Fleksibel dalam Dunia Kerja, Langkah Pasti Ambil Peluang Meski Beda Jurusan

Talitha Yumna Nurina
Leap Telkom
Published in
6 min readSep 14, 2023

Sering kita dengar bahwa hidup adalah perjalanan. Membawa kita untuk bertumbuh dan berkembang, mempertemukan kita dengan pelajaran berharga dan momen tak terlupakan yang seringkali membuka potensi baru atas diri. Boleh saja kita membuat hidup dalam sebuah poin-poin ideal yang ingin dikerjakan, namun, seringkali kita dihadapkan dengan kejutan tak terduga yang membuat hidup lebih menarik.

Satu dari banyak perjalanan yang dilewati oleh sebagian orang yaitu perjalanan meniti karir. Tidak jarang, ketika lulus kuliah kita merasa bahwa tidak ada pekerjaan yang sesuai dengan ijazah yang telah didapatkan dengan susah payah. Ada juga yang sudah mendapatkan pekerjaan sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki, namun di tengah jalan baru merasa bahwa pekerjaan yang didapat tidak bisa memenuhi keinginan.

Apa yang telah dipelajari selama menempuh studi bisa saja sangat berbeda dengan apa yang ada dalam pekerjaan sekarang. Bahkan, meskipun mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan, bukan tidak mungkin kejutan dan hal tak terduga lainnya dapat terjadi.

Nah, ketika mulai merasakan kebimbangan dan ketidakpuasan atas apa yang didapat hari ini, career switch bisa menjadi hal menarik untuk mulai dipertimbangkan, apalagi di era digital yang semakin berkembang dan membuka peluang pekerjaan baru yang mungkin bisa kamu coba.

Pertanyaannya, apakah pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan menjadi jaminan untuk sukses berkarir?

Ketika mendapatkan pertanyaan serupa, saya pribadi menjawab tidak. Tiada yang bisa menjamin nasib seseorang, dan kita tidak bisa memaksakan takdir orang yang satu pada orang yang lainnya. Hanya karena jalan awal yang diambil berbeda, bukan berarti kita tidak bisa mendapatkan hal yang sama seperti orang lain.

Bahkan, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim pada tahun 2021 telah mengungkapkan, bahwa sebanyak 80% mahasiswa Indonesia tidak bekerja sesuai dengan jurusan kuliah.

Hal ini semakin memperlihatkan bahwa memilih karir dengan latar belakang pendidikan yang berbeda bukan menjadi hal baru. Sering ditemukan, hal tersebut bisa terjadi pada siapa saja, bahkan para pesohor dan tokoh terkenal sekalipun. Bill Gates, pendiri Microsoft yang menempuh studi sebagai mahasiswa Pre-law Universitas Harvard, lebih memilih untuk fokus pada bisnisnya. Ada juga Ivan Lanin, wikipediawan pecinta Bahasa Indonesia yang kini menjabat sebagai direktur Narabahasa, yang dulunya merupakan lulusan Teknik Kimia.

Kebetulan, saya juga memiliki kesamaan dengan tiga orang hebat yang saya sebutkan di atas. Saat itu tahun 2020 ketika saya lulus dari Program Studi Budidaya Perairan di Universitas Brawijaya. Idealnya, setelah lulus, pekerjaan dari lulusan program studi yang saya tempuh adalah menjadi teknisi tambak untuk laki-laki, dan analis laboratorium untuk perempuan. Berbekal pengalaman saat kuliah, saya pun percaya diri untuk mencoba peruntungan menjadi asisten laboratorium di salah satu perseroan terbatas.

Ternyata, apa yang sudah saya rencanakan menemui jalan buntu. Keadaan kesehatan saat itu memaksa saya untuk mundur dan banting setir ketika dinyatakan bahwa keadaan kesehatan saya kurang memungkinkan untuk bekerja menjadi seorang analis laboratorium. Saat itu saya bimbang bukan main. Jika bukan menjadi analis laboratorium, pekerjaan apa lagi yang mungkin saya lakukan? Melanjutkan studi Magister untuk langkah awal menjadi seorang dosen saya kesampingkan mengingat ketiadaan biaya kala itu.

Ungkapan rejeki datang dari mana saja saya rasakan sendiri. Mengetahui saya yang kebetulan pernah mengatakan bahwa saya suka menulis, seorang teman baik datang menawarkan kesempatan pada saya. Ia berkata, bahwa Leap Telkom Digital membutuhkan seorang Copywriter. Saya yang tidak memiliki pengalaman sama sekali di bidang tersebut menolak untuk membuang kesempatan yang datang. Saya mulai belajar dari sumber mana saja yang bisa saya peroleh. Mulai dari Google, YouTube, tips menjadi copywriter dari beberapa artikel Medium, hingga tweets dari aplikasi X oleh beberapa akun yang membahas sosial media.

Setelah melalui berbagai proses, saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi salah satu copywriter di Leap Telkom Digital, umbrella brand Telkom Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa layanan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK) dan jaringan telekomunikasi di Indonesia.

Ketika mengetahui bahwa saya mendapatkan peluang untuk bekerja menjadi salah satu copywriter di Leap Telkom Digital meskipun memiliki latar belakang keilmuan yang berbeda, saya paham bahwa Telkom sebagai BUMN telah menerapkan prinsip investasi Environmental, Social, and Governance (ESG) tubuhnya. Prinsip ESG untuk bisnis yang berkelanjutan ini terdiri dari environmental yaitu implementasi lingkungan agar tetap lestari, social untuk tanggung jawab sosial, serta governance yaitu tata kelola perusahaan.

