HUMBLE EXPLORER : Sensing Journey

Auladzin Lazuardi Imani
Labtek Indie
Published in
3 min readApr 29, 2024

Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati ijinkan kami memamerkan beberapa kegiatan dan proses eksplorasi bersama komunitas Knods. Jangan sungkan untuk terhanyut dalam konten baik tulisan dan non tulisan didalamnya, karena senyum tipis saat membaca mulai jarang terlihat belakangan ini. Sebagai penjelajah kemungkinan baru dan garda terdepan yang memangkas rasa penasaran yang sebelumnya sering mengganggu tidur, kami ucapkan selamat menikmati.

“Terimakasih karena telah membantu memenuhi ke-be-em-an aku”

Kalimat yang secara tulus disampaikan oleh Jessica Tjoeng atau biasa dipanggil Jejes untuk Knods Playground saat itu. Sejujurnya bagi kami Jessica bukan orang yang sulit untuk bereksplorasi namun sering kali eksplorasinya terbatas dengan dirinya sendiri sebagai peserta.

Semua berasal dari obrolan kami yang secara terbuka mengajak peserta acara training sebelumnya untuk secara bebas menyarankan kegiatan selanjutnya. Antusiasme Jejes rasanya sudah tidak terbendung dan dalam sekejap kami melangkah dari usulan hingga berhasil merundingkan kegiatan dan poster yang akan disebarkan pada instagram Labtek Indie. Kami menamai kegiatan tersebut sebagai Sabtu Trekking, nama yang cukup sederhana dengan harapan mudah dimengerti.

MENJELAJAHI RASA PENASARAN

Seperti halnya perasaan lainnya tentu saja rasa penasaran juga relative berbeda bagi setiap orang. Apa yang ingin dilihat? Bagaimana bisa sesuatu terjadi? Kenapa seseorang melakukan tindakan yang cenderung radikal bagi kita? Pertanyaan tersebut sering terpikirkan namun sulit bagi dewasa ini untuk memberi kesempatan menjawabnya. Tidak perlu banyak usaha untuk bisa menjawabnya, sekedar googling saja seharusnya sudah cukup. Tapi apakah kamu sudah cukup puas dengan jawaban Tersebut? Bagi sebagian orang jawaban yang “nanggung” itu hanya jadi tambalan untuk kembali dengan segunung pertanyaan lainnya. Namun bagi kami pertanyaan-pertanyaan itu adalah titik mula petualangan. Dalam kegiatan yang diusulkan oleh Jejes ini kami jadi menggunakan semua indera untuk benar-benar menikmati pengalaman immersive menjelajahi bantaran Teras Sungai Cikapundung sampai ke The goodlife di Dago Atas.

Sumber : koleksi pribadi Jessica

Menjumpai banyak hal unik membuat kami spontan tersenyum kepada satu sama lain. Momen-momen lucu pun tiba-tiba dapat tercipta dari celetukan sederhana. Kata kunci yang selalu ada di kepala masing-masing dari kami adalah Empati, bukan Simpati apalagi Apati. Kenapa demikian? karena dalam pengalaman kami, mencoba memahami user cara terbaik adalah dengan memposisikan diri sebagai orang lain (user).

Sumber : koleksi pribadi Jessica

Tentu saja detail-detail menarik tidak luput dari kacamata kami. Menarik bagaimana nyatanya inovasi sederhana dengan praktis ditunjukan oleh warga sekitar sungai Cikapundung. Terlihat jelas keterbatasan lahan bukan lagi jadi masalah bagi mereka.

Baik hal praktikal maupun estetik semua lengkap digarap oleh warga bantaran sungai Cikapundung. Dengan perjalanan sekitar 5 km kami akhirnya mendinginkan diri di Curug Dago dan mengistirahatkan kaki di The Goodlife Dago.

Pada Akhirnya Kami Belajar Bahwa Ternyata ______

Setelah kami sampai di The Goodlife kami mencoba berdiskusi dan berefleksi atas fenomena yang kami temukan selama perjalanan. Kami “sensing” bahwa ternyata manusia adalah makhluk yang sangat adaptif. Apapun kondisinya manusia tetap dapat memenuhi kebutuhan melalui yang kami sebut dalam percakapan kami sebagai “Unconditional Design” atau beberapa menamainya “Desain Pragmatis”. Kami sama-sama setuju bahwa ternyata berjalan kaki bersama dengan menikmati sekitar memunculkan sensitivitas yang lebih baik. Harapannya dapat menjadi kebiasaan yang baik untuk tetap sadar dan “considerate” terhadap sekitar.

--

--