Fitur Paperless Administration & Verification PaDi UMKM Mudahkan Usaha Kecil Masuk Pasar Pengadaan BUMN
Keberhasilan sebuah produk bisa terlahir dikarenakan dedikasi personal.
Sebuah dedikasi yang diberikan seorang pekerja ditambah alasan kuat keberadaannya di sana, bisa mendorong orang tersebut menciptakan suatu inovasi. Dalam era digital seperti sekarang, cerita serupa ini acapkali kita dengar.
Semisal kita pernah dengar cerita mengenai hadirnya aplikasi belanja sayur dan buah online. Ternyata, aplikasi itu hadir atas dorongan seorang ibu yang ingin memastikan bahan makanan sehat untuk keluarganya. Ada lagi cerita mengenai startup antar jemput online. Startup ini lahir atas dasar keinginan menembus kemacetan Kota Jakarta dan bahkan sekarang menggurita menjadi sebuah superapps.
Peran Vital Product Manager
Banyak cerita mengenai inovasi digital hadir selama kurang lebih lima tahun ke belakang. Berdasar perkembangannya, keberhasilan dari inovasi tersebut untuk bisa menjadi sebuah produk atau layanan digital yang bermanfaat ditentukan oleh keberadaan seorang Product Manager.
Product Manager adalah profesi yang belakangan banyak dicari. Termasuk juga banyak diminati karena prospek dan kebutuhannya yang luas. Seorang Product Manager atau biasa disingkat PM, bertugas melakukan pengembangan produk dan bertanggungjawab atas keberlangsungan dan keberhasilan produk tersebut. Pekerjaannya dimulai sejak penemuan ide yang dimulai dari permasalahan-permasalahan pelanggan, mengembangkan solusi terhadap permasalahan tersebut, dan menjaganya agar tetap eksis di pasar. Jadi, bisa dibilang bahwa seorang PM tidak dapat meleraikan diri dari inovasi teknologi, bisnis, dan pengalaman pelanggan.
“Tugas Product Manager atau PM itu sebenarnya adalah mencari solusi dari permasalahan. Kita mencari masalah-masalah yang bisa kita solve. Masalah yang tadinya ribet menjadi mudah sehingga potensinya bisa keluar,” buka Naufal Herwandi, Product Manager Pasar Digital (PaDi) UMKM.
Ketika ditanya apa yang membuatnya tertarik menggeluti dunia UMKM, lelaki berkacamata ini tersenyum sembari melempar canda, “ya karena UMKM itu banyak masalah”. Kemudian ia tergelak. Tetapi gelaknya menerbitkan kenangan di masa kecil. Tidak berapa lama, ia bercerita bahwa sang ayah adalah pelaku UMKM.
Berbagai jenis usaha dagang pernah dijajal. Membuka toko kelontong sampai berjualan kue basah. Pernah dalam suatu waktu kue yang dijual ayahnya tidak terjual satupun. Alhasil, kue tersebut dibagikan sang ayah kepada anak-anaknya. Saat itu, Naufal kecil tidak mengerti. Ia hanya senang saja menerima kue tersebut. Tetapi lambat laun, seiring bertambahnya usia, ia paham kesulitan yang dihadapi ayahnya.
“Ya karena marketnya di situ-situ saja. Saya kasihan, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin momen-momen itulah yang mengingatkan saya dan menjadi motivasi saya saat ini. Masalah utama UMKM adalah mendapatkan pasar. Ketika saya berkeliling ke beberapa daerah di Indonesia pun, hampir semua UMKM mengalami masalah yang sama dengan yang ayah saya hadapi. Bagaimana cara agar penjualan lebih banyak? Bagaimana cara agar produk dikenal lebih banyak orang? Bisa dibilang, saya ingin balas dendam, saya ingin memberi solusi yang nyata terhadap UMKM lewat PaDi,” ucap Naufal tegas.
