Reportase Singkat XR MeetUp Bandung #3

Aditya Rachman Putra
Labtek Indie
Published in
7 min readDec 11, 2017

Weekend pertama bulan November ini (6 November 2017) Ocatgon dan Labtek Indie kembali mengadakan XR Meetup di Digital Innovation Lounge, Balemotekar Padjajaran. Dengan mengusung tema Augmented Reality, Virtual Reality, dan Machine Learning, pembahasan dalam XR MeetUp kali ini menjadi lebih beragam dan luas. Kronologi XR Meetup kali ini cukup konvensional dengan adanya sesi bebas di awal, dilanjut dengan sesi sharing dari 5 orang pembicara dan diakhiri dengan sesi bebas lagi.

Sesi Awkward

Layaknya meetup pada umumnya sesi awal dari sebuah meetup biasanya diisi dengan apa yang saya sebut sesi awkward. Walaupun tidak semua orang bertindak canggung, tapi bagi saya waktu di awal ini merupakan “waktu yang canggung”. Karena pada waktu awal ini acara belum “terasa” dimulai, peserta banyak yang masih menunggu temannya untuk datang, beberapa pembicara masih menyiapkan lapaknya, dan banyak kecanggungan lain. Dan ke-awkward-an ini pun dipecahkan oleh pembukaan oleh Reza dari Oktagon dan Tanti dari Labtek Indie, menandai dimulainya sesi sharing dari kelima pembicara.

Sesi Pertama (Telkom University)

Reza (Oktagon) memperkenalkan mas Fathah

Panelist pertama yang membagikan pengalamannya dalam riset XR adalah mas Fath’ah dari Telkom University. Sebagai salah satu dosen pada Fakultas Ilmu Terapan, mas Fathah sedang dan telah menjalani berbagai riset dalam bidang XR terutama mengenai Augmented Reality. Pada sesi ini diceritakan mengenai salah satu device yang sedang diriset bersama mahasiswanya, yaitu Google Tango.

Bermodalkan device ZenFone AR yang telah mendukung kapabilitas Google Tango, mas Fathah dan timnya melakukan riset mengenai mapping untuk lingkungan indoor. Salah satu riset yang sedang berjalan adalah mengenai mapping kekuatan sinyal wifi pada suatu ruangan. Teknologi yang ingin ditekankan pada riset tersebut adalah kemampuan Google Tango untuk bisa melakukan SLAM (pemetaan dan lokalisasi secara bersamaan). Mas fathah demonstrasi dengan keliling ruangan dan juga mempersilahkan beberapa peserta untuk mencoba aplikasi yang dibuat.

Mas Fathah berencana untuk teknologi ini dipasarkan dengan skema B2B berkerjasama dengan supermarket. Teknologi ini bisa digunakan untuk memfasilitasi pelanggan supermarket menemukan posisi produk. Selain itu laboratorium mas Fathah juga berencana melakukan riset mengenai 3D scanner dengan menggunakan Google Tango. Kemampuan google tango untuk mendeteksi benda dalam jarak 5–10 meter digabungkan dengan algoritma SLAM, membuat teknologi ini cocok untuk 3d Scanner portable.

Sesi kedua (Vuforia)

Vinny memulai presentasinya tentang Vuforia

Pembicara kedua adalah Dev Evangelist Vuforia, Vinny. Dia memulai sesi ini dengan mengumumkan mulai Unity 2017.2 Vuforia sudah terpackage dalam Unity. Lalu Vinny menjelaskan mengenai kategorisasi AR, yaitu on objects yang dilakukan Vuforia dan on environment oleh ARKit. Dengan teknologi on object yang disediakan Vuforia terdapat beberapa jenis target yang disuppor, yaitu VuMark target yang memiliki karakteristik mirip QR Code dengan mark yang lebih fleksibel, Image Target menggunakan gambar tertentu sebagai target, Cuboid target untuk target berbentu kubus atau balok dengan gambar pada permukaannya, Cylindrical mirip dengan Cuboid dengan namun dengan bentuk tabung, dan Object Target untuk bentuk 3D dengan permukaan yang masih mendukung gambar jelas.

