BIZGAZE : A Breakthrough by Sun Eater

laksmono
Kultur Ekstensif
Published in
5 min readDec 29, 2021
Photo by Melina Anggraini — Press

Behind all the spotlight of FEAST, Hindia and the other talents, there is Sun Eater that beams out light all over the stage. Taking the stairs up into where they are right now was a long journey. Swooping into the music industry as a primal contender, Sun Eater offers a bearable move which is undoubtedly fit with the crowd. Thanks to Mr. Kukuh on behalf of Sun Eater for passing on some new insights and words.

Have some minutes to check out the whole conversation below, and find out the words that may pump you up.

Ceritain dong bagaimana awal mulanya terbentuk Sun Eater ?

SUNEATER awalnya dibentuk oleh Baskara Putra, Ray Mahendra dan Michael Aldo, awalnya mereka bertiga membentuk suatu creative studio yang banyak membantu aspek visual dari temen-temen musisi lain. Salah satunya yang pernah dikerjakan adalah cover albumnya Barasuara lalu, Gerald Situmorang dan ada beberapa nama-nama lain. Lalu, pada sekitar akhir tahun 2018 akhir, gue punya sebuah plan mengenai industri musik. Jadi waktu itu gua punta cita-cita untuk membuat suatu label, tapi karena latar belakang gue design jadi gue ngebedah dulu secara industri, apa sih yang bisa gua tawarkan sebagai sebuah entity baru. Nah dari situ, akhirnya gua punya bayangan untuk membuat suatu project atau plan, yaiutu sebuah IP development berbasis musik. Dan hal itu yang gue bicarakan bareng temen-temen Sun Eater dan akhirnya di Maret 2019, kita sepakat untuk mengerjakan Sun Eater.

Menurut Sun Eater, skena music lokal saat ini seperti apa ?

Kalo boleh dibilang, 5 tahun terakhir sebelum pandemi, itu adalah masa-masa dimana kita disuguhi oleh begitu banyak talent-talent dengan berbagai macam genre, mulai dari folk, pop, african beat, rock hingga berbagai generasi juga. Jadi industri musik Indonesia sangat tidak kekurangan talent dan suguhan penampilan. Tetapi memang ada beberapa aspek yang masih terusik, belum banyak orang yang terfokus pada royalty. Itu yang menjadi PR untuk kedepannya.

Butuh berapa lama untuk Sun Eater benar-benar established ?

Sun Eater biasanya kita punya target tahunan, dari tahun pertama, kedua, hingga sampai lima sepulta tahun kedepan haras seperti apa. Karena basically kita awalnya seperti start up, secara pola pikir, jadi salah satu pivotal moment di Sun Eater adalah berhasil bootstrap di bulan kesepuluh. Dimana pada bulan tersebut, revenue yang kita terima lebih banyak daripada pengeluaran pada bulan itu.

Photo by Melina Anggraini — Press

Apa strategi awal yang dilakukan Sun Eater untuk memasarkan jasa/bisnisnya?

Strateginya banyak mengandalkan social media dan kekuatan dari story. Itu kenapa salah satu keahlian kita “telling story” that matters, dimana kita biasanya cari dulu premise ceritanya seperti apa baru kita turunkan menjadi marketing dan activation yang seperti apa. Dan, karena kita masih kekurangan modal, kita sangat jarang melakukan media placement atau media buying. Yang biasa kita lakukan adalah, mengandalkan potensi dari social media itu sendiri.

Apa yang memotivasi Sun Eater untuk melakukan bisnis yang bergerak di bidang record label ?

Basically, seperti yang gue jelaskan di awal, Sun Eater itu tidak hanya sekedar record label. Kita adalah IP development berbasis musik, jadi secara revenue kita nggak hanya record label doing tapi ada beberapa revenue lain yang kita lakukan. Jadi pertanyaan yang bisa gue jawab, berdasarkan insight dan riset yang gue lakukan di awal, kita di Sun Eater berpendapat bahwa, kita sekarang hidup tidak hanya lagi di Industri musik tapi industri content. Kebetulan produk utama kita musik.

Apa yang bisa membuat Sun Eater beda dari yang lain ?

