Kala Pandemi Tiba, Di mana Telkom Berada?

Leap
Leap Telkom
Published in
5 min readDec 19, 2022
Head of Digital Vertical Ecosystem, Joddy Hernady

Wuhan kota yang sesak. Lebih dari 11 juta orang bermukim di sana. Ia ibu kota Provinsi Hubei, Tiongkok. Dahulu ia kenal dengan ‘Wǔhàn Huìzhàn’, peristiwa pertempuran akbar antara Jepang dan Tiongkok sepanjang Perang Dunia II. Kota ini merupakan kota terbesar di Hubei sekaligus paling padat penduduk di Tiongkok Tengah. Di Wuhan terdapat pasar makanan laut Huanan yang berlokasi di pusat kota Wuhan. Pasar itu sudah terjaga sejak dini hari. Mulai pukul 03.00 pagi bergeliat. Pasar menjulur di dua sisi jalan utama dari lingkungan kelas menengah atas distrik komersial Hankou.

Pada penghujung 2019, seluruh mata dunia mengarah ke Pasar Huanan. Tempat itu dipercaya menjadi salah satu locus pertama penyebaran virus Covid-19. Virus yang selanjutnya menyebar dalam skala global. Menjadi apa yang dinamakan pandemi, istilah yang merujuk pada epidemi yang menyebar ke berbagai benua dan negara, menyerang banyak populasi. Dalam hitungan pekan, berbagai negeri terpapar. Indonesia juga terkena. Semenjak itu cerita tak lagi sama. Ribuan orang terjangkiti Covid dalam waktu sekejap. Dan pemerintah Indonesia mesti berjibaku mengatasinya.

Salah satu babak lanjutan penanganan Covid-19 adalah vaksinasi massal. Selain pengobatan itulah respon strategis yang diambil. Tujuan finalnya yaitu terbentuknya Herd Immunity alias kekebalan kelompok. Ini bukan pekerjaan ringan. Di balik kisah keberhasilan perang menghadapi Covid-19 yang dipahami kebanyakan orang sekarang, rupanya ada tangan Telkom yang ikut terlibat. Telkom turut dalam proyek kesehatan dan sekaligus kemanusiaan pada salah satu periode tersulit bangsa ini. Telkom datang mengulurkan kemampuan teknokratisnya, lewat apa yang dinamakan ‘Satu Data Vaksinasi Covid-19’ dan ‘PeduliLindungi’.

Vaksinasi Covid-19 Sebagai Kerja Berbasis Data

Jika Anda sekarang familiar dengan aplikasi PeduliLindungi, aplikasi itu buah dari rangkaian pergolakan pelik melawan Covid-19. Pada mulanya, Telkom terpanggil membantu pemerintah menangani pandemi Covid-19. Kapasitas yang bisa dilakukan perusahaan telekomunikasi ini yaitu membangun Satu Data Vaksinasi Covid-19. Sebuah sistem untuk memudahkan pemerintah dalam melakukan vaksinasi. Mengejar target Herd Immunity di sebuah negeri berpenduduk nomor empat di dunia bukan perkara sepele. Ada 270 juta lebih manusia dengan sebaran luas dan geografis yang menantang karena meliputi 13,000 pulau dengan beberapa daerah ada di pegunungan yang tidak mudah dicapai. Teknologi tak bisa lain, harus ikut campur tangan.

Banyak tantangan-tantangan yang dihadapi dalam menggelar vaksinasi massal. Target vaksinasi Indonesia terbilang cukup tinggi. Pada saat awal diumumkan, pemerintah menargetkan minimal 70% penduduk Indonesia harus divaksinasi sebanyak 2 kali dalam waktu setahun. Jumlah ini mencakup penduduk berumur 17 tahun ke atas. Angka 70% sendiri merupakan syarat minimal agar terbentuk Herd immunity. Pada perjalanannya sasaran kelompok usia yang menerima vaksin meluas. Sebab sekolah perlu dibuka, kehidupan pelan-pelan harus kembali normal. Sasaran vaksinasi akhirnya menyasar sampai ke umur 12 tahun atau remaja, bahkan anak-anak usia dibawahnya yaitu 6 tahun ke atas.

Perluasan sasaran kelompok umur ini membuat volume target membengkak. Joddy Hernady, Head of Digital Vertical Ecosystem — Health Telkom, mengingat persis periode tersebut,

“Targetnya menjadi lebih tinggi lagi. Lebih dari 80 persen gitu ya, jadi 87 persen. Target ini cukup besar. Ini tidak mudah, apalagi juga dikaitkan dengan ketersediaan vaksin. Vaksin kan datangnya bertahap dengan ‘brand’ yang bervariasi juga, sehingga pemerintah perlu membuat prioritas.”

Secara umum skema prioritas vaksinasi covid-19 Indonesia mengambil runtutan: tenaga medis prioritas pertama, lalu lansia, lantas petugas publik, diikuti masyarakat rentan baru kemudian masyarakat umum termasuk remaja dan anak-anak. Tahapan ini memerlukan sistem untuk mengidentifikasi siapa yang memenuhi syarat dan ketentuan. Di sini diperlukan sistem pendataan yang solid dengan pengakumulasian data berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang harus bisa dipetakan dengan kategori penerima vaksin. Sehingga teridentifikasi orang yang berhak disuntik berdasarkan tahapan yang sudah ditentukan pemerintah, termasuk sudah disuntik vaksin atau belum. Ini juga menyangkut data berapa dosis yang sudah diterima. Satu kali suntik atau belum sama sekali atau justru sudah ke tahap booster. Detail lain juga termasuk identifikasi jenis vaksin yang digunakan dari beragam merek.