Naufal juga menjelaskan jika keberadaan UMKM tersebar di seluruh Indonesia dan jumlahnya sangatlah banyak. Tetapi, tidak semua UMKM itu dapat memasarkan produknya, padahal bisa jadi produknya itu sebetulnya bagus dan layak. Dan ketika mereka tidak bisa memasarkan produk, akhirnya apa yang mereka jual, mungkin menjadi barang konsumsi sendiri. Maka mustahil memperoleh profit dengan kondisi seperti ini apalagi untuk UMKM bisa naik kelas.
“Usaha Mikro Kecil Menengah itu punya potensi yang besar, bahkan penyumbang GDP (Gross Domestic Product) terbesar di Indonesia. Lalu, kami melihat ada pasar pengadaan yang sangat besar di Indonesia yaitu melalui BUMN yang dalam satu tahun nilainya mencapai 700 Triliun. Tentu saja kami melihat itu sebagai potensi. Tetapi, UMKM kesulitan untuk mendapatkan pasar tersebut. Ketika mereka mau berjualan ke BUMN, mereka harus berhadapan dengan proses verifikasi dan proses administrasi yang lumayan banyak,” jelas Naufal.
Fitur Paperless untuk Efisiensi Waktu Administrasi dan Verifikasi
Kembali kepada tugasnya sebagai seorang Product Manager, Naufal pun mencari akar permasalahan. Ternyata, proses administrasi dan verifikasi yang dilakukan UMKM secara manual sangat menyita waktu. Berkas yang banyak, ditambah pengiriman manual dan misal ada dokumen yang kurang lengkap, maka berkas akan dikembalikan kepada UMKM. Mau tidak mau, UMKM harus mengirimkan ulang dokumen-dokumen tersebut. Lamanya bisa mencapai dua minggu bahkan hitungan bulan.
Permasalahan ini menjadi semacam opportunity bagi PaDi UMKM. Naufal mulai berpikir bagaimana cara agar proses yang panjang tersebut bisa menjadi sederhana dan efektif. Maka Naufal dan Tim menciptakan fitur ‘paperless administration & paperless verification’ di PaDi.
“Sebelum PaDi UMKM ada, proses verifikasi itu dilakukan secara manual. Mereka mengirimkan berkas kelengkapan dokumen, baru kemudian bisa masuk ke dalam vendor list BUMN. Nah, PaDi menjembatani antara UMKM dan BUMN dan prosesnya kita buat otomatis. Sehingga kesulitan UMKM terkait proses verifikasi dan dokumen yang harus lengkap itu bisa dilakukan di PaDi UMKM. Semudah foto dari ponsel dan BUMN bisa langsung berbelanja di toko tersebut. Tanpa harus melalui proses verifikasi yang rumit seperti sebelumnya, yang awalnya satu bulan kita persingkat jadi hanya satu jam!,” jelas dia.
Ia juga menyebut jika inovasi fitur ‘paperless administration & paperless verification’ adalah hasil dari dedikasi antara dia dan timnya. Fitur yang mereka buat ini selain memudahkan UMKM dalam proses administrasi dan verifikasi, juga dalam pengoperasiannya dibuat sesimpel mungkin. Sebagai seorang leader, ia mengaku tidak bisa berjalan sendiri dan harus memiliki satu visi yang sama untuk memajukan UMKM dan membuat UMKM naik kelas. UMKM menjadi lebih berkembang secara bisnis dan mengalami peningkatan ekonomi serta taraf hidup.
“Platform itu tidak ada artinya kalau masih susah dipakai oleh user-nya. Itulah yang disebut easy operated platform. That’s why sebelum kita membuat platform, kita melakukan riset, melihat siapa yang akan memakai platform ini, yaitu UMKM. Selain mengembangkan fitur-fitur dalam platform, kita juga memberikan serangkaian pelatihan, sosialisasi, campaign agar pelaku UMKM bisa naik kelas,” tandas Naufal.
Yuk, ikut mengembangkan UMKM di Indonesia dengan bergabung menjadi digital talent yang mengelola produk digital Telkom! Cek lowongan yang tersedia di Careers Telkom.