The Political and Spiritual Aspects of Design

Fahri Djatmiko
Labtek Indie
Published in
3 min readDec 16, 2023

Dalam pandangan masyarakat umum, desain mungkin dilihat sebagai sesuatu yang menjadi pelengkap dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang, desain dilihat sebagai sesuatu yang tersier yang hanya bisa dirasakan fungsi dan manfaatnya oleh beberapa kelompok orang saja. Dalam seminar yang diadakan oleh Labtek Indie di Block71, Bandung (01/12/23), Malé (Maria Lujan Escalante) sebagai senior lecturer dari London College of Communication membawa kita dalam suatu diskusi mengenai aspek-aspek dalam desain yang seringkali tidak disadari menjadikan desain sebagai suatu alat yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia: aspek politik dan spiritual.

Salah satu kalimat yang dibawakan Male dan saya sangat setuju:

Kita sebagai seorang desainer tidak bisa netral.

Kita melihat semua warna, dan kita memilih satu.

Kita melihat semua bentuk, dan kita memilih satu.

Kita melihat semua komposisi, dan kita memilih satu.

Pertanyaannya, bagaimana jika apa yang kita pilih tidak lagi sekedar menentukan warna, bentuk, dan komposisi?

Bagaimana jika sesuatu yang kita pilih, dapat menentukan kondisi krisis lingkungan, konflik, hingga sistem yang menjadi basis di kehidupan manusia setelah kita?

Ketika kita sadar akan kekuatan politik dari desain, kita akan mengetahui bahwa ini sudah diluar pembahasan tentang mana pihak yang akan kita senangkan, tapi ini mengenai kemampuan kita untuk menghasilkan desain yang anti-extraction, anti-colonialism, dan anti-exploitation.

Sebagai bentuk usaha untuk menghasilkan desain yang “baik” di masyarakat, akhirnya kata-kata manis seperti desain kolaboratif sering digaungkan oleh komunitas desain. Namun yang patut dipertanyakan dalam diri kita adalah: apakah aktivitas kolaborasi ini terimplementasi dengan riil atau hanya sekedar pendekatan yang menjustifikasi langkah kita dalam mendesain seakan-akan kita sudah melakukan sesuatu yang benar?

Kolaboratif merupakan kata yang tidak semanis kita lihat.

Menurut Malé, kolaboratif merupakan istilah yang cukup politis karena kolaborasi dapat diartikan sebagai exchange of power.

I do for you, you do for me.

Memberi kesempatan kepada suatu pihak untuk dapat berkolaborasi saja tidak cukup disebut sebagai kegiatan yang kolaboratif. Semua pihak yang terlibat harus memperoleh sesuatu kembali, itulah yang disebut dengan kolaborasi.

Di satu sisi, mungkin kita mengaitkan desain sebagai sesuatu yang sangat rasional. Perlu kita sadari, bahwa selain kita memahami desain secara rasional, kita juga perlu memahaminya secara spiritual.

Apa maksudnya?

Seperti yang selalu ditekankan Malé dalam seminarnya:

“Think, Interrogate, Enquire, Do, Think Again!”

Ketika kita merancang desain dengan sadar bahwa desain ini dapat mempengaruhi kehidupan orang lain, ketika kita mencoba melibatkan indera, empati, dan simpati di dalam diri kita, dan saat kita percaya bahwa keputusan kita dalam merancang sesuatu akan berdampak pada kehidupan orang lain, disitulah kita memahami desain secara spiritual.

Berbagai fenomena global yang menyedihkan dalam kehidupan umat manusia sudah terjadi, dan kita selalu melihat bahwa masyarakat marjinal selalu menjadi pihak yang dituntut untuk bisa beradaptasi. Bagaimana jika sebaliknya, kita sebagai desainer merancang sesuatu bagi masyarakat kelas atas untuk menyesuaikan kepentingan (bisnis dan politik) mereka dengan kepentingan masyarakat bersama?

Pemerintah selaku pemangku kebijakan dan pemegang sumber daya harus mulai berpikir keras bersama praktisi ilmu pengetahuan untuk menciptakan produk, layanan, hukum, kebijakan, dan apapun itu yang tidak sekedar berlabel “universal”, namun benar-benar berfokus pada ekuitas seluruh elemen masyarakat. Semua demi menciptakan tatanan masyarakat yang anti-extraction, anti-colonialism, dan anti-exploitation.

Terdengar utopis? Tak mengapa.

You may say I’m a dreamer, but I’m not the only one.

--

--

Fahri Djatmiko
Labtek Indie

Passionate product designer at the creativity-functionality intersection, specializing in user-centric solutions.