Jelas berbeda, karena yang lain itu seperti apa. Misalnya, kalau dalam konteks record label, Sun Eater jelas berbeda. Karena secara bisnis model, kita bukan hanya sekedar record label. Tapi kita berbentuk IP development, jadi totally different dibandingkan record label yang lain.

Ada berapa jumlah tim di Sun Eater ?

Ini kalau menghitung dari employe dan all artist, kira-kira sekitar 35 sampai 40 orang.

Bagaimana kalian maintain teamwork didalam Sun Eater?

Yang pertama, kita percaya dulu mimpi barengnya sih. Jadi yang awalnya mimpi perorangan jadi mimpi bersama. Berikutnya adalah kita bentuk company culture selayaknya perusahaan pada umumnya. Jadi kita bentuk sub-worknya, direct reportnya siapa, how to measure KPI. Object key resultnya seperti apa. Terus system reward-nya superti apa. Nah hal-hal seperti itu yang kita lakukan untuk menjaga, kesolidan dari team internal kita.

Photo by Melina Anggraini — Press

Apa tantangan yang seringkali dihadapi Sun Eater dan bagaimana cara menghadapi nya ?

Tantangannya adalah, mungkin yang dilakukan Sun Eater menjadi sesuatu yang breakthrough di industri musik. Jadi yang sering dihadapi adalah, mungkin orang yang tidak percaya dan mencibir, meremehkan. Succes story nya adalah kita susah untuk cari, karena itu akan menjadi benchmark untuk kedepannya seperti apa. Hal-hal semacam itu sih yang kita learning by doing tau kita melihat industri lain sebagai benchmark nya. Misalnya industri game dan industri IP yang kita banyak belajar dan implementasikan.

Apa achievement terbesar Sun Eater ? boleh diceritakan ?

Sejauh ini banyak sih. Kalo achievement terbesar, salah satunya mungkin gue cukup happy dengen team. Yang tadinya mungkin Hanya sedikit yang memahami visi dan misi dari Sun Eater. Sekarang mungkin nggak 100 % paham, at least the whole team percaya sama mimpinya dan tau apa yang harus dilakukan untuk achieve mimpi tersebut.

Bagaimana cara Sun Eater untuk selalu/tetap produktif ?

Kalo jawabannya jujurnya, tetap balik lagi ke ekspansi bisnisnya. Karena mimpi kita adalah ingin menjadi label Indonesia yang go international. Lalu kita bisa menjadi start up unicorn pertama dari Industri musik di Indonesia. Jadi mimpi-mimpi itu yang membuat kita untuk tetap produktif.

Apa Harapan Sun Eater untuk keberlangsungan industri musik ?

Yang jelas jadi lebih baik. Banyak hal yang masih bisa dibenahi. Salah satunya adalah hal-hal mengenai royalty. Karena itu adalah hak-hak dari musisi.

Project apa yang akan dilakukan Sun Eater dalam waktu dekat ?

Ada beberapa yang sedang dilakukan. Salah satunya adalah, kita bikin kompilasi berjudul “Sounds Cute Might Delete Later”. Itu juga engajam temen-temen terdekat Sun Eater itu sendiri. Lalu kita bikin semacam virtual concert alhier tahun juga, berjudul “Sing Sang Sung” yang akan tayang di bulan December juga. Kedepannya kita juga akan ada beberapa multi label yang ada di Jakarta dan label metaverse. Ada banyak sih, nantikan aja apa yang akan dilakukan Sun Eater kedepannya.

Photo by Melina Anggraini — Press

Kira2 hal apa yang merepresentasikan Sun Eater bagi sun eater team? (Boleh di ibaratkan seperti objek)

Mungkin pada awalnya kita menganalogikan logo Sun Eater sebagai gerhana. Kita distrup sesuatu yang sudah establish. Itu sih, semacam gerhana kali ya.

Apa harapan Sun Eater untuk kedepannya?

Harapannya, segala sesuatu menjadi lebih baik. Apalagi setelah pandemi, smeul orang cukup sehat. Team juga tidak kekurangan segala sesuatunya. Dan juga, target-target Sun Eater bisa dicapai.

Follow Kultur Ekstensif

Instagram | Spotify

--

--