5 Kebiasaan Makan di Jakarta Yang Bikin Kantong Merana Sebelum Waktunya
Jakarta adalah salah kota di Indonesia yang biaya hidupnya terbilang tinggi. Di kota metropolitan ini, biaya hidup bisa beberapa kali lipat lebih mahal dibandingkan daerah lainnya. Mulai dari biaya kos, transportasi, hingga pendidikan semuanya mahal. Maka dari itu tidak mengherankan kalau tiap orang di Jakarta harus pintar mengatur uang agar gajinya cukup.
Namun ternyata selain kos, transportasi, dan pendidikan sumber pengeluaran terbesar berasal dari uang makan. Kamu harus cerdas mengatur budget makan supaya tidak menganggu sirkulasi keuangan. Tapi sayangnya menurut pengamatan Kulina, ada beberapa kebiasaan makan di Jakarta yang bikin boros. Apa saja itu?
Makan di cafe atau restoran tanpa menghitung pajak
Bagi kamu yang punya hobi menyantap makanan enak biasanya akan datang ke resto untuk berburu kuliner kesukaan. Asyiknya nih di Jakarta ada banyak restoran enak yang menawarkan aneka makanan. Mulai dari makanan internasional hingga lokal semuanya tersedia. Kamu dapat memilih sesuai dengan selera. Namun sayangnya, untuk bisa menikmati makanan enak di restoran kamu harus merogoh kocek cukup dalam.
Selain harga makanannya sendiri, pembeli juga harus membayar pajak restoran. Peraturan mengenai pajak ini tidak ditetapkan secara sembarangan lho. Berdasarkan UU no 28 tahun 2009, aturan pajak di restoran atau cafe adalah sebesar 10%. Pajak lainnya yang juga dikenakan kepada pembeli adalah pajak jasa (service) sebesar 5% di mana hal ini berlaku untuk jenis usaha seperti cafe, hotel, restoran.
Nah biasanya saat membeli makanan di restoran, kita sering lupa menghitung pajak yang harus dibayar tersebut. Kamu mungkin hanya menghitung harga makanannya saja. Akibatnya budget makanmu yang misalnya hanya Rp.50.000, harus dilebihkan karena adanya pajak restoran.
Ongkos transportasi untuk membeli makanan
Apabila kamu terbiasa membawa masakan rumah ke kantor atau kampus, mungkin poin yang satu ini tidak perlu dipikirkan. Pasalnya hanya dengan membuka kotak bekal, kamu dapat langsung menikmati makanan enak. Hal berbeda tentu berlaku jika kamu tidak membawa bekal atau kantor tidak menyediakan makan siang. Kamu harus mengeluarkan uang ekstra untuk makan siang dan ongkos membelinya. Sebagaimana dilansir dari laman CNN Indonesia, menurut Ahok yang sekarang ini menjabat sebagai Gubernur Jakarta tiga pos pengeluaran terbesar tinggal di kota ini adalah rumah, makan, dan juga transportasi. Jadi apabila kamu harus mengalokasikan uang untuk membeli makan di tambah dengan transportasinya, sudah pasti itu akan memperbesar biaya hidup.
Tip untuk pengantar atau pelayan
Sumber pengeluaran lainnya yang bikin biaya makan di Jakarta jadi boros adalah tip untuk pelayan atau pengantar makanan. Meskipun sifatnya tidak wajib, namun rasanya memberi tip sudah jadi kebiasaan. Jumlah tip yang diberikan bisa jadi kecil, tapi kalau memberinya sering akhirnya besar juga kan? Tanpa sadar sumber pengeluaran yang nominalnya kecil ini bisa membuat biayamu melebihi dari budget yang telah ditetapkan.
Biaya parkir bagi yang pakai kendaraan pribadi
Kamu juga harus menghitung dengan cermat biaya parkir saat pergi makan di luar. Alasannya biaya parkir di Jakarta terbilang cukup mahal. Sebagaimana dilansir dari laman Kompas.com, tingginya tarif parkir memang disengaja oleh pemerintah agar pengendara kendaraan pribadi memilih naik transportasi umum. Mahalnya biaya parkir juga makin terasa saat kamu makan di restoran atau mall yang uang parkirnya dihitung per jam. Wah jika tidak jeli, bisa jadi anggaran bulananmu jebol. Untuk itu kalau memang sedang ingin mencari makanan enak keluar, jangan lupa hitung uang parkirnya ya!
Kejelianmu dalam mengatur uang di Jakarta sangat diperlukan jika tak ingin hidup kekurangan. Kamu harus dapat melihat kira-kira pos pengeluaran apa sih yang bisa menyedot banyak uang. Semoga artikel mengenai kebiasaan makan di Jakarta yang bikin boros dari Kulina bisa membantumu ya.
Sumber :
hukumpedia.com
cnnindonesia.com
megapolitan.kompas.com