Membangun Kebiasaan

Pengalaman saya berdasarkan buku Atomic Habit by James Clear

Fahmi Salman
Simply Life
3 min readJul 8, 2023

--

Photo by ABDULLA M on Unsplash

Ketika kita berbicara tentang membuat kebiasaan baru tentulah bukan hal yang mudah, apalagi jika kita tidak terbiasa untuk melakukan hal itu sebelumnya. Misalnya, jika kita terbiasa bangun siang, tentu akan sulit untuk membiasakan bangun pagi, apalagi jika tidak ada dorongan atau paksaan yang membuat kita harus melakukannya.

Hal itu jugalah yang saya rasakan ketika akan memulai suatu kebiasaan baru. Singkat cerita, setelah lulus kuliah dan mulai bekerja saya merasa tidak sebugar dulu, seringkali merasa badan pegal-pegal dan cepat lelah.

Dari sana saya memutuskan untuk mulai berolahraga secara rutin dengan menonton beberapa video Home Workout dari Youtube. Mengapa Youtube? karena saat itu sedang dalam masa pandemi Covid-19 sehingga tidak bisa leluasa keluar rumah dan saya bukan orang yang senang berada di luar rumah. Hari-hari berjalan dan tentu saja setelah 1–2 hari saya berhenti. Bertekad lagi, lalu berhenti lagi. Pada akhirnya saya menyerah.

Lalu, saya coba membaca buku Atomic Habit dan coba mempraktekan yang saya rasa cocok untuk yang akan saya lakukan. Dan poin-poin inilah yang saya rasakan cocok untuk saya.

Mulai dari hal kecil

Big changes start with small steps. Kesalahan yang mungkin saya lakukan di awal adalah karena memulai terlalu sulit. Video workout yang saya tonton rata-rata berdurasi 15–30 menit dan biasanya sebelum 10 menit saya sudah berhenti karena kecapekan.

Jangan juga memulai terlalu mudah, karena memulai terlalu mudah akan membuat kita cepat bosan dan most people quit because of boredom, not give up.

Jika kita sudah menemukan baseline untuk diri kita, tingkatkanlah secara bertahap, misalnya jika di minggu pertama kita hanya bisa berolahraga selama 5 menit, di minggu berikutnya kita tambah menjadi 7 menit sampai kita mencapai target waktu yang diinginkan.

Sebagai contoh, saya memilih melakukan push-up sebanyak yang saya bisa dan akan terus men-challenge diri sendiri untuk menambah repetisi setiap minggunya.

Fokus pada proses

Banyak orang menyerah karena hasil yang mereka harapkan tidak kunjung didapat. Sejujurnya, saya pun tidak menyadari proses perubahan pada tubuh saya sampai istri saya mengatakan postur tubuh saya jauh berubah dari sebelumnya. Dan itu terjadi setahun setelah saya memulai kebiasaan push-up saya.

Seringkali kita hanya berfokus pada hasil yang kita dapat. Seorang pelari marathon tidak bisa menempuh jarak 10K tanpa 1K pertama. Jangan bandingkan diri kita dengan orang lain, kita tidak tahu apakah orang lain sudah berupaya jauh lebih lama dari yang kita duga.

Ingatlah bahwa tujuan kita sebenarnya adalah untuk membentuk kebiasaan. Anggaplah hasil yang didapat adalah sebuah bonus. Teruslah mengulangnya sampai tubuh kita terbiasa tanpa harus dipaksa.

Buat jadwal yang jelas

Salah satu cara agar membuat kebiasaan yang konsisten adalah dengan membuat jadwal yang jelas, karena dengan begitu kita bisa melatih otak kita untuk terbiasa melakukan kebiasaan tersebut di waktu tersebut.

Kita juga bica membuat trigger agar kita “terpaksa” melakukan kegiatan tersebut. Misalnya, dengan alarm, memaksa duduk di meja kerja, menggelar yoga mat, dsb.

Disampaikan juga contoh dalam buku Atomic Habit, cara agar kita bisa terbiasa berolahraga di gym adalah dengan membuat kita berangkat ke gym, entah itu berjalan atau naik taksi. Kalau kita sudah di gym mau tidak mau kita harus berolahraga.

Journaling

Yang terakhir, buatlah jurnal untuk mencatat pencapaian kita. Bisa juga sebagai pengingat kenapa kita memulai kebiasaan ini jika suatu saat kita merasa lelah.

Begitulah cara saya membangun kebiasaan. Jika kamu mempunyai cara lain yang berbeda sari saya dan juga ingin berbagi, silahkan tulis di kolom komentar.

Jika kamu merasa postingan ini menarik dan ingin memberikan dukungan, kamu bisa masuk ke Saweria atau Buy Me a Coffee.

--

--