanah surga ini milik kita bersama.

Islam mengajarkan para pemeluk-pemeluknya untuk selalu bertolerasi.

Ketika berhasil menaklukkan sebuah negeri saja, Rasulullah saw. tidak pernah memaksa penduduk asli daerah tersebut untuk memeluk agama Islam. Beliau tidak membantai atau pun menyiksa mereka, tetapi beliau malah menjaga dan membiarkan mereka tetap tinggal di sana. Tentu saja dengan syarat membayar jizyah atau pajak. Hal tersebut juga merupakan bagian dari dakwah dan memeberitahukan secara tidak langsung pada mereka bahwa Islam merupakan agama pembawa kedamaian.

Sebegitu pentingnya toleransi dan moderasi beragama, tapi di sisi lain, kita juga harus mengetahui batas-batasnya. Bahkan, Allah berfirman di Surah Al-Kaafiruun tentang batas sikap toleransi Rasulullah terhadap kaum kafir Quraisy.

قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ ࣖ

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Kamu juga bukan penyembah apa yang aku sembah. Aku juga tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu dan untukku agamaku.”

Poin pentingnya terletak pada ayat terakhir yang artinya, “Untukmu agamamu dan untukku agamaku.” Ayat tersebut menjelaskan bahwa dua ajaran yang berbeda boleh saja, namun jangan sampai terjadi percampuran antara keduanya, apalagi hingga membentuk ajaran baru.

Demikian pembahasan mengenai sikap toleransi dan moderasi beragama. Semoga kita sebagai masyarakat Indonesia dapat teguh menjaga kedamaian di tengah perbedaan. Untuk para muslim yang tinggal di Indonesia, semoga kita dapat memegang teguh ajaran Islam dan tetap menghargai perbedaan tanpa mencampurkan semuanya.

--

--

Salwa Nurmedina Prasanti
Komunitas Blogger M

IR student of Airlangga University || Politic and international affairs enthusiast