Mengenal Sejarah Artificial Intelligence (AI)
Artificial Intelligence (AI) merupakan teknologi masa kini yang banyak dimanfaatkan oleh berbagai jenis bidang dari berbagai perusahaan. Pasalnya, teknologi ini memiliki kemampuan mesin yang mampu menyelesaikan tugas atau aktivitas layaknya otak manusia. Bahkan, AI sering disebut-sebut sebagai robot yang bisa menggantikan pekerjaan kita.
Terlepas dari itu, penting bagi kita untuk mempelajari bagaimana cara kerja AI dalam kehidupan sehari-hari. Tak bisa dipungkiri, AI saat ini banyak membantu kita untuk bekerja lebih mudah dan cepat. Singkatnya, AI dapat membuat pekerjaan kita terselesaikan dengan efektif dan efisien.
Mengingat banyaknya manfaat yang diberikan oleh AI, tentu kita perlu pelajari teknologi ini lebih dalam. Hal ini bisa dimulai dari mengenal bagaimana sejarah AI diciptakan. Siapa sangka, ternyata perjalanan AI sudah dimulai sejak awal abad ke-20. Hingga saat ini pun perkembangan teknologi AI semakin bertumbuh pesat.
Perjalanan AI Menyusuri Masa ke Masa
Pembahasan mengenai sejarah terkait teknologi, tentu rasanya tidak lumrah jika tidak dimulai dari awal mula komputer diciptakan. Jika kita membicarakan tentang komputer, pastinya terkait juga dengan ilmu matematika. Dilansir dari Superprof, komputasi adalah bidang turunan langsung dari matematika. Banyak “kosa kata” matematika yang juga digunakan dalam ilmu komputer. Keduanya sama-sama bermain dengan angka.
Maka itulah, pertama kali AI tercipta, ada peran para filsuf matematika di dalamnya. Menurut sejarah yang dijelaskan oleh Dr. Lukas, salah satu guest lecture dari Binus University, George Boole, Alfred North Whitehead, dan Bertrand A. W. Russel adalah nama para filsuf matematika tersebut. Awal tahun 1900an, masing-masing dari mereka bergantian menciptakan inovasi kecerdasan buatan berlandaskan ilmu matematika. Mereka menciptakan mahakarya bernama “Principia Mathematica” yang berperan penting dalam perkembangan AI. Meskipun akhirnya teori ini disanggah oleh Göedel di tahun 1931, namun di sinilah awal mula teknologi dilahirkan dan dikembangkan.
Pada tahun 1930an, nama-nama ini bergeser ke tokoh-tokoh penting yang menemukan komputer. Seperti Alan Turing, Claude Shannon, dan John von Neumann. Di era ini, para ahli merundingkan bagaimana komputer dapat merepresentasikan pengetahuan. Barulah di tahun 1950an komputer digital tercipta. Yang kemudian dilanjutkan dengan perumusan istilah AI dari John McCarthy, Marvin Lee Minsky, Herbert Alexander Simon, Allen Newell, dan Edward Albert Feigenbaum. Di era inilah, AI dilahirkan ke dunia, layaknya bayi yang baru saja menyuarakan tangis pertamanya.
Usia perjalanan AI terus berlanjut hingga tahun 1980an, di mana penemuan-penemuan terkait programming dan computer algorithm mulai bermunculan dari para ahli komputasi cerdas. Kemudian di tahun 2000an, saat komputer dan internet mulai banyak digunakan manusia, perkembangan AI mulai melejit. Diikuti dengan banyaknya penemuan-penemuan terkait seperti World Wide Web (WWW), Internet of Things (IoT), hingga Big Data dan Deep Learning.
Memasuki era industri 4.0, perkembangan teknologi terus berlanjut dengan semakin canggih. Di masa sekarang, penemuan berbasis digital seperti tak ada hentinya. Dapat dilihat bahwa kemunculan Asisten Virtual seperti ChatGPT, fitur Search Engine, kemudian Media Sosial, aplikasi streaming musik, dan juga Mobile Banking terus menampakkan sosoknya ke dunia.
Peran AI dalam Bisnis Jangka Panjang
Memasuki era digital masa kini, tentu manfaat AI tidak hanya berhenti sampai membantu pekerjaan sehari-hari manusia. Dalam perkembangan bisnis, AI juga dapat membuat perusahaan untuk “bertahan hidup” dalam jangka waktu yang lama. Mengapa bisa demikian?
Di dunia bisnis, ada sebuah istilah bernama Environmental, Social, and Governance, atau yang biasa disingkat sebagai ESG. Istilah ini menggambarkan sebuah konsep yang bertujuan untuk mengedepankan kegiatan pembangunan, investasi, maupun bisnis yang berkelanjutan. Singkatnya, ESG merupakan kunci yang membuka peluang perusahaan untuk mencapai sustainability.
Dilansir dari artikel di S&P Global, penting bagi suatu perusahaan untuk dapat membangun reputasi yang apik di mata pelanggan, atau sebutlah, investor. Dengan membangun konsep ESG, perusahaan akan terlihat lebih memikat dan berpotensi untuk dijadikan target para investor. AI dapat membantu investor untuk memproses segudang data yang menyimpan informasi penting untuk investasi ESG.
Jika kita observasi, banyak perusahaan di Indonesia yang mulai mengedepankan transformasi digital dalam bisnis mereka. Tentu, ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi para pemilik bisnis. Penggunaan AI dapat membuat suatu perusahaan untuk lebih maju dan bersaing dengan kompetitor. Singkatnya, AI dapat menambah competitive advantages bagi perusahaan yang mengimplementasikannya.
Implementasi AI dalam Leap-Telkom Digital
Salah satu perusahaan BUMN yang telah mengimplementasikan transformasi digital adalah Telkom Indonesia. Melalui gerakan 5 Bold Moves, Telkom mengkonversi bisnisnya dari telecommunication company menjadi digital telecommunication company (Digital Telco).
Gerakan ini kemudian dilanjut dengan menciptakan brand Leap yang menaungi produk-produk digital Telkom. Di mana produk tersebut memanfaatkan penggunaan AI dalam proses pembuatannya. Tentunya, pengimplementasian bisnis ini juga mengedepankan konsep ESG sehingga Telkom dapat terus maju dan berlangsung hidup dalam jangka waktu yang lama. (hzr/vtr)
Berbicara tentang teknologi AI, tentunya tidak bisa cukup sampai di sini. Tantangan dan pengembangannya akan terus berlangsung untuk berbagai bidang. Kami pun menghadirkan sebuah serial tulisan terkait Artificial Intelligence bernama #SerialTelkomAI yang bisa dibaca di website Leap.