Memanfaatkan Data Untuk Kepentingan Politik
Berdasarkan survei Sharing Vision (https://sharingvision.com/) di Indonesia pada tahun 2016, sebanyak 74% dari 35 orang responden mengaku berpotensi mengadopsi big data. Dalam survei tersebut, tidak ada satu pun responden yang meragukan keberhasilan big data dalam menunjang pengambilan keputusan. Namun, sebanyak 48 persen responden mengatakan, kendala utama dalam adopsi big data adalah SDM. Kompetensi yang paling dibutuhkan dalam mengadopsi big data, menurut mereka adalah big data analytic.
Pada wawancara terkait data dan politik, di Radio PR FM Bandung, Andry Alamsyah PhD sebagai Data Scientist dari Labtek Indie mengungkapkan beberapa hal terkait data. PR FM sendiri adalah radio yang konsisten menghadirkan isu isu sosial masyarakat sebagai bahan kajian program.
Kebetulan, beberapa riset big data yang terakhir Andry lakukan di Lab SCBD terkait dengan kondisi politik di Indonesia menjelang pemilu tahun 2019. Lab SCBD adalah Social Computing dan Big Data (analytics), sebuah grup riset yang didirikan Andry dan kawan-kawannya tahun 2012.
Program radio ini dipandu oleh Basith, selain berdiskusi mengenai manfaat data, Ia juga melemparkan beberapa pertanyaan terkait data dan politik. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak hanya berasal darinya namun juga dari pendengar PR FM yang mengirimkan pertanyaannya melalui Twitter atau mengirimkan sms ke PR FM secara langsung.
Big data sebagai pelengkap metode quick count (legacy)
Sebagai data scientist, Andry menuturkan bahwa negara maju adalah negara yang bisa dibilang mampu memanfaatkan data-data yang dimiliki, termasuk big data yang terdapat di internet. Hal ini bertujuan untuk menjalankan proses microtargeting, yaitu profiling demografi, memilih sampai didapat informasi yang terperinci, seperti hobi, afiliasi partai politik, pekerjan, hingga lingkaran pertemanan dan masih banyak lagi.
Secara umum, data-data dapat menunjukkan aktivitas bisnis terutama aktivitas pemasaran dan microtargeting yaitu mengelompokkan pasar agar lebih akurat ke target. Persis seperti kasus Cambridge Analytica dan Facebook, sebagai salah satu contoh usaha microtargeting untuk kepentingan politik.
Perhitungan cepat (quick count) atau dikenal sebagai metode legacy biasanya dilakukan pada pelaksanaan pemilihan umum (terutama di daerah) di Indonesia. Metode legacy adalah sistem lama (warisan) yang masih tetap digunakan hingga kini, walaupun sebenarnya sudah tidak relevan lagi dengan masa kini. Oleh sebab itu, sebagai peneliti Andry juga ingin mengenalkan metode Social Computing (kuantifikasi perilaku sosial) atau Computational Social Science.
Pertanyaan bermunculan dalam diskusi di PR FM saat itu, salah satunya adalah mengenai akurasi metode quick count (perhitungan cepat) dengan menggunakan jumlah sampel terbatas dibandingkan dengan metode social computing. Pertanyaan ini bukan pertanyaan yang bisa dijawab secara sederhana mana yang lebih unggul, karena banyak faktor yang berpengaruh pada metode Big Data, diantaranya yang paling penting adalah kualitas data. Namun hasil metode Big Data ini dapat menjadi pelengkap dan verifikasi dari metode legacy dan juga tentunya metode Big Data lebih cepat dan lebih murah, seiring kemajuan teknologi.
Seiring kemajuan era dan teknologi, tantangan dalam berdiskusi dengan khalayak umum juga semakin besar. Peluang untuk beropini semakin terbuka lebar. Artinya, data-data pun semakin banyak dilahirkan. Tidak hanya untuk kepentingan politik, data-data yang berjumlah banyak itu pun dapat diolah dan dimanfaatkan dalam beragam aspek kehidupan sehari-hari. Data di media sosial misalnya, dapat dioptimalkan untuk kebutuhan bisnis, politik, mengelompokkan perilaku orang-orang dan masih banyak lagi, dengan catatan: tetap memerhatikan kualitas data.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Labtek Indie sebagai perusahaan riset juga bermain dalam data untuk setiap proyek-proyek yang dikerjakannya maupun dalam memilih freelancer dengan computing system.
Selain itu, Labtek Indie juga mengoptimalkan dan memanfaatkan data-data yang dihasilkan dari suatu perusahaan yang sedang menghadapi digital disruption untuk membantu menemukan masalah yang sedang dihadapi dan merancang solusinya.
Jika Anda sedang menghadapi digital disruption dan memiliki hal yang ingin didiskusi terkait pengembangan produk di perusahaan Anda, silakan klik tautan ini untuk terhubung dengan kami.
Simak rekaman lengkapnya di: https://anchor.fm/labtek-indie/episodes/Big-Data-dan-Politik-e1j80v
Penulis: Nita Hidayati
Penyunting: Dea Chandra Marella