Dalam Membuat Karya, Inspirasi Bisa Datang Dari Mana Saja

vietraa
Leap Telkom
Published in
6 min readOct 6, 2023

Lambaian ombak yang mengayun di saat petang, atau hembusan angin yang menyapu wajah dengan lembut saat pagi. Baik dari suasananya, maupun suara yang dihasilkan, hal-hal sederhana seperti itulah yang menginspirasi saya dalam berkarya.

Mungkin sebagai sedikit awalan, izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Saya adalah orang yang senang menciptakan karya seni dalam bentuk suara. Kebetulan, ayah saya adalah penyuka musik, beliau juga gemar bermain gitar dan bernyanyi. Itulah kenapa sejak kecil telinga saya sudah terbiasa mendengarkan ragam melodi dari berbagai jenis irama. Maka tak heran jika saya pun ikut tumbuh dengan memiliki kecintaan dalam memainkan nada.

Saya, adalah seseorang yang biasa disebut sebagai “pencipta lagu”. Meskipun keseharian saya masih berputar dalam pekerjaan kantor dan berkuliah, tapi di sela-sela waktu yang ada saya selalu menyempatkan diri untuk mengotak-ngatik apapun yang berhubungan dengan seni bunyi.

Berlayar Menuju Kegemaran Menciptakan Lagu

Hobi yang saya kembangkan ini tentu bukanlah tanpa cerita. Ketika saya berumur 4 tahun, ayah saya bersemangat sekali mendorong saya untuk belajar piano. Saya ingat, pertama kali ayah menuntun saya ke tempat les piano, saya hanya memperhatikan barang-barang sekitar. Terdapat beberapa benda besar yang terisi dengan tuts berwarna hitam dan putih. Barulah ketika itu saya tahu bahwa benda tersebutlah yang disebut sebagai piano.

Pertama kali saya belajar piano di sana, saya disambut hangat oleh guru piano saya yang bernama Bu Efi. Di ruangan, saya termasuk salah satu anak dengan usia termuda. Kala itu, tentu yang ada di benak saya hanyalah rasa penasaran yang besar. Saya mencoba memainkan piano yang ada di depan mata tanpa memperhatikan buku partitur yang disediakan oleh Bu Efi.

Namun anehnya, Bu Efi tidak memarahi saya, padahal murid-murid yang tampak sekedar ingin “bermain”, pasti ditegur oleh Bu Efi. Malah ketika saya hendak pulang di hari pertama saya les, Bu Efi mengatakan kepada ibu saya, “anak ibu pintar, dia bisa belajar musik menggunakan feeling.”

Dari pengalaman tersebut, saya terus menumbuhkan kecintaan saya terhadap piano hingga duduk di bangku SMP. Waktu itu, saya bercita-cita ingin menjadi classical pianist. Saya ingin sekali bermain piano dalam sebuah orkestra. Impian ini saya dapatkan ketika saya menonton salah satu series anime jepang berjudul Nodame Cantabile. Kala itu, saya menemukan satu kesamaan antara saya dan si tokoh utama bernama Nodame, yaitu gemar mempelajari lagu melalui pendengaran. Sayangnya, kebiasaan ini membuat saya tidak pandai membaca partitur. Padahal, penting bagi seorang classical pianist untuk mahir dalam membaca partitur dengan cepat.

Singkat cerita, ketika saya hendak menduduki bangku kelas 2 SMP, saya diminta untuk mengikuti lomba cipta lagu menggantikan teman saya yang berhalangan hadir saat itu. Itulah awal mula perjalanan yang mengantarkan saya kepada hobi ini. Saya seperti mendapatkan kebebasan dalam berekspresi ketika menciptakan lagu. Semakin sering saya menulis lagu, semakin saya bisa mengenal emosi yang saya rasakan. Itulah mengapa, saya sangat senang menciptakan lagu. Seiring berjalannya waktu, kesenangan ini pun bertumbuh menjadi sesuatu yang ingin saya jalankan secara serius. Akhirnya, ketika duduk di bangku SMA, saya pun memberanikan diri untuk mem-publish lagu pertama saya di platform musik bernama Soundcloud.

Lagu pertama Vietra berjudul “Dim Lights” di Soundcloud

Menciptakan Karya Mengikuti Kata Hati

Berbicara mengenai inspirasi, saya selalu percaya bahwa tulisan dan melodi yang saya hasilkan bisa datang dari mana saja. Terkadang, hanya dengan merenung di kamar pun saya bisa mendapatkan insight dalam membuat lagu. Untuk media yang bentuknya lebih lebar seperti produksi album, biasanya saya memerlukan referensi dari album-album karya musisi lain untuk menentukan struktur albumnya. Namun secara umum, hal-hal sederhana bisa saja menjadi inspiratif dan memunculkan ide.

Beberapa teman sering bertanya, “gimana sih, caranya bikin melodi dalam lagu?” dan jawabannya, saya pun tak tahu pasti. Mungkin memang terdengar aneh, namun bagi saya, menciptakan melodi sudah seperti bernafas — aktivitas yang sering saya lakukan hingga rasanya tak ada teori yang bisa menjabarkannya. Di saat memproses jawaban inilah, saya selalu teringat dengan kata-kata Bu Efi; saya bermusik — dan menciptakan lagu — melalui feeling.