Awalnya, saya mengira bahwa saya tidak memiliki kesempatan sama sekali untuk bergabung di Telkom. Namun, Telkom juga menyadari fakta di lapangan banyaknya jumlah pengangguran di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menyebutkan bahwa masih ada 7,99 juta pengangguran di Indonesia. Saya menjadi satu dari banyak orang yang beruntung untuk mendapatkan kesempatan bekerja di Telkom Indonesia yang turut menerapkan prinsip tersebut.

Prinsip ini salah satunya ditunjukkan dengan memproduksi talenta digital yang penuh dengan keberagaman. Dari segi social, hal ini ditunjukkan dengan lingkungan kerja yang inklusif, memberikan kesempatan luas bagi setiap individu, terlepas dari latar belakang pendidikan yang dimiliki dan juga gender untuk role yang tersedia. Sedangkan untuk governance, prinsip tersebut dapat terlihat dari kebijakan dan budaya perusahaan yang transparan. Dalam hal ini seperti transparansi dalam pengambilan keputusan dan evaluasi, maupun adanya integritas yang dimiliki setiap individu.

Sejak saat itu saya terus bersyukur karena saya memilih tempat yang tepat untuk mengembangkan potensi yang saya miliki. Ternyata, mencoba peruntungan untuk bekerja dengan latar belakang pendidikan yang berbeda tidak semenyulitkan itu.

Bekerja sebagai Copywriter, saya tidak perlu menjelaskan tentang cara budidaya ikan. Saya juga tidak perlu menjelaskan bagaimana membuat ikan memijah, hingga menghitung jumlah pakan yang dibutuhkan setiap harinya.

Sejenak, saya perlu menyimpan ilmu yang telah saya dapatkan bangku perkuliahan ke dalam “kotak penyimpanan” saya. Hari ini, di dunia digital, saya didorong untuk terus mencoba membuat susunan kata demi kata, sembari tetap melakukan ‘penelitian’ untuk memilih dan memilah kata yang dapat menarik perhatian audiens.

Apakah hal tersebut menjadikan ilmu yang saya dapatkan sia-sia? Tentu saja Leapers setuju jika kita bersama-sama memilih tidak sebagai jawabannya. Kata tidak ada sesuatu yang sia-sia menjadi kalimat trending topic dalam kehidupan saya ketika tengah berada dalam masa bimbang, dimana saya tidak tahu harus melanjutkan atau berhenti. “Worth it gak sih? Terus nanti kalau nggak kepakai, mau dibuat apa?”

Intinya, setiap individu memiliki kesempatan untuk memilih jalan hidupnya sendiri, termasuk karir yang mereka inginkan. Jika bisa, banyak dari kita yang pasti lebih memilih berkarir dengan latar belakang pendidikan yang sama. Sungguh mengasyikkan jika dapat mengaplikasikan langsung ilmu yang selama ini terbatas hanya dipelajari di ruang kelas, dan mendapatkan jawaban sendiri dari pertanyaan kita.

Mendapatkan pekerjaan dengan latar belakang berbeda mungkin bisa menjadi sebuah tantangan, namun hal tersebut bukanlah hal yang tidak mungkin. Jika telah yakin untuk menempuh jalan yang berbeda, sekarang saatnya untuk melakukan persiapan agar tidak kalah sebelum berperang.

Ini saatnya untuk mengenal diri sendiri dan bertanya, “Apakah saya sudah mengenal diri sendiri? Apa yang saya mau? Apa yang saya sukai? Apa yang menjadi minat saya?”

Meskipun datang dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, tantangan ini bisa menjadi kesempatan untuk meng-explore lebih minat dan kemampuan yang dimiliki. Misalnya, dengan mengikuti pendidikan tambahan maupun pelatihan. Tak hanya itu, kursus dan sertifikasi untuk menambah value juga bisa kita lakoni.

Berkenalan dengan diri sendiri? Checked! Pelatihan? Siap! Kursus tambahan? Done!

Now, it’s time to paint your canvas to show your potential and achievement! Jika kamu tertarik untuk berkarir di dunia digital, portofolio menjadi salah satu ajang ‘showcase’ untuk meyakinkan lebih banyak orang. Kanvas ini akan menjadi tempat untuk memberikan gambaran perjalanan profesional untuk sampai di titik ini, proses yang dilalui hingga terciptanya proyek kreatifmu sendiri, serta memperkenalkan siapa dan peran apa yang akan kamu minati di era digital.

Wah, kedengarannya tidak sesusah itu, ya?

Sejatinya, hidup merupakan perjalanan yang penuh trial and error. Banyak jalan buntu yang membuat kita terpaksa harus mengambil arah lain. Hidup juga penuh dengan coba lagi, coba terus, atau ‘kamu belum beruntung’. Seringkali, kita seperti sedang bermain ditengah wahana dan naik roller coaster, bertemu dengan naik turun yang tidak bisa kita duga. Takut? Pasti! Tapi apa mungkin di tengah jalan kita meminta operator menghentikan permainan? Tidak mungkin juga!

Setiap orang memiliki jalan hidup dan pilihan yang berbeda. Hanya karena memiliki tujuan hidup berbeda, bukan berarti hal tersebut merupakan hal yang salah. Terkadang, yang paling penting adalah menjadi tetap fleksibel dan berani mencoba apa yang diri ini inginkan. Jangan menyerah untuk terus menggali peluang dan bersabar untuk menyambut kesempatan yang diinginkan meskipun dengan latar belakang pendidikan yang berbeda.

Yuk, berani mencoba dan tidak takut gagal!

--

--

Talitha Yumna Nurina
Leap Telkom

I tried to write because I wanted to know what I was going to say.