Kombinasi ragam data tadi tentunya harus disaring oleh sistem. Telkom dengan teknologi yang digunakannya, bekerja di wilayah tersebut. Fungsi sistem data itu sangat berguna, salah satunya guna memantau progres vaksinasi dari waktu ke waktu. Progres itu diantaranya mencakup, berapa vaksinasi yang telah dilakukan per hari, daerah mana saja yang terbilang sudah optimum dan wilayah mana yang masih tercecer, serta detail-detail lain yang dibutuhkan. Ini merupakan pekerjaan data skala raksasa, sekali lagi, mengingat posisi demografi dan geografi Indonesia sebagai negara kepulauan besar.

Vaksinasi Lalu PeduliLindungi, Kehidupan Masyarakat dalam Pandemi

Vaksinasi menjadi isu yang riuh rendah selama pandemi bergejolak. Ada ratusan talk show di televisi dan kanal YouTube dengan pemandu acara memakai masker yang mengulas masalah vaksin. Beragam sudut pandang dan isu yang diperbincangkan. Namun tak semua pihak, kecuali mereka yang benar-benar terlibat, memahami konteks masalahnya secara presisi. Kritikus mungkin berguna mengingatkan satu dan lain hal. Tapi yang terlibat langsung acapkali punya ukuran lebih akurat. Joddy Hernady memiliki ingatan yang baik atas isu tersebut, sebagaimana penuturan panjangnya,

“Bisa dibayangkan kalau satu tahun itu 360 hari ya. Jadi kalau target pertama 70% tuh 180 jutaan penduduk harus divaksinasi covid-19. Yang ditargetkan 180 juta orang. Kalau 2 kali vaksinasi berarti 360 juta suntikan harus dilakukan dalam setahun. Artinya kalau 360 hari setahun, berarti rata-rata satu hari itu harus satu juta suntikan. Di awal-awal itu baru 50.000–100.000 suntikan. Sehingga ada hari dimana untuk mengejar satu juta rata-rata, dilakukan suntikan 2 juta sampai 3 jutaan. Kita pernah satu hari mencapai rekor hampir 3 juta suntikan. Nah hal-hal inilah yang menyebabkan diperlukan sistem berbasis data. Guna membantu pemerintah agar melakukan vaksinasi secara tepat sasaran dan sesuai waktu. Dan alhamdulillah kan boleh dikatakan target-target itu bisa dicapai.”

Sistem yang dibangun Telkom berkemampuan mengidentifikasi perkembangan vaksinasi sampai ke tingkat faskes-faskes di Kabupaten dan Kecamatan. Ini jelas membantu pemerintah menajamkan pemantauan. Kebijakan percepatan vaksinasi sangat bisa terukur melalui sistem data ini, termaksud daerah yang harus diakselerasi vaksinasinya dalam kurun waktu tertentu. Sistem data yang dibangun Telkom pada akhirnya menjadi piranti pembantu yang cukup efisien dalam menjawab target Herd Immunity. Kekebalan komunal sendiri pada mulanya ditargetkan selesai dalam kurun waktu 1 tahun atau batas toleransi maksimumnya 15 bulan. Memasuki tahun 2022 Indonesia melihat, target tersebut berhasil dicapai.

Selain sistem pendataan yang komprehensif, Telkom juga mengembangkan aplikasi PeduliLindungi. Aplikasi ini sejak awal ditujukan untuk membantu proses tracking penyebaran pandemi. Tracking untuk melihat potensi orang-orang dan wilayah yang memiliki kemungkinan terpapar, sehingga lebih mudah penanganannya. Sebuah cara antisipatif yang memang sangat urgen selama wabah menggila. Selama masa pandemi PeduliLindungi menjadi salah satu aplikasi paling populer di tanah air. Sejauh ini, sudah lebih dari 104 juta orang mengunduh aplikasi tersebut dan user aktif per bulan pernah menembus angka 50 juta. Ia bukan start up, ia dimulai dari kerja kemanusiaan. Di sini kita bisa melihat bekerjanya kredo lama ‘wisdom behind disaster’ alias hikmah dibalik bencana.

PeduliLindungi sekarang berkembang menjadi aplikasi yang lebih komplit. Di dalamnya ada fitur ‘teledokter’, ‘pelayanan kesehatan’, hingga ‘cari kamar rumah sakit’. Ia berpotensi menjadi public/citizen health apps di masa datang. Itu akan menjadi tema hari depan yang menarik. Pada akhirnya, sebagai sebuah bangsa kita semua pernah mengarungi masa super sulit bernama pandemi Covid-19. Lebih dari seratus ribu orang gugur. Ada banyak pemandangan memilukan. Itu adalah kesedihan nasional. Di masa-masa tersebut ada banyak orang dan lembaga yang berbuat sesuatu. Telkom tak bisa lain kecuali bersikap sama. Telkom jelas bukan pahlawan. Namun bila kelak sejarah bertanya, di mana Telkom saat pandemi tiba, jawabnya jelas: ia bersama penderitaan publik yang dihinggapi Covid-19. (hzr)

--

--

Leap
Leap Telkom

Telkom Indonesia kembangkan banyak produk digital di bawah Leap. Temukan rangkaian cerita mendigitalisasi bangsa lewat solusi digital yang Kami hadirkan!