Lalu Vinny dengan berapi-api sembari mengenalkan contoh dari teknologi target baru dari Vuforia, yaitu Model target yang menggunakan informasi geometri dan bentuk objek untuk membangun pointcloud sebagai referensi tracking untuk benda yang memiliki permukaan yang tidak cukup rata untuk object target. Dilanjutkan dengan Vinny mendemokan kemudahan Vuforia dalam Unity 2017.2. Setelah itu Vinny juga menunjukkan teknologi Vuforia smart terain yang menggunakan VIO (Vision Inertial Odometry) dan SLAM untuk bisa mendukung teknologi AR on Environment. Walau dalam pengembangannya terdapat bagian tricky untuk bisa membuat Vuforia bekerja dengan baik secara cross platform. Di akhir sesi ini Vinny memperkenalkan salah satu ambisi vuforia, Vuforia Fusion, yang harapannya mendukung 94% gadget Apple di pasaran dan 20% jenis Smartphone android di pasaran. sesi ini ditutup dengan Vinny menceritakan juga mengenai tantangan UX dalam AR, yang juga tantangan bagi developer dan designer untuk menciptakan experience yang nyaman mengingat glasses technology (yang menurutnya ideal untuk AR) masih terlalu mahal untuk consumer product.

Sesi Ketiga (Labtek Indie)

Labtek Indie diwakili oleh Elian (Head of Internal Research) Membagikan pengalamannya dalam melakukan dua riset terkini, mengenai penrjalanan untuk menemukan obat VR simulation sickness dan juga apa yang Labtek telah eksplor mengenai Machine Learning. Riset mengenai VR Simulator sickness ini dilakukan dalam waktu 7 hari untuk menemukan penyembuh dari simulator sickness yang dirasakan oleh orang awam saat menggunakan VR. Selama 7 hari tersebut dilakukan proses riset berupa hipotesis, pengujian hipotesis, pembuatan solusi, dan pengujian solusi. Dengan kesimpulan yang bisa didapat adalah ‘obat’ dan pencegahan untuk simulator sickness ini, baik secara teknis maupun design, kesimpulan ini bisa dilihat pada blog post sebelumnya.

Elian melanjutkan sharingnya mengenai state AI sekarang. Mulai dari OpenAI mengalahkan pemain DotA terbaik dalam game 1 vs 1, hingga mungkin di masa depanAI menjadi training partner yang menyesuaikan level seperti di Hunger Games. Motivasi labtek untuk meriset ini berawal dari night cafe pada HTC Vive dimana pemain dapat menjelajah dunia dalam lukisan Van Gogh. Hal tersebut memercikkan pertanyaan bagaimana bila kita bisa mengambil suatu style (e.g. lukisan Van Gogh) dan mengapply style tersebut ke texture. Hal tersebut dinamakan style transfer, dan teknologi ini telah diriset hingga terdapat published paper oleh Kristen Stewart untuk film terbarunya (Come Swim). Melihat traction ini Labtek Indie juga mulai untuk riset style transferm, dengan motivasi untuk membantu designer dalam painting texture. Di akhir sesi ini Elian menunjukkan hasil yang telah dicoba yaitu stary night Pasopati dan Gedung Sate Starry Night. Dari proses riset ini Elian belajar bahwa barrier yang cukup terasa adalah menghadapi notasi matematis yang cukup intimidating, dan perlunya computational power yang cukup kuat (di mana cloud service seperti AWS, Floydhub, dan GCloud bisa jadi alternatif).

Sesi Keempat (Varcode)

Dikarenakan Henda & Dicky berhalangan, Varcode digantikan oleh Iqbal, yang melakukan riset tentang hand recognition dan pengalamannya melatih template HaaR Cascade. Berlandaskan hitsnya VR, pengetahuan Computer Vision (image processing) dan Machine learning. Dan dengan tujuan untuk menambah experience bermain tanpa menambah modal, Iqbal ingin menggunakan gestur tangan sebagai media interaksi dalam game VR. Untuk itu Iqbal melatih sala satu metode image recognition yang cukup cepat, yaitu Haar cascade. Dengan modal 3000 gambar positif (gambar yang terdapat tangan terbuka) dan 10500 gambar negatif (tanpa tangan terbuka), Iqbal pun memulai risetnya untuk melatih aplikasinya.

