TTL: Fiery Festivities

Fakhranshah Fariz
Le Citoyen
Published in
2 min readFeb 21, 2019

Tahun Baru Imlek adalah perayaan yang didasari pada penanggalan Tionghoa. Tahun Baru Imlek 2057 jatuh pada 5 Februari 2019. Perayaan ini dirayakan oleh etnis Tionghoa dan umumnya dirayakan dengan sembahyang menurut tata cara kepercayaan Konghucu, Taoisme, dan Buddhisme (Ajaran Tridharma). Le Citoyen kali ini menyambangi Klenteng Hok Lay Kiong yang berlokasi di Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi. Klenteng Hok Lay Kiong sendiri adalah klenteng tertua di Kota Bekasi. Diperkirakan klenteng ini sudah berdiri sejak 300 tahun yang lalu. Kunjungan dilakukan pada malam pergantian Tahun Baru Imlek tanggal 4 Februari tepatnya pukul 23.00. Berikut foto-foto yang didapat pada malam tersebut.

Pertunjukan musik dangdut di samping klenteng sebelum perayaan dimulai, diadakan dari pukul 20.00 hingga 00.00.
Seorang pengunjung memeriksa jam dengan sebatang lilin di tangannya di sela-sela kegiatan menyalakan dupa.
Persiapan untuk melepas burung pipit sebagai kegiatan seremonial dalam rangka memperoleh karma baik.
Kembang api menyala di atas klenteng. Pelepasan kembang api ini dilakukan tepat pada pukul 00.00 diiringi dengan permainan musik dari dalam klenteng.
Antrian di depan altar Dewi Kwan Im Posat (tengah) dan Dewa Tjay Sen Loya (kanan). Kwan Im Posat dikenal sebagai Dewi Welas Asih sementara Tjay Sen Loya dikenal sebagai Dewa Harta yang dapat memperlancar rezeki.
Seorang pengunjung melakukan sujud (namaskara) di depan altar Buddha. Selain altar dewa-dewi Tao, altar Buddha pun dapat ditemukan di klenteng ini.
Pengunjung bergantian menaruh dupa di altar. Secara keseluruhan terdapat 12 altar di klenteng ini.
Pengunjung bersembahyang di depan altar Dewa Po Seng Tay Tee. Di tengah perdebatan apakah perayaan Imlek merupakan hal agama atau kultural, pengunjung ini mempunyai tato salib di lehernya dan tetap melakukan sembahyang menggunakan dupa di depan altar dewa dari kepercayaan Taoisme.
Pengunjung klenteng mengisi dupa besar dengan latar belakang Dewi Kwan Im.
Seorang pengunjung memasukkan kim cua yang telah dibakar ujungnya ke dalam tungku. Kim cua sendiri adalah kertas yang nantinya akan dibakar untuk kemudian menjadi uang bagi leluhur di alam baka.
Lampion bertuliskan nama penyumbang menghiasi klenteng Hok Lay Kiong. Selain lampion, warga juga menyumbang lilin.
Seorang petugas klenteng membersihkan dupa sisa-sisa sembahyang.
Suasana di depan pintu klenteng saat waktu menunjukkan pukul 01.00. Terlihat masih ada beberapa pedagang yang bertahan meski pengunjung klenteng sudah berangsur-angsur pulang.

--

--