Ican Harem : Real Artist Struggle

laksmono
Kultur Ekstensif
Published in
5 min readDec 8, 2021
Image by Ican Harem — Instagram

Again, lucky us for having some talks with one of the “stone-cold” artist, Ican Harem. Big thanks for Mr. Ican Harem for letting us hear some of his hilarious yet inspiring stories. The milestones and the struggle of his road might be the inspiring words for us all. We totally have a great time and giggle through out the talks. Pump out folks, for Ican Harem.

Have some minutes to check out the whole conversation below, and find out the words that may pump you up.

Pertama, boleh dong bang Ican kasih kita sedikit perkenalan tentang seorang Ican Harem?

“Apa ya aku juga bingung mau perkenalan gimana. Ya nama aku Ican, aku asli Aceh, anak pesantren. Profesi utama aku ya seniman, seperti yang udah kamu tau. Sekarang aku tingal di Bali. Udah lumayan lama juga, sebagaimana aku menitih karir professional aku sebagai seniman di Bali.”

Bang nama “Harem” tuh dari mana sih?

“Itu udah dari jaman-jaman masih muda, haha, jaman kuliah kali ya. Harem itu dari nama satu unit musik, namanya “Butcher Harem”. Karena anak-anak tuh tau aku suka band itu, dan aku emang udah aneh dari dulu, yaudah pas aja. Harem banget nih. Dan akhirnya jadi kayak stage name aja, Ican Harem gitu.”

Bang boleh ceritain dong bagaimana perjalanan karir Ican Harem. What’s bring you here?

“Ya singkatnya, aku asli aceh pindah ke Jogja untuk kuliah design selama 8 tahun. Memutuskan untuk pindah ke Bali, memulai karir sebagai seniman sungguhan dan sampai sekarang.”

“Sebenernya nggak niatan buat beneran stay di Bali. Jadi habis kuliah tuh temen nawarin buat kerja di Australi, jadi floorman gitu lah, ini seriusan. Karena ngurus imagrasi visa dan lain-lain tuh ke Bali, yaudah kesana tuh. Eh taunya, ada beberapa masalah, paperworknya ngadat, nggak jadi berangkat deh.

Image by Hypebeast — hypebeast.com

Quick question bang, kalo untuk berkarir lebih milih di Jogja atau Bali?

“Ini dilihat dari segi apa dulu? Kalau ngomongin soal atmosphere jelas beda dong. Di Jogja lebih kompetitif, serunya disana kesenian tuh bergeliat. Semua pada berlomba-lomba untuk bikin suatu inovasi, ya kita saling ingin menunjukan siapa yang lebih inovatif gitu. Kalo di Bali, karena industrinya udah terbentuk, tourism dan lain-lain, secara ekonomi lebih stabil di Bali. Cuman gini, di Jogja itu tempat yang oke buat feeding knowledge, tapi memang unduk aplikasi nya memang lebih mudah di Bali karena udah terbentuk industrinya.

Menurut Bang Ican, karya yang bagus tuh yang gimana sih?

“Semua karya tuh bagus, bergantung kamu ngerasa itu bagus apa nggak. Cuma kalo aku pribadi, karya yang oke itu karya yang provokatif, yang bisa ngeprovoke orang. Ada pesan di dalam karya itu”.

Mulai kapan sih bang terjun ke industry fashion ini?

“Kalo secara profesional terjun ke industry fahion, belum terlalu lama juga, beberapa tahun kebelakang. Cuma dari 2013 tuh udah mulai lah coba-coba ngebredelin baju, buat sesuatu. Ya pertama untuk aku pake sendiri, dipake waktu manggung gitu lah. Terus mulai serius ketika ketemu istri aku, diajarin tuh, deconstruct fashion, begitu.”

Image by Ican Harem — Instagram

Kalo ditarik dari milestones yang udah Bang Ican jalani, mana yang lebih dulu bang, music atau fashion?

“Kalo fashion tuh, awal karena ngerjain project buat band-band gitu, jacket dan segala macem. Sebenernya kalo ditarik mundur, aku mulai dari music dulu, punk lah. Kalo kamu tanya kenapa dari musik ke fashion, ya karena dari fashion itu ada politic identity yang tercermin dari setiap orang. Misal nih aku pake kaos metal, ya itu yang menandakan kamu suka metal. Fashion itu hal termudah untuk menunjukan politik identitas kamu. Jadi triggernya musik dulu.”

Melanjutkan dari jawaban bang Ican, menurut bang Ican fashion statement itu apa sih bang?

“Simplenya, fashion itu lebih dari sekedar yang kamu pake. Sesuatu yang merepresentasikan dirimu dan pandanganmu terhadap sesuatu di sekitar. Bisa di bilang baju yang kamu pake ada nilai politik yang harus disampaikan.

Kalo aku pribadi bilang bang Ican itu full of “eccentric twist”, hal apa sih bang yang jadi suatu trademark karya bang Ican?

“Mungkin karna aku suka hal-hal yang sedikit obscure, and just be authentic aja. Untuk jadi seorang professional artist, kamu harus mewujudkan apa yang emang mau kamu sampaikan, no matter what. That’s why “real artist struggle. Dan seperti yang aku bilang, provoke itu hal yang penting dalam suatu karya, message yang ingin kamu sampaikan.”

Soal work ethic nih bang, bagaimana process kreatif bang Ican sendiri?

“Kalo work ethic ya sama aja sih seperti pekerja pada umumnya. Start jam 9 pagi selesai jam 5 sore. Karena gini, kalo kamu udah pada taraf professional, udah jadi primer job mu, semua harus tertata. Bukan berarti seniman bisa sembarangan, kerja semaunya, nggak gitu juga. Jika itu udah melibatkan orang banyak, collective dan misal suatu organisasi, ya harus menjaga profesionalitasmu.

Image by Vice — vice.com

Untuk tetap konsisten dalam berkarya, apa sih yang bang Ican lakukan?

“Ya itu udah tanggung jawab sih, kamu memilih jadi seniman ya itu yang harus dikerjakan. Soal konsistensi, aku kira inspirasi tuh nggak ada habisnya ya. Setiap manusia itu seniman. Kamu bisa tiba-tiba dapat mood dan inspirarsi buat berkarya. nggak ada hal khusus yang benar-benar harus dilakukan, just do it aja.”

Terakhir nih bang, mungkin ada satu dua hal yang ingin disampaikan untuk mereka yang baru memulai karir sebagai artist.

“Ya spread the positivity aja. Apapun itu tetap positif lah melihat segala sesuatu. Dan setiap hari kita bangun tidur pasti selalu ada hal positif yang bisa kamu ambil untuk berkarya. Buat aku, keluargaku yang menjadi spirit atau semangat untuk terus berkarya. Juga, jangan takut aja sih, just be you.”

Follow Kultur Ekstensif

Instagram | Spotify

--

--