Nntuk melatih sistem yang dikembangkan oleh Iqbal, dengan laptop berspesifikasi cukup rendah berbasis OS Ubuntu, dia membutuhkan waktu 3 hari untuk menjalankan 25 tahap trainning. Dari pengalamannya untuk melatih sistem ini Iqbal menemukan beberapa fakta yang menarik, yaitu sistem yang “terpintar” bukankah selalu yang terbaik. Hal itu dia peroleh dari membandingkan hasil training tahap terakhir dengan tahapan di tengah, dimana sistem pada tahap akhir bersifat lebih kaku untuk mendeteksi tangan sehingga menyebabkan banyak false negatif. Hal lain yang dia pelajari adalah kesalahan tidak selalu menjadi kelemahan melainkan bisa menjadi suatu fitur pula.

Sesi Kelima (Bolabot)

Pembicara terakhir ini merupakan komunitas dan kelompok riset berbasis di Permata Biru dengan Pak Mada Sanjaya sebagai CEO. Dengan icon perusahaan berupa robot hitam berbentuk bola menyerupai BB-8. Sesi ini dimulai dengan menceritakan apa yang dikerjakan oleh kelompok riset mereka, mulai dengan menngulik microcontroller hingga microprocessor. Sesuai dengan namanya, bolabot banyak bergulat dalam topik robotik, mulai dari riset, mengajar siswa SD,SMP,SMA dan mengadakan workshop serta seminar. Selain itu Bolabot juga pernah diliput oleh laptop si unyil dan acara TV Khilafah.

Beberapa robot didemonstrasikan mulai dari Si Pehul (social Robot) yang dapat berbicara dan berekspresi mengikuti orang yang mengajaknya berbicara, dan Si Oon yang saat ingin ditampilkan sayangnya masih terdapat masalah. Saat salah satu rekan dari bolabot sedang berusaha membuat Si Oon berjalan terdengar suara roda berputar dan Servo bergerak, saat itu pandangan peserta tertuju ke bola besar berwarna hitam yang kepalanya berputar-putar untuk melihat lingkungannya, yaitu bolabot. Sekarang bolabot melakukan riset sangat luas mulai dari analog, digital, speech, vision hingga mindwave dan mulai akan menjelajah ke dunia IoT.

Sesi Not-so-Awkward-Anymore

Setelah pembicara terakhir turun, dan snack malam sudah terhidang, dapat terasa kecanggungan di udara sudah tak sekental tadi siang. Suasana sepi yang siang tadi sudah menghilang, digantikan oleh keramaian dan keseruan diskusi di seluruh penjuru ruangan. Beberapa mengambil cemilan sembari bertukar kartu nama sembari bertukar pengalaman, di meja pembicara pun terdengar keasikan diskusi dan peserta mencoba apa yang dibicarakan selama sesi sebelumnya. Namun sayang waktu ini berlalu dengan cepat. XRMeetup kali ini telah mencapai anti-klimaksnya, saat deru langkah dan bising diskusi mulai menyepi, satu persatu peserta mulai meninggalkan acara hingga akhirnya meja-meja mulai dibereskan. Menandakan saatnya acara ini ditutup.

Penutup

Bagi saya meetup kali ini sangat menyenangkan dan seru, banyak teknologi relevan yang dipamerkan dan bisa langsung dicoba disaat meetup ini. Tidak sedikit insight dan ilmu yang saya dapat dari sesi sharing dan tanya jawab. Terlebih lagi melihat semangat panelist saat membagikan pengalamannya menyalakan api dalam diri saya untuk bisa terus belajar dan ikut bisa membagikan ilmu yang saya miliki. Karena bagi saya selain sebagai tempat untuk bisa mendapatkan pengalaman langsung mengenai kondisi teknologi saat ini, selain untuk tempat bernetworking, meetup bagi saya adalah tempat saya mendapatkan motivasi dan dorongan. Saya berharap dapat berjumpa dengan orang-orang hebat dalam meetup ini dan bisa membagikan pengalaman saya pada meetup selanjutnya.

--

--