An online thrift store owner that wishes eternal liberation of expression through clothes.

Adinda Mauradiva
Kultur Ekstensif
Published in
4 min readJul 24, 2021

Dalam edisi Bizgaze kali ini, Adel bercerita tentang online thrift store yang dimilikinya, Fatal Romance, sebuah ‘kultus yang memuat gaun-gaun dari lemari Poison Ivy’.

Menjejakkan kaki di dunia thrift store

Koleksi yang diluncurkan @fatalromance dalam Serie 3: Freaks Like Me.

Adel telah memahami segala hal tentang thrift store sejak SMP, waktu ia thrifting di dekat Tugu Pahlawan, Surabaya. Pada tahun 2017–2018, Adel memperhatikan jumlah online thrifting store yang melonjak dan memiliki konsep yang mendukung untuk menjual pakaian secondhand. Mulai dari style, aesthetics, hingga defect repairs — Adel jadi tahu kalau semua itu disebut dengan ‘curation’, yaitu proses yang umum dalam thrift store untuk membuat pakaian secondhand menjadi ‘baru’.

Selama pandemi, Adel semakin sering thrifting secara online, menjadi bagian dari komunitasnya, dan mengetahui kebiasaan, pola, dll. yang dimiliki oleh kebanyakan thrift store. Membuka thrift store secara offline adalah salah satu keinginan Adel sejak lama, tetapi ia merasa tidak memiliki waktu untuk itu. Lalu, setelah salah satu temannya membuka thrift shop yang cukup sukses, Adel menjadi tergerak untuk mendirikan online thrift store-nya, Fatal Romance.

“I feel like someone’s living my dream and it’s not impossible.”

Fatal Romance: Dari ‘bayi’ hingga kini

Koleksi yang diluncurkan @fatalromance dalam Serie 7: Saturday Night with Noona.

Bagi Adel, thrift store adalah banyak hal. Membuat passion-nya menjadi kenyataan, mendapatkan teman baru dari interaksi dengan followers. Tidak mudah bagi online thrift store untuk sukses dalam semalam, tetapi Adel telah membekali dirinya dengan pengetahuan yang didapatkan dari berkecimpung di dunia thrift store. Ia paham betul elemen yang penting bagi kesuksesan thrift store: konsep yang kuat, jadwal upload yang konsisten, dan aesthetic mannerisms, untuk menyebutkan beberapa.

Itulah yang dilakukan oleh Adel. Lahir hanya dengan 60 followers pada Februari 2021, kini Fatal Romance telah menggaet lebih dari 2,500 followers. Hal ini dapat terjadi berkat strategi marketing Adel, di antaranya menjual pakaian dengan konsep yang unik, melakukan PFP (promote for promote) dengan thrift store yang memiliki aesthetic serupa dengan Fatal Romance, dan berinteraksi dengan Fatal Darlings — followers Fatal Romance — untuk menaikkan engagement dan algoritma Instagram.

“Instinctively, I try my very best to fill in and build my own point of difference than all of the other thrift stores.”

Elemen utama Fatal Romance

Koleksi yang diluncurkan oleh @fatalromance dalam Serie 4: The Nymphs Lair.

Bahan menjadi indikator bagi Adel untuk menentukan apakah suatu pakaian thrift itu bagus atau tidak. Ia menyukai bahan yang ‘passing through time’, atau melintasi dimensi ruang dan waktu. Tak jarang, pakaian vintage di thrift store dijual dengan harga yang lebih tinggi karena kualitasnya yang tinggi juga. Adel pun berhasil mendapatkan pakaian impor dan vintage dari penyuplai seluruh Indonesia dengan shipping 10kg menggunakan cargo.

Pakaian-pakaian vintage itu termasuk ke dalam series Fatal Romance, yang biasanya dikategorikan dan diunggah bergantian antara karakteristik light (cottagecore, princesscore), dan dark (witchcore, goth, grunge). Dalam menentukan sebuah series, Adel akan mentransformasi stok pakaian yang ada ke dalam satu tema, kemudian mengunggahnya di Instagram dan e-commerce. Kebanyakan dari pakaian tersebut adalah gaun, yang tidak hanya di-laundry oleh Adel setelah dibeli, tetapi beberapa di antaranya juga membutuhkan perbaikan (defect repair), mulai dari lubang, noda kuning, dan defect lainnya.

“What’s next? I think, keep being better and so much more than just a ‘shop’.”

Adel dan salah satu manekin @fatalromance.

Adel tetap ingin mengembangkan Fatal Romance sebagai side hustle, karena kecintaannya terhadap pakaian feminin dituang ke dalam thrifting dan tokonya ini. Menanggapi isu gentrifikasi thrifting yang kerap kali muncul ke permukaan, Adel percaya bahwa ia bukan merupakan bagian dari pelaku tersebut. Sebab, gaun membutuhkan modal dan biaya perawatan khusus yang cukup tinggi.

Dalam sebuah kasus, pakaian-pakaian secondhand yang dikenakan harga selangit, seperti tanktop seharga Rp200.000 (terlepas dari konteks lain seperti merek atau kelangkaan), Adel mengklaim bahwa dengan harga itu, di Fatal Romance kamu bisa mendapatkan satu gaun impor yang sudah tidak diproduksi lagi — mungkin, gaun itu pernah menjadi bagian hidup dari orang lain, atau bersejarah pada masanya — yang tentunya dipatok jauh dari harga retail dan harga yang terpasang di situs lelang internasional.

Melalui Fatal Romance, ia berharap agar gaun-gaun cantik ini dapat menemukan ‘rumah’ baru serta dipakai lagi, lagi, dan lagi oleh Fatal Darlings.*

Cari gaun yang memancarkan auramu di Instagram @fatalromance.

--

--