Bermusik bagaikan memproses dan mengekspresikan perasaan bagi saya. Teman-teman pasti sering menceritakan pengalaman pribadi atau melampiaskan emosi ke teman, sahabat, keluarga, ataupun pasangan. Bagi saya, seperti itulah proses saya dalam menciptakan lagu. Mulai dari menulis lirik hingga membuat melodi, prosesnya seperti se’mudah’ bercerita. Mungkin, justru karena saya tak begitu pandai bercerita dan mengungkapkan ekspresi secara langsung, musik adalah media yang paling tepat untuk saya melakukan hal tersebut.

Namun, inspirasi saya dalam membuat lagu tak juga berhenti hanya sampai sana. Terkadang, mendengarkan cerita keseharian orang lain atau membaca buku dan menonton film juga mendatangkan ide dan inspirasi.

Saya percaya bahwa dalam menciptakan sebuah karya seni, inspirasi bisa datang dari mana saja.

Hal sesederhana duduk sendirian di taman pun bisa mendatangkan rangkaian kata dan melodi pada saya.

Untuk pembaca yang ingin memulai menciptakan lagu, mungkin tulisan ini dapat mendatangkan secercah harapan. Saya banyak menemui orang-orang yang ingin belajar membuat lagu tapi bingung memulai dari mana. Yang bisa saya katakan hanya satu;

Menciptakan karya seni tidak harus sempurna. Kalian bisa mulai dari hal sederhana, lalu kembangkan sisanya menurut kata hati kalian.

Menjadikan Karya Tetap Hidup dalam Platform Digital

Di era sekarang ini, media digital seringkali menjadi tempat pelayaran pertama bagi banyak orang. Tak terkecuali para musisi. Saya sendiri pertama kali mem-publish lagu saya melalui platform digital. Hingga saat ini, media digital selalu menjadi pilihan pertama untuk saya membagikan cerita melalui lagu.

Pemanfaatan media digital dalam membuat karya seni juga dapat menggiring karya kalian untuk memiliki “usia” yang lebih lama. Sebutlah, Spotify. Banyak anak muda zaman sekarang yang justru mendengarkan lagu-lagu lama melalui platform tersebut. Seperti The Beatles, Pink Floyd, Queen — yang jika ditelaah, beberapa anggota band-nya pun sudah meninggalkan dunia. Namun, karya mereka tetap hidup dan mungkin abadi dari generasi ke generasi. Meskipun yang saya sebutkan memang merupakan band-band besar, namun tak menutup kemungkinan untuk karya kalian akan tetap “hidup” jika diletakkan dalam media digital.

Tak hanya itu, dalam proses menciptakan lagu pun, penting untuk mengikuti perkembangan zaman dengan memanfaatkan aplikasi digital. Contohnya seperti GarageBand, Ableton, ataupun FL Studio. Aplikasi seperti yang saya sebutkan dapat memudahkan kalian untuk belajar membuat lagu. Bahkan, kalian sudah tak perlu lagi membayar studio untuk melakukan rekaman dan memproduksi lagu. Jika diiringi dengan kemauan yang kuat untuk mempelajari fungsi dan layanan dari aplikasi tersebut, kalian sudah bisa menghasilkan karya yang layak didengar banyak orang.

Pengetahuan Digital Mengantarkan Saya Bekerja di Leap

Pengetahuan terkait permainan digital ini juga mengantarkan saya untuk bekerja sebagai Copywriter di Leap. Meskipun terkesan tidak berkesinambungan, namun kebiasaan mengotak-atik platform digital membuat saya mempelajari bagaimana cara mempromosikan karya dengan memanfaatkan digital marketing.

Di sela-sela mempelajari bidang tersebutlah, saya menemukan passion dalam menulis untuk keperluan promosi. Jika kita membuat suatu karya dan ingin karya kita menarik perhatian orang-orang, maka kita perlu mempromosikan karya tersebut melalui rangkaian tulisan. Di situlah saya mempelajari bagaimana caranya membuat tulisan melalui teknik dan teori copywriting. Hal inilah yang saya jadikan bekal untuk mendapatkan pekerjaan di sini.

Kemampuan saya dalam menulis lagu juga menjadi bekal untuk saya menjadi seorang Copywriter. Menciptakan lagu bukan semata-mata hanya membuat aransemen musik saja, namun saya juga belajar bagaimana caranya merangkai kata untuk menggerakkan hati para pendengar. Meskipun cipta lagu dan copywriting memiliki teknik penulisan yang berbeda, namun keduanya sama-sama berkaitan dengan seni menulis. Itulah kenapa, saya pun menikmati pekerjaan yang sedang saya jalankan ini. Bagi saya, baik menjadi pencipta lagu maupun Copywriter, keduanya bagaikan hobi yang berhasil diuangkan.

Kira-kira, seperti itulah cerita di balik kehidupan yang sekarang sedang saya jalani. Untuk kalian yang mungkin ingin menekuni bidang yang serupa dengan saya, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat ya!

--

--